Struktur Dan Mekanisme Sistem Pencernaan Manusia
Struktur Dan Mekanisme Sistem Pencernaan Manusia
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pencernaan
tambahan. Saluran pencernaan yang dimaksud terdiri dari mulut, faring, esophagus,
gaster/lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sementara itu organ-organ pencernaan
tambahan meliputi lidah, gigi, kelenjar-kelenjar liur, pankreas, hati, dan kandung
empedu.
Sistem pencernaan berfungsi untuk memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan
merupakan sumber energi yang digunakan sel untuk menghasilkan ATP. Nantinya, ATP
tersebut akan digunakan untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan
energi, seperti transpor aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Selain sebagai sumber
energi, makanan yang masuk ke dalam tubuh juga menjadi bahan baku untuk
memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.1
Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi, dari molekulmolekul besar menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat diserap dari saluran
cerna ke dalam sistem sirkulasi untuk didstribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal,
95% dari makanan yang ditelan dapat digunakan oleh tubuh.1
Lubang bagian atas esofagus disebut orifisium jantung dan serat otot sirkular esofagus
agak lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter yang lemah, sfingter tersebut
disebut sebagai sfingter gastroesofagus. Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut
orifisum pilorus dan dilindungi oleh sfingter pilorik atau sfingter pilorus kuat yang mencegah
regurgitasi makanan dari duodenum ke dalam lambung.2
transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus,
dan baik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada flexura colica
sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri absdomen sampai tepi
pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid memiliki beberapa
lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan
sekum tepatnya berhubungan dengan rektum.4
Rektum memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus atau
hampir lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis analis.
Hubungan rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan coccygeus,
lateral dengan musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriaria- vesicula seminalisgalndula prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta vagina.4
Hepar dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh
logamentum peritoneum. Permukaan anatanya yang licin membulat terletak di bawah
diafragma. Facies viseralisnya terletak diatas lambung, duodenum, flexura hepatica colon,
ginjal kanan, dan kelenjar adrenal kanan.4 Lobus hepar dibagi menjadi lobus kanan (dekstra)
dan lobus kiri (sinistra), selain itu terdapat juga lobus caudatus dan quadratus.
- Pankreas
Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri dari
caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, corpus, dan cauda (yang mencapai lien).
Terdiri dari sel yang menyekresi getah pankreas dan pulau sel intraalveoli, di sebut juga
pulau-pulau Langerhans. Getah melalui duktus yang melewati panjang kelenjar utuk
bergabung, pada caput kelenjar, dengan duktus biliaris, duktuss membuka bersama ke dalam
duodenum. Getah pankreas adalah cairan pencernaan.4
Pada bagian pilorus, epitel yang melapisinya sama dengan epitel kubah yaitu selapis
torak. Pilorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam. Di dalam lamina propia
terdapat nodulus limfatikus yang kadang-kadang meluas sampai ke lapisan submukosa.
Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot lingkar yaitu sfingter pilorus.
- Ileum
Lapisan mukosa pada ileum seperti jejunum tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di
dalam lamina propia terdapat kelompok nodulus limfatikus yang membentuk bangunan
khusus yang disebut plaque peyeri yang dapat terliht meluas ke dalam submukosa. Lapisan
submukosa terdiri tas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya dan tidak
mempunyai kelenjar.
10
11
- Kantung Empedu
Lapisan mukosanya dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel piala.
Epitel bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina
propia terdapat bangunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama dengan
epitel mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky Ashoff.
Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisa-sisa saluran
keluar empedu yang rudimenter dan disebut duktus aberans Luschka.
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Duktus Sekretorius (b) Asinus Pankreas-Sel Sentroasiner.
12
enzim yang diproduksi didalam sistem pencernaan. Karbohidrat, protein dan lemak
merupakan molekul-molekul besar yang tidak dapat menembus membran plasma utuh
untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe sehingga
diperlukan proses pencernaan untuk menguraikan molekul-molekul tersebut.
Bentuk karbohidrat paling sederhana adalah gula sederhana atau monosakarida
(molekul satu gula), misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang dalam keadaan
normal jumlahnya sangat sedikit dalam makanan. Protein dalam makanan terdiri dari
kombinasi asam amino yang disatukan ikatan peptida akan diuraikan menjadi asaam
asam amino konstituennya serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap. Lemak
dalam makanan berbentuk trigliserida akan dipecah menjadi monogliserida dan asam
lemak
4. Penyerapan
Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus.
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-satuan kecil dapat
diabsorpsi bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe.
