Anda di halaman 1dari 96

KATA PENGANTAR

Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir
saya yang berjudul Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan
Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis. Segala pujian
dan syukur saya panjatkan kepada-Nya.
Kemudian saya hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Papa dan Mama yang telah membesarkan dan mendidik saya serta selalu
berdoa kepada-Nya agar dapat memberikan pilihan yang terbaik bagi diri
saya.
2. Bpk. Bobby A. A. Nazief, Ph.D., sebagai pembimbing tugas akhir saya
yang terus-menerus membimbing dan memberikan arahan dalam tugas
akhir ini.
3. Bapak Zainal A. Hasibuan, Ph.D., selaku pembimbing akademis yang
terus-menerus membimbing saya selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu
Komputer UI.
4. Kakak-kakak dan adik-adik saya yang telah membantu dan berdoa atas
kelancaran studi saya.
5. Semua dosen, staf, karyawan dan teman mahasiswa di Fakultas Ilmu
Komputer UI atas segala bantuan, perhatian dan dukungannya.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kampus kita tercinta.

Penulis, 1999

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa


Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string analysis.
Struktur sintaks kalimat ini sangat diperlukan bagi pengembangan suatu sistem
pemrosesan bahasa alami khususnya untuk pemrosesan bahasa Indonesia.
Struktur sintaks yang dibangun pada penelitian ini mengacu pada aturanaturan sintaks yang terdapat di dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia.Untuk
menguji kebenaran aturan-aturan sintaks yang telah dibuat, dibuat juga pengurai
sintaks yang memuat aturan-aturan sintaks tersebut. Pembuatan pengurai sintaks
kalimat bahasa Indonesia ini menggunakan alat bantu Lex-Yacc.
Jenis-jenis kalimat masukan yang dapat diuraikan oleh pengurai adalah
kalimat deklaratif berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat
kalimat ini banyak digunakan pada makalah-makalah ilmiah dan juga dapat
digunakan pada sistem interaktif yang memakai pemrosesan bahasa alami dalam
proses kerjanya.
Hasil uji coba yang dilakukan terhadap kumpulan abstrak ilmiah bidang ilmu
komputer cukup baik. Sebanyak 68,04% dari 194 kalimat input dapat diuraikan
dengan benar oleh pengurai dan berhasil menolak 26,28% kalimat input yang salah;
sedangkan 4,12% dari 194 kalimat masukan ini tidak berhasil diuraikan walaupun
struktur kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku dan juga terdapat sebanyak
1,55% kalimat masukan yang berhasil diuraikan struktur kalimat hasil penguraiannya
salah.

vi + 88 hlm.; 6 tbl.; 3 gbr.; 4 lmp.


Referensi: 7 (1981-1997)
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR________________________________________________________i
ABSTRAK________________________________________________________________ii
DAFTAR ISI_____________________________________________________________iii
DAFTAR GAMBAR________________________________________________________v
DAFTAR TABEL__________________________________________________________vi
BAB I PENDAHULUAN____________________________________________________1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH_______________________________________________1
1.2 TUJUAN PENELITIAN________________________________________________________3
1.3 PEMBATASAN MASALAH____________________________________________________4
1.4 METODOLOGI PENELITIAN__________________________________________________5
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN___________________________________________________6

BAB II STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA___________________________8


2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA___________________________________________8
2.1.1 Ciri-Ciri Subjek_____________________________________________________________9
2.1.2 Ciri-Ciri Predikat___________________________________________________________11
2.1.3 Ciri-Ciri Objek____________________________________________________________12
2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap_________________________________________________________13
2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan________________________________________________________14
2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA__________________________________17
2.2.1 Kalimat Dasar_____________________________________________________________17
2.2.2 Pola Kalimat Dasar_________________________________________________________17
2.2.3 Kalimat Aktif______________________________________________________________19
2.2.4 Kalimat Pasif______________________________________________________________20
2.2.5 Perluasan Unsur___________________________________________________________21
2.3 KALIMAT MAJEMUK_______________________________________________________23
2.3.1 Kalimat Majemuk Setara____________________________________________________24
2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat_________________________________________________24

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN____________________________________26


3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA___________________________________________26
3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT_______________________________30
3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif____________________________________________________31
3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat_________________________________________________32
3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat________________________________________________35
3.2.4 Aturan String Objek Kalimat__________________________________________________39
3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat_________________________________40
3.2.6 Aturan Sentence Adjunct_____________________________________________________41
3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA_________________________________________43
3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA_____________________________________________44

BAB IV IMPELEMENTASI DAN UJI COBA__________________________________46


4.1 IMPLEMENTASI____________________________________________________________46
4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal_____________________________________________46
iii

4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata_____________________________________47


4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks______________________________________________48
4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks____________________________________49
4.2 UJI COBA__________________________________________________________________51
4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama_____________________________________________________51
4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua_______________________________________________________54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN_________________________________________67


5.1 KESIMPULAN______________________________________________________________67
5.2 SARAN____________________________________________________________________69

REFERENSI_____________________________________________________________72
LAMPIRAN 1 ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA_______________________73
LAMPIRAN 2 KELAS KATA________________________________________________77
LAMPIRAN 3 KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL DIURAIKAN_____________78
LAMPIRAN 4 KALIMAT-KALIMAT YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN__________85

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata.________44
Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak.__________________45
Gambar IV-1: Pengelompokkan hasil penguraian terhadap 194 kalimat masukan.________66

DAFTAR TABEL

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian._______________________28


Tabel IV-1: Contoh kata-kata pada array kata dan array kelas kata.___________________47
Tabel IV-2: Pengelompokkan kalimat masukan ke dalam pola dasar dan pola
kalimat pasif.____________________________________________________58
Tabel IV-3 : Pengelompokkan kalimat pasif masukan berdasarkan pola dasar kalimat asal._59
Tabel IV-4: Perbandingan kalimat masukan yang memakai keterangan berupa
anak kalimat dan keterangan berupa kata/frasa.________________________60
Tabel IV-5: Jumlah anak kalimat yang memperluas nomina elemen-elemen
kalimat._________________________________________________________61

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke
generasi lain. Sedangkan dalam bentuk lisan, bahasa berperan dalam mengarahkan
tingkah laku manusia sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain.
Salah satu motivasi dalam penelitian bahasa alami adalah bahwa kemampuan
pemrosesan bahasa alami akan mengubah cara penggunaan komputer [Alle94].
Karena kebanyakan pengetahuan manusia tersimpan dalam bentuk bahasa, komputer
yang dapat mengerti bahasa alami dapat mengakses informasi ini. Selain itu, antar
muka sistem komputer yang kompleks yang menggunakan bahasa alami dapat diakses
oleh setiap orang. Sistem yang seperti ini akan lebih fleksibel dan intelligent dan
sangat mungkin diterapkan pada teknologi komputer sekarang ini.
Penelitian dalam bidang pemrosesan bahasa alami sudah banyak dilakukan.
Namun kebanyakan penelitian tersebut dilakukan terhadap bahasa Inggris. Penelitian
bahasa alami yang dilakukan terhadap bahasa Indonesia masih sedikit dilakukan.
Tentunya penelitian ini selayaknya dilakukan oleh orang Indonesia sendiri.
Salah satu komponen terpenting dalam pemrosesan bahasa alami adalah
pengurai (parser) struktur kalimat. Pengurai sintaks kalimat ini memberi indikasi
bagaimana

hubungan

antar

kata

dalam

satu

kalimat.

Struktur

ini

juga

mengidentifikasikan bagaimana kata-kata bersatu membentuk frase, kata-kata yang

mana yang melakukan modifikasi kata yang lain dan kata-kata yang mana yang
merupakan kata-kata inti dalam satu kalimat. Dengan informasi ini, komputer dapat
menginterpretasikan kalimat sehingga seolah-olah komputer dapat mengerti kalimat
tersebut.
Proses penguraian kalimat pada bahasa manusia mirip dengan proses
penguraian tata bahasa pemrograman dalam dunia komputer. Perbedaan yang
mendasar pada keduanya adalah tata bahasa dalam dunia komputer merupakan tata
bahasa yang bebas konteks (context free grammar), sedangkan tata bahasa pada
bahasa Indonesia merupakan tata bahasa alami yang peka terhadap konteks (context
sensitive). Pendefinisian tata bahasa yang peka terhadap konteks untuk diproses oleh
komputer merupakan hal yang sangat kompleks. Oleh karena itu, salah satu alternatif
penyelesaian masalah ini adalah analisa konteks terhadap suatu kalimat dalam bahasa
alami dipisahkan dengan analisa sintaks [Alle94]. Walaupun analisa semantik
dipisahkan dari analisa sintaks, penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami tetap
tidak sederhana. Oleh karena itu, setelah dilakukan penguraian struktur

kalimat

dalam bahasa alami, pengurai perlu melakukan validasi terhadap struktur hasil
penguraian tersebut.
Penelitian dan pembuatan pengurai sintaks kalimat untuk bahasa Indonesia
sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Namun penelitian ini hanya terbatas pada
kalimat-kalimat tunggal sederhana karena fokus penelitiannya

lebih mengarah

kepada pengujian penggunaan suatu metode penguraian kalimat yaitu metode


linguistic string analysis terhadap kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis
mencoba melakukan penelitian yang cukup mendalam dengan memfokuskan
penelitian pada pembuatan aturan sintaks kalimat bahasa Indonesia sesuai dengan
aturan tata bahasa baku. Setelah itu, penulis mencoba membuat suatu pengurai sintaks

kalimat untuk bahasa Indonesia untuk menguji aturan-aturan sintaks yang sudah
dibuat sebelumnya.
Beberapa masalah dalam penguraian bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Representasi kalimat.
Masalah ini bertumpu pada

formalisasi yang akan digunakan untuk

menspesifikasikan kalimat-kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia.


Harus ada suatu mekanisme bagaimana suatu kalimat direpresentasikan,
sehingga komputer mendapatkan informasi untuk menginterpretasikan
kalimat tersebut.
Pendefinisian aturan sintaks.
Untuk mendapatkan struktur penguraian suatu kalimat, pengurai
memerlukan informasi aturan-aturan sintaks kalimat dalam bahasa
Indonesia. Aturan-aturan sintaks ini didefinisikan dalam suatu format
tertentu yang mudah dimengerti oleh manusia. Agar dapat dipakai oleh
komputer untuk melakukan penguraian kalimat-kalimat bahasa Indonesia,
diperlukan alat bantu yang dapat menerjemahkan aturan-aturan sintaks
tersebut ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti olehnya.
Kamus kata.
Kamus kata ini diperlukan untuk informasi kelas kata dari kata yang akan
diuraikan.

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah menganalisa struktur kalimat
bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string

analysis. Sebagai sampel penelitian, digunakan kalimat-kalimat yang terdapat pada


abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan di Fakutas ilmu komputer UI.

1.3 PEMBATASAN MASALAH


Struktur sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dibuat dalam penelitian ini
adalah struktur sintaks kalimat yang sesuai dengan aturan sintaks tata bahasa baku
bahasa Indonesia. Struktur ini mengindikasikan bagaimana kata-kata dalam suatu
kalimat bahasa Indonesia saling berkaitan. Struktur ini juga mengindikasikan
bagaimana kata-kata tersebut membentuk suatu frase, bagaimana suatu kata
melakukan modifikasi terhadap kata-kata yang lain dan juga merepresentasikan katakata apa yang menjadi inti dari suatu kalimat.
Representasi sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dilakukan pengurai ini
berdasarkan tata bahasa yang bebas konteks. Dengan kata lain, representasi struktur
kata suatu kalimat tidak tergantung pada makna atau konteks kata lain penyusun
kalimat tersebut. Oleh karena itu, penguraian kalimat berdasarkan aturan sintaks
bahasa Indonesia ini juga memberi arti bahwa tugas akhir ini tidak melakukan
penguraian kalimat secara semantik.
Kalimat-kalimat yang dapat diuraikan berdasarkan bentuk sintaksisnya
terbatas pada kalimat deklaratif (kalimat berita). Berdasarkan kelengkapannya,
kalimat yang diuraikan terbatas pada kalimat lengkap tunggal dan kalimat tunggal
yang mengalami perluasan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap,
atau keterangan atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang mengalami
peniadaan unsur-unsurnya tidak diuraikan. Kalimat yang dapat diuraikan adalah
kalimat yang digunakan dalam bahasa tulisan sebab kalimat yang sering mengalami
peniadaan unsur adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa lisan.

Hasil keluaran dari pengurai ini adalah struktur pohon pengurai (parse tree)
dari struktur kalimat jika kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku bahasa
Indonesia. Jika kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku, maka struktur
pohon tidak akan terbentuk. Pengecekan validasi atau analisa kesalahan struktur
pohon urai secara lebih detil tidak dilakukan dalam tugas akhir ini. Analisa kesalahan
kalimat masukan yang tidak dapat dibuat struktur pohon urainya juga tidak dilakukan.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN


Strategi penguraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penguraian
yang bebas konteks (context free). Hal ini dilakukan karena strategi ini sesuai dengan
komputasi komputer dan sudah sangat dikenal dalam bidang ilmu komputer untuk
menguraikan kalimat berdasarkan sintaks kalimat tersebut [Sage81].
Pada penelitian ini, juga dipelajari metoda penguraian linguistic string
analysis

yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan di dalam penelitiannya.

Linguistic string adalah urutan simbol-simbol yang merepresentasikan kelas-kelas


kata dalam suatu kalimat [Sage81]. Tiap-tiap kalimat memiliki inti kalimat dengan
urutan simbol-simbol yang sangat sederhana yang dinamakan elementary center
string. Kalimat-kalimat kompleks dapat dibentuk dari kalimat inti dengan cara
menambahkan kata-kata tertentu yang dikenal dengan nama adjunct string pada
beberapa bagian tertentu dalam kalimat inti tersebut.
Setelah itu, penulis melakukan penelitian terhadap struktur kalimat bahasa
Indonesia yang baku. Penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia ini
meliputi kalimat-kalimat dasar yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kemudian
penulis juga mempelajari perluasan dari kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu kalimat
yang beberapa unsur kalimatnya diperluas dengan menggunakan pola-pola tertentu.

Setelah mempelajari sintaks bahasa Indonesia, penulis mencoba membuat


aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana dengan menggunakan definisi BNF.
Aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana itu kemudian sedikit demi sedikit
dimodifikasi agar dapat menguraikan kalimat yang lebih kompleks. Modifikasi
dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan linguistic string analysis, dengan
mengacu pada pola kalimat bahasa Indonesia yang sudah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan struktur kalimat tersebut, dibuat suatu pengurai kalimat bahasa
Indonesia. Proses uji coba kemudian dilakukan terhadap pengurai kalimat untuk
mengecek kebenaran aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat dan juga untuk
melakukan analisa struktur kalimat bahasa Indonesia yang juga merupakan tujuan
penelitian ini.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab pertama memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup permasalahan dan metode penelitian.
Bab 2 membahas struktur kalimat bahasa Indonesia. Struktur kalimat ini akan
digunakan dalam pembuatan aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia.
Bab 3 membahas tentang analisa dan perancangan pengurai yang dibuat dalam
penelitian ini. Bab ini dimulai dengan penentuan kelas-kelas kata yang digunakan,
kemudian perancangan pengurai sintaks, dan perancangan struktur data yang
digunakan.
Bab 4 membahas implementasi dan uji coba terhadap pengurai sintaks kalimat
bahasa Indonesia. Implementasi dibuat berdasarkan analisa dan perancangan yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sub bab uji coba membahas hasil uji coba yang
dilakukan terhadap pengurai dengan input kalimat-kalimat yang terdapat pada bukubuku tentang tata bahasa baku bahasa Indonesia dan juga kalimat-kalimat yang

terdapat pada abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Pada
bab ini juga dijelaskan analisa terhadap hasil uji coba yang dilakukan pada sampel
kalimat bahasa Indonesia yaitu abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu
Komputer UI.
Bab terakhir membahas tentang kesimpulan dan saran yang merupakan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB II
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat
sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk
jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturanaturan wacana.