2.5 Proses Pencernaan
- Mulut
Merupakan pintu masuk saluran pencernaan yang berfungsi memperoleh, mengarahkan
dan menampung makanan. Motilitas yang terdapat di mulut adalah mastikasi atau mengunyah
yang diperankan oleh gigi, bertujuan untuk menggiling dan memecah makanan menjadi lebih
kecil untuk mempermudah proses menelan, mencampur dengan air liur juga merangsang
papil-papil pengecap yang terdapat pada lidah. Liur atau saliva merupakan sekresi yang
terdapat dii mulut yang dihasilkan oleh 3 kelenjar saliva utama yang terdapat di luar mulut
yaitu kelenjar sublingual, submandibular, dan parotis dan ada juga kelenjar saliva minor yaitu
kelenjar bukal yang terdapat pada lapisan mukosa pipi. Liur mengandung 99,5% air, dan
0,5% elektrolit dan protein (enzim amilase, enzim lisozim, dan mukus). Saliva memiliki
beberapa fungsi-fungsi penting yaitu: mempermudah proses menelan dengan membasahi
makanan, juga sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap. Enzim amilase liur
berfungsi untuk menguraraikan polisakaridsa menjadi maltosa dan enzim lisozim yang
berfungsi melisis bakteri. Liur juga kaya akan dapar bikarbonat yang berfungsi menetralkan
asam dalam makanan
14
Proses menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap
orofaring berlangsung di orofaring sekitar 1 detik. Pada proses ini bolus harus diarahkan
dengan baik ke esofagus agar sampai ke organ pencernaan selanjutnya. Agar bolus tidak
kembali ke mulut, posisi lidah yang menekan langit-langit akan menjaga bolus kembali ke
arah mulut. Lalu uvula yang terangkat saat menelan akan menutup saluran hidung dan bolus
juga akan dicegah masuk ke saluran pernafasan dengan terangkatnya laring serta penutupan
glotis. Bolus selanjutnya akan melewati sfingter faringoesofagus yang terdapat diantara
faring dan esofagus yang akan membuka sewaktu proses menelan dan menutup kembali
ketika makanan telah melewati esofagus dan tahap orofaringpun selesai. Tahap esofagus
dimulai dengan adanya gelombang peristaltik primer yang akan mendorong bolus di dari
pangkal ke ujung esofagus untuk selanjutnya diberikan ke lambung, memerlukan waktu
sekitar 5 sampai 9 detik. Gelombang ini dikontrol oleh pusat menelan melalui saraf vagus.
Jika bolus yang tertelan besar atau lengket dan tertahan di esofagus maka akan terjadi
peregangan di esofagus yang akan merangsang reseptor tekan di dindong esofagus dan akan
menimbulkan gelombang peristaltik sekunder yang lebih kuat dari gelombang peristaltik
primer. Gelombang ini diperantarai oleh plexus saraf intrinsik di tempat peregangan. Sewaktu
gelombang peristaltik mecapai ujung esofagus maka akan melemahkan sfingter
gastroesofagus yang terdapat diantara esofagus dan lambung dan berfungsi untuk mencegah
refluks isi lambung. Melemahnya sfingter ini lalu akan membuat bolus dapat memasuki
lambung. Di esofagus terdapat sekresi mukus yang berfungsi untuk melindungi dinding
esofagus dari makanan-makan yang memiliki tepi tajam juga melindungi jika terjadi refluks
lambung.
- Lambung
Pembahasan lambung akan disesuaikan dengan empat proses dasar pencernaan yaitu
motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan.
Motililitas lambung terdiri dari empat aspek, pengisisan, penyimpanan, pencampuran dan
pengosongan. Pengisisan: volume lambung dapat bertambah sampai sekitar 1 liter, saat
15
di
16
lambung juga terjadi pencernaan karbohidrat oleh amilase liur melanjutkan proses di mulut,
walaupun amilase inaktif karena asam berkontak dengan bagian luar makanan namun di
bagian dalam massa makanan tidak tercampur asam sehingga proses pencernaan karbohidrat
masih berlanjut.
Penyerapan yang terjadi di lambung bukan massa makanan ataupun air, tetapi dua bahan
non-nutrien yaitu etil alkohol dan aspirin dapat diserap di lambung.
- Pankreas
Pankreas terdiri dari bagian eksokrin dan bagian endokrin. Bagian eksokrin terdiri dari
kelompok sel-sel sekretorik yang berhubungan dengan duktus dan bermuara di duodenum.
Sedangkan bagaian endokrin terdiri dari pualu langerhans yang mensekresikan insulin dan
glukagon. Pankreas eksokrin mengeluarkan gertah pankreas yang terdiri dari enzim pankreas
yang dihasilkan oleh sel asinus dan natrium bikarbonat yang disekresikan oleh sel duktus
yang melapisis duktus pankreatikus.