2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA


Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurangkurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau
keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut.
Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan
predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja)
dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula
berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang
ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi
predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat.
Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih
tidak terdapat predikat di dalamnyadan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek,
predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata
yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai
berikut.
a) Anak kecil itu // pandai sekali.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam
unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek.
Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat
ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan
kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian
kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur
predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali
dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru,
atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.
Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata
bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan
ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsurunsurnya.
2.1.1 Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping
unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat
yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa


Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).
Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah
takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan
juga pronomina tidak disertai kata itu.
Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu,
kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat
pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan
keterangan pewatas.
Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.
Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

10

Berupa Nomina atau Frasa Nominal


Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.
2.1.2 Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian
ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frasa numeralia.
Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama
digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan
untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai
penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa nomina atau predikat kata merupakan.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

11

Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata
aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak
di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina
bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa
numeralia (bilangan).
2.1.3 Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu
kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan
berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

12

perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului
preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur
kalimat ini :
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

13

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.

Tidak Didahului Preposisi


Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang
didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan
dijelaskan setelah bagian ini.
2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang
tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau
anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,
dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,
meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Jenis Keterangan

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

14

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.


1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan
minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai
oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang
ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab
yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

15

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan
tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,
agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau
objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--),
atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun
objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi
dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti
contoh berikut.
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan
unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,
predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan
dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contohnya sebagai berikut.
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

16

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang


mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP
tiga lebih.

2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA


Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta
perubahannya.
2.2.1 Kalimat Dasar
Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung
banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat
dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas.
Dengan peniadaan unsur keteranganbaik keterangan kalimat maupun
keterangan subjek, predikat, ataupun objekakan ditemukan kalimat dasar yang
merupakan struktur yang paling pokok [Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk
unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap
tetap harus ada dalam struktur dasar.
2.2.2 Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat
dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

17

pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke


dalam delapan tipe [Sugo97].
1. Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa
verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi.
2. Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat,
objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
3. Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal.
4. Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata
sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
5. Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki
unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

18

Saya berasal dari Palembang.


6. Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)
Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan
predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa
verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang
wajib.
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau
frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas
daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat
itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.
2.2.3 Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada
predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya
terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang
termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat
aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek
yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut
intransitif.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

19

Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif
umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat,
menyeberangi, dan melintasi.
2.2.4 Kalimat Pasif
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran
perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat
semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan
pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini
menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi
verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1
dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan
kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.
Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu
ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada
dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa
awalan di- plus pelaku.
Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur
objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba
predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
Pengusaha itu meminjami ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :
Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina
persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

20

yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang
tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang
diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti
awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku
pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini.
Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa
awalan di- :
Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.
Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif
jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu
verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif
berfungsi sebagai subjek.
Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan
ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek
dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak
disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Kaki saya terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga
ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.
Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai
oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya
berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.
Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

21

2.2.5 Perluasan Unsur


Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan
dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap.
Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan,
pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya
melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat.
Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan
peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat
tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa
bentuk dialog (lisan).
Perluasan Nomina
Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat
diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat
dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor.
Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat
berikut.
a) Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa
b) Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi
c) Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.
Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan
nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan.
Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi
tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan
menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya
adalah sebagai berikut.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

22

a) Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.


b) Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.

Perluasan Verba
Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau
frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan
aspek atau modalitas.
Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih,
belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat
pada kalimat-kalimat berikut:
a) Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu.
b) Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia.
Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan
kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin,
hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini.
a) Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
b) Saya harus benar-benar belajar.

2.3 KALIMAT MAJEMUK


Demi keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke
dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya
terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan
hubungan antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua
macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

23

2.3.1 Kalimat Majemuk Setara


Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat
dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat
majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.
Saya datang, dia pergi.
Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika
kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang
sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara.
2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama)
dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat
majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor
inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk
setara.
Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi
konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga.
Saya masuk, mereka diam.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah
menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika.
Saya masuk ketika mereka diam.
Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat,
kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

24

dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini
berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti.
Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh
kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat
kemarin.
Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang
mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada
unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu
unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata
penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi
sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat
berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh
kalimat berikut.
Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan.
Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi
keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.

BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN

3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA


Ketika menguraikan struktur sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan
definisi aturan-aturan kalimat berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur
sintaks bahasa Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur
sintaks, sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam
pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol terminal
atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal akan
mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan string input yang
sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh
kategori [Alwi98]. Kelas-kelas kata tersebut adalah sebagai berikut:
1. Verba (kata kerja)
2. Adjektiva (kata sifat)
3. Adverbia (kata keterangan)
4. Nomina (kata benda)
5. Pronomina
6. Numeralia
7. Kata Tugas
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi
menjadi lima kelompok:

1) Preposisi
2) Konjungtor
3) Interjeksi
4) Artikula
5) Partikel
Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas
kata tersebut dan juga mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak
Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan metode Linguistic
String Analysis dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang
digunakan pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1.
Pada tabel III-1 terlihat bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam
penelitian mengalami penambahan jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang
terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya dan juga jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona,
nomina penggolong yang terbagi menjadi dua bagian, auxiliary, aspek, kelas kata
bukan yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi
menjadi empat macam, dan juga kelas kata adverbia yang dipecah menjadi dua
bagian.
Kelas kata modal (M), aspek (ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN)
digunakan dalam penelitian karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk
frasa verbal [Sugo97]. Dua kelas kata terakhir yaitu aspek dan auxiliary tidak
digunakan dalam penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata yang termasuk ke dalam
kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam penelitian ini kata-kata

modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis
kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.

Simbol
ADJ
ADV
ADVB
ART
CC

Kelas Kata
Adjektiva
Adverbia
Adverbia
Artikula
Konjungtor
Koordinatif
CS
Konjungtor
Subordinatif
M
Modal
PRO
Pronomina
N
Nomina
NPERS
Nomina Persona
NP
Nomina
Penggolong
NPS
Nomina
Penggolong
NUM
Numeralia
P
Preposisi
PAR
Partikel
TRANS Verba Transitif
INTRANS Verba Intransitif
PASIF
Verba Pasif
PASIF2
Verba Pasif
NAMA
Nomina
BUKAN Adverbia
AUX
Auxiliary
ASP
Aspek

Keterangan

Contoh
Kata sifat
Cantik
Kata keterangan di depan kata lain
Sangat
Kata keterangan di belakang kata lain Sekali
Si, sang
Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu
klausa pada kalimat majemuk setara.
Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika,
bertingkat
walaupun
Kira, rasa
Saya, itu
Kata benda
Buku
Kata benda persona
Bos
Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir
numeralia
Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah,
numeralia
seekor
Kata bilangan
Seribu
Kata depan
Di, ke, dari
Kah, pun
Kata kerja transitif
Mencoba
Kata kerja intransitif
Pergi, lari
Kata kerja pasif
Dicoba
Kata kerja pasif
Rasakan
Nama seseorang
Shelly
Kata Ingkar untuk predikat nominal
Bukan
Boleh
Telah

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.