Ada tiga jenis enzim yang disekresikan sel asinus yaitu enzim proteolitik untuk
pencernaan protein, enzim amilase pankreas untuk mencerna karbohidrta dan enzim lipase
pankreas untuk mencerna lemak. Tiga enzim proteolitik yang dihasilkan pankreas adalah
tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Ketiganya disekresikan dalam
bentuk tidak aktif di lumen duodenum. Saat tripsinogen disekresikan dalam lumen
duodenum, enzim enterokinase yang terdapat pada membran luminan di mukosa duodenum
akan mengaktifkannya menjadi tripsin. Tripsin kemudian dapat mengaktifakan dua enzim
proteolitik lainnya yaitu kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase menjadi tripsinogen dan
karboksipeptidase. Masing-masing enzim ini kan menyerang ikatan peptida yang berbeda dan
menghasilkan produk akhir campuran rantai peptida dan asam amino. Amilase pankreas
seperti amilase liur berperan dalam pencernaan karbohidrat menjadi maltosa disakarida.
Lipase pankreas berfungsi untuk menghidrolilis trigliserida menjadi monogliserida dan asam
lemak bebas. Enzim-enzim pankreas dapat berfungsi optimal dalam lingkungan yang netral
atau sedikit basa namun kimus yang menuju duodenum bersifat sangat asam dan dapat
merusak mukosa duodenum sehingga dibutuhkan fungsi penting dari cairan basa (kaya
NaHCO3) yang disekresikan oleh sel duktus. Cairan ini akan me kimus yang asam sewaktu
memasuki duodenum.
Pengaturan sekresi eksokrin pankreas terutama oleh dua hormon enterogastron yaitu
sekretin dan kolesistokinin (CCK). Adanya kimus asam di duodenum akan merangsang
pelepasan sekretin, selanjutnya sekretin akan merangsang sel-sel duktus untuk meningkatkan
sekresi cairan NaHCO3 yang akan menetralkan kimus. Sedangkan CCK dirangsang terutama
17
karena adanya lemak di duodenum, CCK akan merangsang sel asinus pankreas dan
meningkatkan sekresi enzim.
- Hati
Peran hati dalam sistem pencernaan yaitu sekresi garam empedu yang membantu
pencernaan lemak. Selain itu hati juga memiliki beberpa fungsi lain seperti pengolahan
metabolik karbohidrat, protein,dan lemak, mendetoksifikasi zat-zat sisa, mesistesis protein
plasma, dan mengekeksresikan kolesterol dan bilirubin. Fungsi-tersebut dijalankan oleh sel
hati (hepatosit) yang didukung oleh susunan anatomik karena hepatosit dapat berkontak
langsung dengan darah dari dua sumber arteri hepatika dan vena porta, selain itu terdapat
saluran yang menghubungkan hati dengan empedu yaitu duktus biliaris. Hepatosit akan terus
mengeluarkan empedu yang terdiri dari garam empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin dalam
suatu cairan encer alkalis ke kanalikuli biliaris yang merupakan cabang kecil dari duktus
biliaris dan dari duktus biliaris akan menuju ke duktus biliaris komunis yang mengankut
empedu dari hati ke duodenum. Lubang duktus biliaris ke duodenum dijaga oleh sfringter
Oddi. Sfingter ini akan menutup diantara waktu makan dan baru membuka ketika makan.
Saat tertutup empedu akan dialihkan
makan, empedu akan masuk ke duodenum melalui akibat efek pengosongan kandung empedu
dan peningkatan sekresi empedu oleh hati.
Garam empedu yang merupakan salah satu komponen empedu berfungsi dalam
pencernaan lemak, setelah ikut serta dalam pencernaan, sebagian besar garam empedu akan
diserap kembali oleh sistem transpor khusus yang terdapat pada ileum terminal kemudian
dikembalikan di hati melalui sistem porta hati disebut sirkulasi enterohepatik. Garam empedu
memiliki kemampuan untuh mengubah globulus (gumpalan) lemak menjadi butir lemak
kecil. Gumpalan lemak pada usus akan menggumpal karena tidak larut di air, jika tidak
dipecah menjadi molekul yang lebih kecil maka lipase hanya akan dapat bekerja pada
permukaan dan pencernaan akan menjadi sangat lama. Molekul garam empedu mengandung
bagian larut lemak dan larut air. Bagian larut lemak akan larut dalam butiran lemak
meninggalkan bagian larut air yang bermuatan negatif. Saat usus melakukan gerakan untuk
mencampur, maka lemaka akan terpecah menjadi molekul-molekul kecil yang akan bersatu
kembali jika tidak ada garam empedu
selubung negatif. Karena muatan negatif terdapat di masing-masing butiran lemak maka akan
mencegah butiran lemak bersatu kembali.