Kelas kata adverbia dibagi menjadi dua berdasarkan posisi kata yang
diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB adalah kelas kata adverbia yang posisinya
dibelakang kata yang diterangkan. Pemisahan ini dilakukan karena terjadi konflik

pada saat pendefinisian aturan-aturan sintaks dan juga karena masing-masing kategori
adverbia ini memiliki ciri pemakaian tertentu.
Kelas kata verba yang juga dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam
penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan
pasif2. Hal ini disebabkan masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks
tersendiri ketika pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya
dipakai pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba
intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam
kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini
berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina persona yang bertindak
sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya.
Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas kata nomina yang lain
sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan sintaks. Misalkan kesulitan yang
terjadi pada kalimat berikut.
Ibu // membelikan // adik // baju baru.
( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap)
Konflik terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika
nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan
tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang akan
dihasilkan adalah ( Subjek // Predikat // Objek)

karena baju baru dianggap

perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas
kata tersendiri dalam penelitian ini.
Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata nomina yang mengikuti
kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam
penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari kata-kata numeralia

tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat antara numeralia dan nomina
lain termasuk ke dalam kelas kata nomina penggolong. Namun, jika nomina
penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan suatu nomina dengan jumlah
tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial
(NPS). Contoh NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini
dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti nomina
penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara implisit oleh
dirinya sendiri. Jadi sebuah buku itu sudah menggambarkan satu buah buku ,seekor
cecak menggambarkan satu ekor cecak dan seterusnya.
Kelas kata lain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas
kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang
digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup
penelitian. Jadi jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21
jenis .

3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT


Proses penguraian struktur kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses
analisa leksikal dan proses analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh
penganalisa leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa
sintaks dilakukan oleh alat bantu YACC.
Dalam penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap
kata dalam kalimat, kemudian menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa
leksikal ini digunakan oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbolsimbol kelas kata tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan
oleh penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal

berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal ini
sudah didefinisikan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya.
Rancangan aturan-aturan sintaks menggunakan bentuk backus naur form
(BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang memiliki sifat
context free [Sage81]. String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas
string yang merefleksikan kategori dari string analysis [Sage81]. Oleh karena itu,
string inti (center string), adjunct string, atau adjunct set hasil analisa linguistic string
terhadap bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic string dalam bahasa
Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata misalnya frasa nominal, kelaskelas kata misalnya kata benda, nama unsur gramatikal misalnya subjek atau objek.
Berikut ini contoh penulisan dengan menggunakan BNF.
<SENTENCE>

::= <SUBJECT><*VERB>.

<SUBJECT>

::= <*N>|<*PRO>.

Definisi di atas adalah aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya.
Penulisan aturan sintaks terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku
(<X>) diikuti oleh simbol ::= yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi,
dan diakhiri titik. Tanda * menandakan simbol tersebut merupakan suatu token
terminal , sedangkan tanda | menandakan pilihan aturan sintaks.
3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif
<SENTENCE>

::= <CENTER><*ENDMARK>.

<CENTER>

::= <ASSERTION>.

<ASSERTION>::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.

Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari rangkaian


tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena
kalimat yang didefinisikan dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen
utama kalimat adalah subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan

ASSERTION di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan pelengkap akan
ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata lain, elemen-elemen
ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang dipakai dalam kalimat.
Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang dapat muncul di awal kalimat,
di antara subjek dan predikat ataupun di akhir kalimat. Hal ini dapat dilihat dari
adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION.
Contoh kalimat ini adalah Ketika saya masuk, mereka diam. Karena urutan keterangan
dapat berpindah-pindah, kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka diam, ketika
saya masuk ataupun Mereka , ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh terakhir ini
memang jarang digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa Indonesia
baku. Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct. Definisi
ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen kalimat lainnya
karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari string lainnya seperti definisi
elemen keterangan pada contoh kalimat di atas.
3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat
<SUBJECT>

::= <NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.

<PARTIKEL>

::= NULL|<*PAR>.

Definisi SUBJECT di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat


menempati posisi subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek
dapat berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh
partikel seperti ibu pun dalam kalimat Ibu pun memberi hadiah atau berupa kata
bahwa yang diikuti oleh ASSERTION seperti string Bahwa dia tidak bersalah pada
kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan. Berikut ini definisi dari string
nomina NOUN_PHRS.
<NOUN_PHRS>

::= <NOUN_PHR><NEXT_NOUN_PHRS>.

<NEXT_NOUN_PHRS>

::= NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|<*CC>
<NOUN_PHRS>.

<NOUN_PHR>

::= <*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.

<LNRORLADJR>

::= <LNR>|<LADJR>.

<LNR>

::= <LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.

<LADJR>

::= <LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.

<LPROR>

::= <*PRO><RPRO>.

Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa subjek bisa


berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini
dapat dihubungkan dengan , (koma) atau kata dan atau atau yang memiliki
kelas kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu dan saya pada kalimat ibu dan saya
pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika
NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal.
Elemen subjek pada kalimat dapat berupa frase nominal yang dilambangkan
dengan LNR atau frase adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk
ini sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah
Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR
ini merupakan definisi dari LNRORLADJR.
Simbol LN di atas adalah left adjunct dari nomina. Adjunction ini adalah string
yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa
nominal. Adjunction dapat berupa numeral NUMS yang diiringi dengan right adjunct
RNUM dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM berupa nomina penggolong seperti
kata buah pada frase nomina satu buah buku. Simbol NUMS yang dipakai pada LN
dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti kata sebuah pada frasa
sebuah buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan

pronomina. Simbol ini berupa pilihan antara pronomina atau tidak sama sekali.
Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya.
Sebaliknya RPRO akan bernilai NULL seperti kata mereka pada kalimat mereka teman
saya. Berikut ini definisi dari LN dan RPRO.
<LN>

::= <NUMS>.

<NUMS>

::= <*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.

<NEXT_NUMS> ::= <*NUM><NEXT_NUMS>.


<RNUM>

::= NULL|<*NP>.

<RPRO>

::= NULL|<*PRO>.

Bentuk dari NOUNS_RN sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right
adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku itu baru. Oleh karena itu right
adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang
didahului oleh kata yang seperti string buku yang baru saya beli itu pada kalimat
Buku yang baru saya beli itu dipakai oleh kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.
<NOUNS_RN>

::= <RN>|<NOUNS><RN_OPT>.

<RN>

::= <*PRO><YANGSTG>.

<RN_OPT>

::= <*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.

<NOUNS>

::= <*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>
<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<IS_ADJ>

::= NULL|<*ADJ>.

Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa muncul setelah nomina.
Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya tulis ilmiah remaja. Definisi
dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini akan dijelaskan pada sub bagian
sentence adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa
ataupun nomina persona seperti ibu atau bos saya dan juga dapat berupa nama
seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata benda sejenis

sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh simbol


NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA.
3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat
<PREDICATE0> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|
<*DEFINISI><PELENGKAPINT>|
<LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.
<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.
<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.
<PRECHOICE>

::= NULL|<*P><LADJR>.

<LTIPE7>

::= <BKORNOT><ARTORNOT>.

<CHOICE>

::= <ADVORNOT><*AUX>|<*ASP><ADVORNOT>|
<ADVORNOT><MORNOT>.