Garam empedu bersama dengan konstituen empedu yang lain yaitu kolesterol dan lesitin
berperan penting dalam mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel.
18
Lesitin juga memiliki bagian larut lemak dan larut air seperti garam empedu dan kolesterol
semuanya larut dalam lemak. Nantinya misel akan terbentuk di bagian tengah oleh bagian
larut lemak dan bagian luar membentuk selubung hidrofilik dari bagian larut air dari ketiga
konstituen empedu tersebut. Misel dapat laru dalam air karena selubung hidrofiliknya, dan
dapat melarutkan bahan larut lemak di bagian tengahnya. Misel merupakan wadah agar bahan
tak larut lemak seperti monogliserida dan asam lemak serta juga vitami n larut lemak dapat
diangkut ke permukaan absrptif usus dan tidak mengapung di lumen saja.
Peningkatan sekresi empedu dapat dintingkatkan oleh mekanisme kimiawi, hormon dan
saraf. Mekanisme kimiawi diakibatkan oleh koleretik yaitu istilah untuk setiap bahan yang
dapat meningkatkan sekresi asam empedu. Koleretik terkuat adalah garam empedu itu
sendiri. Hormon sekretin juga merangsang peningkatan sekresi empedu alkalis cair oleh
duktus biliaris. Dan stimulasi saraf vagus berperan kecil dalam sekresi empedu selama fase
sefalik pencernaan.
Bilirubin merupakan konstituen lainnya pada empedu merupakan produk sisa yang
diekskresikan ke dalam empedu. Bilirubin berasal dari penguraian sel darah merah usang
yang diekstraksi oleh hepatosit dan diekresikan ke dalam empedu. Bilirubin merupakan
pigmen empedu utama yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di saluran cerna
pigmen ini akan dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri menghasilkan warna tinja coklat
yang khas.
- Usus Halus
Usus Halus merupakan tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
Sepertinya sebelumnya pembahasan akan dikaitkan dengan 4 proses dasar pencernaan.
Motilitas
Segmentasi, merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan,
yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segementasi terdiri
dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin disepanjang usus halus.
Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik.
Setelah suatu periode singkat segmen-segmen yang berkontrasi melemas dan kontraksi
berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua
arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen yang baru
melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di belakang dan
depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali berganti. Dengan cara
ini kimus dipotong, digiling dan dicampur secara merata. Fungsi dari proses segmentasi ini
19
adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen
usus halus dan memanjankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus.
pencernaan lemak telah seleasi di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan
protein belum tuntas.
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase
(mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase
(menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmenfragmen peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).
Penyerapan Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar elektrolit,
vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya penyerapan
kalsium dan bsi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu semakin
banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan dicerna dan diserap.
Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian dari usus
halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal
diangkat, maka akan terjadi gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
- Usus Besar
Motilitas Usus Besar
Gerakan Mencampur (Haustrasi), umumnya gerakan usus besar belangsung lambat
dan tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan.
Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot
polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan
segemntasi susu halus tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi kantung haustra secara bertahap
berubah sewaktu segmen yang semula meleas dan membentuk kantung mulai berkontraksi
secara perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas secara bersamaan
membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan
mengaduknya masju-mundur sehingga isis kolon teroanjan ke mukosa penyerapan. Kontraksi
haustra umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik.
Gerakan Massa, tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat
segmen-segmen besar kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan,
mendorong tinja sepertiga sampai seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi
masif ini yang secara tepat dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus
besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defikasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi pemicu
utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks21
refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk menyediakan tempat
bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang masih
ada ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum,
memicu defekasi.
Refleks Defekasi
Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang teradi
di rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks defekasi. Refleks
defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rekum serta kolon sigmoid
berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka) juga melemas maka terjadi
defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol volunter, jika
keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan terjadi pengencangan sfingter ani
eksternus secara segaja.
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan
melemas, dan keinginan untuk buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya
mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum serta
memicu refleks defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh gerakan mengejan
volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis tertutup
secara bersamaan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
2. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.
3. Pearce EC. Anatomi & fisiologi u.ps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.
4. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
5. Schuenke M. Atlas of anatomy: latin nomenclature. 2nd Ed. New York: Thieme; 2009.
6. Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
24