Predikat kalimat dapat berupa frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan
adjunction di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa
auxiliary yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh
adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh
adjunction adverbia. Predikat juga dapat berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah
yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap <PELENGKAPINT>. Simbol
CHOICE pada definisi <LPREDICATE> di atas memperlihatkan adjunction tersebut.
Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan pilihan bahwa adverbia dapat
muncul ataupun tidak pada posisi tersebut. Demikian pula simbol MORNOT
memberikan pilihan kemunculan unsur modal. Oleh karena itu, jika kedua simbol
tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan
ada di dalam kalimat.
Setelah CHOICE, pilihan PRECHOICE juga dapat muncul pada kalimat.
Pilihan PRECHOICE ini merupakan keterangan adjektival seperti frasa dengan hati-

hati pada kalimat Dia harus dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul
dalam kalimat karena merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL
terdapat pada definisi PRECHOICE.
Selain 2 jenis PREDICATE0 yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini
juga dapat berupa predikat nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7.
Predikat ini dapat didahului oleh adjunction berupa kata pengingkaran bukan dan juga
oleh sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat
diikuti oleh elemen keterangan <KETCHOICE>. Berikut ini definisi predikat kalimat
pola dasar tipe 7.
<TIPE7>

::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.

Karena kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa
nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat
berupa ADVB yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.
<PREDICATE>

::= <ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.

<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>| <LTIPE8>


<TIPE8><PELENGKAPINTORNOT><KETCHOICE>.
<VERBA>

::= <TIPE123>|<TIPE456>.

<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELENGKAPINTORNOT>
<KETCHOICE>.

Predikat

kalimat

didefinisikan

oleh

ACTIVE_PREDICATE

PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE

atau

ini dapat terdiri dari

VERBA yaitu verba transitif dan intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh
kalimat dasar tipe 8. Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya
di akhir kalimat. Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan
dengan PELENGKAPINTORNOT. Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika
ada. Oleh karena itu, pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi

kalimat dasar tipe 8. VERBA sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai
dengan tipe 6 yang definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456.
Predikat

Pasif

terdiri

dari

tiga

tipe

yang

didefinisikan

dengan

PASIF_TIPE123. Predikat pasif dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur
keterangan. Kedua elemen terakhir ini merupakan optional untuk predikat pasif.
Jenis-jenis dari predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi
aturan-aturan sintaks berikut.
<TIPE123>

::= <TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.

<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.


<NEXT_TRANS>

::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.

<TRANS_OPT>

::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.

<LTRANS>

::= <LPREDICATE>.

Kalimat yang memakai verba aktif dapat memiliki pola kalimat dasar tipe 1
sampai dengan tipe 6. Kalimat dasar tipe 1 sampai tipe 3 adalah kalimat aktif transitif
dimana simbol verba aktif transitifnya dilambangkan dengan TIPE_AKTIF_TRANS.
Perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya apakah memiliki
keterangan, pelengkap, atau tidak sama sekali. Pilihan ini digambarkan dengan simbol
PELORNOT dan KETCHOICE. Kalimat dasar tipe 1 akan memiliki unsur keterangan,
sedangkan kalimat dasar tipe 2 memiliki unsur pelengkap, dan kalimat dasar tipe 3
sama sekali tidak memiliki kedua unsur tersebut. Elemen keterangan adalah elemen
yang dapat muncul pada beberapa tempat dalam kalimat dan elemen ini juga tidak
mempengaruhi makna kalimat. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki elemen
pelengkap juga dapat memiliki elemen keterangan seperti frasa preposisi di pasar
pada kalimat Ibu membelikan adik buku tulis di pasar. Kata buku tulis pada kalimat
ini berfungsi sebagai pelengkap. Selain itu, kalimat masih tetap memiliki unsur
keterangan.

Verba transitif dapat berbentuk jamak seperti kata mencoba dan merasakan
sehingga simbol NEXT_TRANS termasuk dalam definisi verba aktif transitif. Tentu
saja NEXT_TRANS ini bisa saja berbentuk NULL jika predikat berbentuk verba aktif
transitif tunggal. Simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kiri dari verba transitif
sama seperti definisi adjunction sebelah kiri LPREDICATE. Sedangkan simbol
LTRANS sebagai adjunction sebelah kanan berupa adverbia yang terletak dibelakang
predikat yaitu ADVBS. Kelebihan dari kalimat yang memiliki verba transitif ini adalah
terdapatnya elemen objek.
Verba intransitif dipakai oleh kalimat dasar tipe 4 sampai dengan tipe 6. Sama
seperti kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 3, perbedaan dari ketiga tipe ini adalah
elemen kalimat terakhirnya yaitu apakah mengandung keterangan, pelengkap untuk
kalimat aktif intransitif atau tidak memiliki keduanya sama sekali.

Pilihan ini

digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KET_CHOICE. Jika kedua elemen


terakhir ini tidak terdapat dalam kalimat, maka nilai kedua simbol tersebut adalah
NULL. Kalimat ini disebut sebagai kalimat dasar tipe 6. Kalimat intransitif yang
memiliki pelengkap adalah kalimat dasar tipe 4, sedangkan kalimat yang hanya
memiliki unsur keterangan adalah kalimat dasar tipe 5 seperti kalimat Patung ini
terbuat dari perunggu. Berikut ini definisi predikat tipe 4 sampai dengan tipe 6 dalam
BNF.
<TIPE456> ::= <TIPE_AKTIF_INTRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= <INTRANS><RINTRANS>.

Simbol <ACTIVE_PREDICATE> juga dapat berbentuk adjektif. Kalimat ini


adalah kalimat dasar tipe 8. Berikut ini definisi kalimat dasar tipe 8.
<LTIPE8>

::= <ARTORNOT>

<TIPE8>

::= <LADJR><NEXT_ADJ>.

Seperti subjek yang berbentuk frasa adjektival, kalimat dasar tipe tipe 8 ini
dapat memiliki left adjunction artikula yang digambarkan oleh LTIPE8. Kalimat
dasar tipe 8 memiliki predikat adjektival yang didefinisikan dengan LADJR. Karena
predikat ini tidak hanya berupa predikat tunggal, predikat adjektival ini dapat terus
berlanjut dan didefinisikan dengan NEXT_ADJ. Contohnya adalah kata senang dan
bahagia pada kalimat Dia senang dan bahagia.
<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.
<KPASIF>

::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|
<*KENA><PASIF2>

Predikat pasif juga dapat berbentuk frase yang dibentuk dengan menambahkan
adjunction di sebelah kanan predikat. Adjunction ini didefinisikan oleh RPASIF di
atas berupa adverbia ADVB. Kalimat pasif terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah
kalimat pasif yang predikatnya diawali oleh awalan di- atau imbuhan ke-an seperti
kata kehujanan. Kelas kata pengisi predikat ini disebut kata PASIF. Tipe kedua
adalah predikat yang tidak diawali dengan awalan di-, tetapi gabungan antara
pronomina atau nomina persona lainnya ditambah dengan kelas kata PASIF2. Tipe
terakhir adalah predikat yang diawali oleh kata kena seperti kata kena pukul pada
kalimat dia kena pukul kemarin.
3.2.4 Aturan String Objek Kalimat
<OBJECT>

::= <NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|
<TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

Objek kalimat terdapat tepat di belakang predikat kalimat aktif transitif. Objek
ini dapat berupa frasa nominal dan berbentuk jamak seperti kata cerpen, sajak dan
novel baru pada kalimat Saya menulis cerpen, sajak dan novel baru. Objek dapat
berbentuk anak kalimat berpola ASSERTION yang didahului kata bahwa.

Objek juga dapat berupa predikat aktif transitif seperti mempertahankan


negaranya pada kalimat Dia mencoba mempertahankan negarannya atau predikat
aktif intransitif seperti bersabar pada kalimat Dia mencoba bersabar atas kejadian
ini.
3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat
<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.
<PELORNOT>

::= NULL|<PELENGKAP>.

<PELENGKAPINT>

::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.

<PELENGKAP>

::= <NOUN_PHRS>.

Pelengkap yang dapat mengikuti predikat adjektival dan predikat pasif ditulis
dengan simbol PELENGKAPINT. Pelengkap ini dapat berupa pelengkap yang sama
seperti pelengkap kalimat aktif transitif yaitu frasa nominal yang diperlihatkan oleh
simbol NOUN_PHRS ataupun dapat juga berupa frasa verbal dan frasa adjektival yang
didefinisikan oleh PREDICATE.
Berikut ini definisi elemen keterangan.
<KETCHOICE>

::= NULL|<KET>.

<KETCHOICE2>

::= NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.

<KET>

::= <KET1>|<KET2>.

<KET1>

::= <CSS><PRDORASSERT><ADVORNOT>.

<KET2>

::= <PSS><KETOP><ADVORNOT>.

<PRDORASSERT>

::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>.

<PREDICATE1>

::= <LPREDICATE><PREDICATEMIN><RPREDICATE>.

<KETOP>

::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.

<CSS>

::= <*CS>.

<PSS>

::= <*P><NEXT_PS>.

<NEXT_PS>

::= NULL|<*P>.

Elemen keterangan memiliki dua pilihan definisi. Elemen ini ditandai oleh
unsur-unsur konjungtor subkoordinatif CSS pada KET1 atau preposisi PSS pada
KET2. Preposisi dapat muncul lebih dari sekali. Hal ini dapat dilihat dari definisi PSS
yang memberikan definisi NEXT_PS. Definisi ini dapat berupa NULL atau sebuah
preposisi lagi. Contoh kata-kata ini adalah dari dalam hati dimana kata dari dan kata
dalam merupakan preposisi.
Setelah konjungtor, definisi keterangan pertama kemudian dilanjutkan oleh
anak kalimat yang ditandai dengan adanya ASSERTION seperti anak kalimat ketika
saya masuk pada kalimat Mereka diam ketika saya masuk atau dilanjutkan oleh frasa
verbal PREDICATE1 bila subjek sudah jelas seperti frasa ketika mencoba mengejar
kami pada kalimat Dia jatuh ketika mencoba mengejar kami. Simbol PREDICATE1
ini hampir sama seperti simbol PREDICATE0 yang sudah dijelaskan pada aturan
string predikat sebelumnya. Perbedaannya adalah PREDICATE1 tidak menggunakan
definisi NOUN_PHRS dalam pendefinisiannya sebab kata-kata yang digunakan setelah
konjungtor berupa anak kalimat.
Keterangan yang didahului oleh preposisi yaitu KET2 biasanya disertai frasa
nominal, frasa adjektival atau adverbia. Elemen keterangan ini juga bisa hanya berupa
preposisi jika predikat nominal yang akan dijelaskan sudah dijelaskan pada kalimatkalimat sebelumnya seperti kata di atas pada kalimat Saya ada di atas. Hal ini
ditandai dari pilihan NULL pada definisi KETOP yang menyertai preposisi.
3.2.6 Aturan Sentence Adjunct
Sentence adjunct adalah kumpulan string simbol yang terdapat di antara
elemen-elemen dalam suatu kalimat yang berfungsi memperluas kalimat tunggal.
Kumpulan string ini di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai anak kalimat pada

kalimat majemuk bertingkat. Pada penelitian ini, parser yang dibangun memiliki 4
macam sentence adjunct. Sentence ajunct yang pertama dapat dilihat pada aturan
sintaks berikut :
<ASSERTION>

::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE><PREDICATE0>.

Simbol non terminal SAF di atas terdiri dari sebuah sentence adjunct yang
juga dapat berfungsi sebagai klausa subordinatif yang letaknya di awal kalimat dan
juga dapat berupa frasa preposisional.. Anak kalimat dan frasa preposisional seperti
ini juga merupakan elemen keterangan dalam kalimat utama seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, aturan sintaks SAF ini adalah sebagai
berikut.
<SAF>

::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|
<ADVORNOT><KET2>.

Jika keterangan tersebut berupa anak kalimat, kalimat harus memiliki tanda
baca , di antara elemen keterangan dan subjek. Elemen keterangan yang
menggambarkan anak kalimat ini adalah KET1, sedangkan elemen keterangan yang
terdiri dari frasa preposisional adalah KET2.
Sentence Adjunct yang kedua adalah simbol YANGSTG yang merupakan
konjungtor yang dan diikuti oleh string-string yang dapat menyertainya. String yang
dapat menyertai kata ini berupa kalimat dan juga berupa predikat jika subjek yang
dimaksud sudah jelas. Karena string yang mengikuti YANGSTG ini berupa kalimat,
maka string ini dapat disebut sebagai sentence adjunct. Aturan sintaks dari YANGSTG
ini dapat dilihat pada definisi berikut.
<YANGSTG>

::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.

<ASSORSTG>

::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>

<YANGSTG_FULL>

::= <*YANG><ASSORSTG>.

Simbol non terminal KET yang menyatakan elemen keterangan merupakan


sentence adjunct yang ketiga. Aturan sintaks string keterangan dapat dilihat pada sub
bab Aturan String Pelengkap Dan Keterangan Kalimat. Sentence adjunct terakhir
merupakan anak kalimat pengganti nomina yang diawali oleh konjungtor bahwa.
Aturan sintaks anak kalimat ini sudah dijelaskan pada bagian subjek.

3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA


Untuk melakukan analisa leksikal, pengurai memerlukan sebuah kamus kelas
kata. Penganalisa leksikal akan mengembalikan (return) sebuah kelas kata untuk
setiap kata yang cocok dengan satu bentuk aturan leksikal atau cocok dengan sebuah
ekspresi regular. Informasi jenis kelas kata yang dimiliki oleh sebuah kata input ini
didapat dari sebuah kamus leksikal.
Pemeriksaan kelas kata ini dilakukan dengan pemanggilan sebuah fungsi
pemeriksa kelas kata yang mengambil kata masukan sebagai argumen dan memeriksa
kelas katanya. Fungsi tersebut akan mencari kata tersebut di dalam kamus dan
menentukan kelas katanya. Dengan demikian rancangan kamus leksikal terdiri dari
kata-kata dalam bahasa Indonesia diiringi dengan informasi mengenai jenis kelas kata
dari masing-masing kata tersebut. Agar lebih jelas, hubungan antara penganalisa
leksikal dengan kamus kelas kata tersebut digambarkan pada gambar III-1.
Rancangan kamus leksikal yang lengkap dan efisien tidak termasuk dalam ruang
lingkup penelitian ini. Kata-kata pada kamus kelas kata diambil dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Secara umum, rancangan ini tidak berbeda dengan rancangan Iskak
Hendrawan.

Kamus kata dan


kelasnya

Kata

Kelas Kata

Kata

Penganalisa
Leksikal

Fungsi Pemeriksa
Kamus
Token Kelas
Kata

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata.

3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA


Hasil penguraian struktur kalimat dalam bahasa Indonesia ini dapat disusun
menjadi sebuah pohon urai. Tiap-tiap simpul dari pohon urai tersebut menggambarkan
simbol-simbol non terminal yang dapat diuraikan menjadi anak-anaknya. Daun-daun
atau ujung dari setiap cabang pohon urai ini menyatakan bahwa simpul tersebut tidak
dapat diuraikan lagi. Dengan kata lain, simpul tersebut sudah mencapai string terakhir
yang merupakan terminal simbol atau token. Rancangan struktur pohon urai ini sama
seperti rancangan yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya. Setiap
simpul perlu menyimpan pointer dari simpul-simpul lain yang satu tingkat dengan
dirinya yaitu simpul yang terdapat di sebelah kanan dan di sebelah kirinya. Kemudian
simpul juga perlu menyimpan simpul anak yang berada paling kiri dan simpul anak

yang berada paling kanan. Struktur pohon seperti ini dapat dilihat pada diagram
berikut.

Parent

Child 1

Child 2

Child n

Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak.

Oleh karena itu, tiap-tiap simpul akan memiliki empat buah pointer. Jika
simpul memiliki pointer yang tidak digunakan, pointer tersebut diset ke nilai NULL.
Struktur data ini mampu menyimpan informasi dari struktur kalimat secara hirarkis
dan proses penyimpanan ini juga cukup mudah.

BAB IV
IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

4.1 IMPLEMENTASI
Pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dikembangkan pada penelitian
ini menggunakan Lex dan YACC sebagai alat bantu untuk menghasilkan penganalisa
leksikal dan penganalisa sintaks seperti yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan pada
penelitiannya. Program yang dihasilkan oleh Lex dan YACC ini dapat secara langsung
dikompilasi dengan menggunakan kompilator C. Pada penelitian ini kompilator yang
digunakan adalah Visual C++ 6.0.
4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal
Penganalisa leksikal yang dibuat dengan Lex ini dikenal dengan nama lexer.
Peranan penganalisa leksikal ini adalah menentukan token-token kelas kata dari setiap
kata dalam kalimat masukan. Secara umum, penganalisa leksikal yang dibuat pada
penelitian ini melengkapi penganalisa leksikal yang telah dibuat oleh Iskak
Hendrawan.
Penganalisa leksikal mengidentifikasikan kata-kata dari kumpulan stream
input. Untuk melakukan ini, penganalisa leksikal akan mencocokkan string pada
stream input dengan ekspresi regular yang telah didefinisikan sebelumnya [Lesk].
Ekspresi regular yang digunakan untuk mendefinisikan kata-kata baik berupa deretan
huruf ataupun deretan angka sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan.
Beberapa kata tidak perlu diperiksa ke dalam kamus. Kata-kata tersebut adalah
yang, bahwa, kena, dan kata-kata yang menyatakan definisi yaitu ialah dan adalah.
Kata-kata ini memberikan identifikasi tertentu pada aturan-aturan sintaks

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

46

yang didefinisikan dan juga jumlahnya berhingga sehingga langsung didefinisikan di


dalam Lex. Sebagai contoh, kata bahwa merupakan konjungtor yang dapat menempati
posisi nomina jika diikuti oleh kalimat bahasa Indonesia dan kata yang diikuti oleh
kata kena merupakan sebuah predikat untuk kalimat pasif. Demikian juga pada katakata yang menyatakan definisi. Kata-kata yang mengikutinya berperan sebagai
pelengkap di dalam kalimat. Sedangkan kata yang adalah konjungtor yang dapat
digunakan untuk memperluas nomina.
4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata
Di dalam penelitian ini, penganalisa leksikal hanya menjalankan suatu fungsi
untuk memeriksa kelas kata dari kata masukan. Implementasi dari pemeriksa kamus
leksikal ini sama seperti implementasi yang sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan.
Kata-kata yang terdapat pada kamus kelas kata terlebih dahulu dibaca dan
disimpan ke dalam dua buah array ketika pengurai pertama kali dijalankan. Array
pertama menyimpan kata-kata yang didapat dari kamus, sedangkan array yang kedua
menyimpan kelas kata dari kata-kata tersebut. Berikut ini contoh dari array kata dan
array kelas kata.
Array Kata
Buku
Hampa
Halus
Mencoba

Array Kelas Kata


N
ADJ
ADJ
TRANS

Tabel IV-1: Contoh kata-kata pada array kata dan array kelas kata.

Suatu kamus frase juga diimplementasikan untuk frase nomina yang terdiri
dari nomina dan diikuti oleh kelas kata lain. Contoh frase nomina seperti ini adalah
rumah makan, rumah sakit, meja tulis dan papan tulis. Frase nomina ini tidak dapat
dibuat aturan sintaksnya sebab akan menimbulkan konflik dengan aturan sintaks
lainnya karena keterbatasan YACC yang digunakan.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

47

Implementasi kamus Frase yang digunakan sama seperti implementasi kamus


kelas kata. Array pertama menyimpan frase nomina, sedangkan array kedua
menyimpan kelas kata frase nomina tersebut. Impementasi kamus kelas kata dan kelas
kata frase yang efisien di luar ruang lingkup penelitian ini.
Konjungtor yang yang dapat dipakai untuk memperluas nomina dapat
dihilangkan dan digantikan dengan kata penunjuk itu seperti yang telah dijelaskan
pada bab II. Contohnya adalah kalimat berikut ini.
Anak yang berbakat melukis mendapat bantuan berupa alat-alat tulis.
Kalimat di atas akan menjadi,
Anak berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat tulis.
Aturan sintaks peniadaan konjungtor ini tidak dapat dibuat karena konflik yang dapat
terjadi dengan aturan sintaks lainnya. Hal ini sama seperti yang terjadi dengan nomina
yang diperluas dengan memakai verba.

4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks


Penganalisa sintaks ini dibangun dengan menggunakan alat bantu YACC.
YACC menerima aturan sintaks yang sesuai dengan tata bahasa penguraian LALR(1)
tanpa ambiguitas yang umum digunakan dalam proses penguraian (parsing) [John].
Program yang dihasilkan oleh alat bantu YACC ini dikenal dengan nama parser.
Parser berperan dalam memeriksa urutan token-token kelas kata yang membentuk
struktur sintaks kalimat-kalimat dari bahasa Indonesia. Pendefinisian aturan-aturan
sintaks ini mengacu pada tata bahasa baku bahasa Indonesia dengan menggunakan
metode-metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Definisi aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia yang telah dirancang pada bab
III dengan menggunakan notasi BNF dapat langsung dipakai pada bagian

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

48

implementasi. Hal ini disebabkan alat bantu Yacc yang digunakan dapat menerima
aturan-aturan produksi yang bebas konteks, sedangkan aturan-aturan produksi seperti
ini ekivalen dengan definisi BNF [Sage81].
4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks
Hasil penguraian struktur sintaks kalimat yang dilakukan dalam penelitian ini
direpresentasikan sebagai suatu struktur yang berbentuk pohon biner (binary tree).
Struktur data pada penelitian ini sama struktur data yang telah digunakan oleh Iskak
Hendrawan yaitu terdiri dari satu jenis objek yang merepresentasikan sebuah simpul
pada struktur pohon. Setiap simpul memiliki pointer ke anaknya yang berada di
sebelah kiri dan yang berada paling kanan. Simpul ini juga memiliki pointer ke
parentnya dan juga pointer ke simpul-simpul yang berada di sebelah kiri dan sebelah
kanannya untuk tingkat yang sama.
Hasil penguraian sintaks akan disimpan oleh objek-objek struktur pohon. Hasil
penguraian sementara akan disimpan ke dalam buffer. Setiap kali penganalisa leksikal
memberikan informasi token kelas kata yang sesuai dengan urutan aturan sintaks,
informasi ini kemudian disimpan ke dalam buffer beserta kata yang bersangkutan. Hal
ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu aksi pada setiap akhir definisi dari
simbol non terminal langsung menjadi suatu simbol terminal seperti contoh berikut
ini.
trans

: TRANS
;

intrans

: INTRANS
;

{pw($1)}
{pw($1)}

Pada contoh diatas, bagian akhir aturan sintaksnya ditambahkan pemanggilan


fungsi pw. Parameter $1 mengacu pada pointer elemen yang terdapat pada bagian

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

49

definisi aturan sintaks tersebut, yaitu TRANS. Fungsi ini akan menyimpan kata
beserta token kelas katanya ke dalam buffer.
Informasi tentang simpul-simpul non terminal terutama yang berfungsi
sebagai elemen dari kalimat akan disimpan ke dalam buffer ketika penganalisa sintaks
telah mendapatkan aturan sintaks yang match. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambahkan suatu aksi pada setiap definisi aturan sintaks, dimana aksi ini akan
memberikan informasi kepada buffer tentang simbol non terminal yang bersangkutan
dan menjadikan setiap elemen dalam definisi aturan sintaks tersebut sebagai anak dari
simpul non terminal yang dibuat sampai ditemukan aksi yang mengakhiri definisi
elemen yang bersangkutan. Berikut ini contoh definisi aturan sintaks yang telah
disisipi aksi.
ketChoice
trans

: {p("<KET> ")} ket {p("<END> ")}


|
;
: TRANS {pw($1)}
;

Pada contoh aturan sintaks dalam YACC di atas, terdapat pemanggilan fungsi
p.

Fungsi dengan parameter string <KET> menyatakan dimulainya definisi simpul

non terminal <KET>. Sebaliknya fungsi dengan parameter string <END> menyatakan
bahwa definisi simpul non terminal <KET> yang sebelumnya didefinisikan sudah
berakhir. Dengan kata lain, semua simpul anak-anaknya dan simpul yang berada di
sebelah kiri dan kanannya sudah didefinisikan.
Setelah proses penguraian sintaks selesai dan dinyatakan berhasil, proses
pembuatan struktur pohon dapat dimulai berdasarkan informasi yang didapat dari
buffer. Buffer ini akan memberikan informasi tentang simpul-simpul terminal atau
non terminal yang dapat dibuat beserta hubungan masing-masing simpul. Hal ini
dapat dilakukan karena aksi-aksi yang telah diselipkan pada saat pendefinisian aturan
sintaks.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

50

Dengan demikian, setelah menjalankan fungsi pembuatan pohon sintaks ini,


akan terbentuk satu pohon urai dari kalimat yang diuraikan, yang menyimpan
informasi struktur sintaks kalimat tersebut. Informasi yang tersimpan dalam struktur
data pohon ini dapat digunakan untuk pemrosesan bahasa alami yang akan
menggunakan pengurai kalimat yang dikembangkan dalam penelitian ini.
4.2 UJI COBA
Uji coba terhadap pengurai sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini
dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah uji coba dengan memakai input
kalimat-kalimat yang berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dan buku
Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy Sugono. Hal ini dilakukan
untuk menganalisa kebenaran proses penguraian dengan aturan-aturan sintaks yang
telah dibuat sebab sumber aturan-aturan sintaks yang dibuat dalam penelitian ini
adalah buku tata bahasa baku. Tahap kedua adalah uji coba dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam abstrak-abstrak makalah ilmu komputer. Tahap
ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana pengurai sintaks kalimat yang dibuat
dalam penelitian ini dapat diaplikasikan dalam lingkungan yang tidak terlalu
terkontrol kalimat-kalimatnya jika dibandingkan dengan kalimat dalam buku tata
bahasa baku bahasa Indonesia dan juga menganalisa apa saja kekurangannya.

4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama


Uji coba tahap pertama memakai contoh-contoh kalimat yang sesuai dengan
aturan-aturan sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini. Beberapa contoh kalimat
diambil dari buku Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy
Sugono selain berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

51

Tujuan uji coba tahap ini adalah melakukan pengecekan kebenaran terhadap
proses penguraian kalimat dengan aturan-aturan sintaks yang telah dirancang dan
didefinisikan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, contoh-contoh kalimat yang
digunakan adalah kalimat tunggal yang strukturnya telah didefinisikan oleh aturanaturan sintaks dalam penelitian ini. Kalimat-kalimat yang dipakai pada uji coba tahap
pertama ini lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kalimat yang dipakai oleh
Iskak Hendrawan. Hal ini disebabkan pola-pola kalimat yang dibuat oleh Iskak
Hendarawan masih sederhana tanpa adanya perluasan elemen-elemen kalimat dan
tujuan utama inti penelitian yang dilakukannya adalah mengetahui kemungkinan
penerapan LSA untuk kalimat bahasa Indonesia.
Kalimat-kalimat yang dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang
memiliki pola dasar seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori. Jadi kalimatkalimat tersebut akan masuk ke salah satu dari 8 pola dasar kalimat. Selain itu,
kalimat yang dipakai dapat juga merupakan kalimat yang telah mengalami perluasan
pada elemen-elemen pendukungnya seperti subjek, predikat, objek ataupun
pelengkapnya. Pola-pola kalimat ini sudah dibuat strukturnya dalam bentuk BNF dan
akan diuji kebenaran strukturnya dalam uji coba tahap ini.Beberapa contoh kalimat
yang digunakan dalam uji coba adalah sebagai berikut.
Tipe 1 Kalimat dasar berpola SPOK
Kita memasukkan prestasinya ke dalam buku catatan.
Tipe 2 Kalimat dasar berpola SPOPel
Semua itu memberi kita semangat.
Tipe 3 Kalimat dasar berpola SPO
Dia mewakili wanita Indonesia.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

52

Tipe 4 Kalimat dasar berpola SPPel


Wanita Indonesia menjadi Dr. Pratiwi.
Tipe 5 Kalimat dasar berpola SPK
Dia tergolong ke dalam cendekiawan muda.
Tipe 6 Kalimat dasar berpola SP (P:Verba)
Bumi berputar.
Tipe 7 Kalimat dasar berpola SP (P:Nomina)
Dia ilmuwan wanita.
Tipe 8 Kalimat dasar berpola SP (P:Adjektiva)
Dia hebat.
Kalimat-kalimat yang sudah diperluas.elemen-elemennya atau ditambah
dengan elemen keterangan.
a. Ayah membawakan saya hadiah dan buah tangan setelah pulang.
Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat dasar tipe 2 dengan
penambahan unsur keterangan:
Subjek : Ayah(NPers)
Predikat

: membawakan(Trans)

Objek : Saya(Pro)
Pelengkap

: hadiah(N) dan(CC) buah(N) tangan(N)

b. Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu.


Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat pasif dengan penambahan
elemen keterangan oleh pengusaha itu dan elemen pelengkap uang.
c. Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.
Pada kalimat di atas, frase nominal Karya tulis ilmiah remaja
merupakan perluasan nomina karya tulis yang menjadi subjek. Kalimat

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

53

ini merupakan kalimat pasif yang mendapatkan elemen keterangan


waktu setiap tahun.
d. Lamaran saya kirimkan ke kantor.
Kalimat ini adalah kalimat pasif tanpa awalan di- yang mendapatkan
tambahan elemen keterangan ke kantor.
e. Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat
tulis.
Subjek Anak mendapatkan perluasan nomina yang diawali oleh kata
yang. Demikian juga objek bantuan.
f. Ketika saya masuk, mereka diam.
Kalimat ini mendapatkan unsur keterangan waktu Ketika saya masuk
yang merupakan sentence adjunct.
Contoh-contoh kalimat di atas dapat memperlihatkan bentuk-bentuk kalimat yang
digunakan dalam uji coba tahap pertama.
Hasil uji coba ini cukup memuaskan. Kalimat-kalimat input dapat diuraikan
berdasarkan elemen-elemennya disertai penjelasan kelas kata masukan. Masalah yang
timbul pada uji coba ini adalah tidak lengkapnya kamus leksikal atau kamus kelas
kata yang digunakan. Banyak kata-kata yang digunakan tidak dapat ditentukan kelas
katanya karena tidak terdapat di dalam kamus. Setelah kamus leksikal dilengkapi,
masalah dapat diatasi.
4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua
Uji coba tahap kedua ini menggunakan kalimat-kalimat masukan yang berasal
dari kumpulan abstrak makalah ilmu komputer. Kalimat-kalimat ini dipilih terlebih
dahulu, sebab hanya kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat yang dapat
digunakan pada penelitian ini sesuai dengan pengurai yang hanya memuat aturan-

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

54

aturan sintaks untuk kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Tujuan uji coba
tahap kedua ini adalah untuk menganalisa sejauh mana aturan-aturan sintaks yang
telah dibuat dalam penelitian ini dapat diaplikasikan ke dalam kalimat-kalimat yang
digunakan di dalam lingkungan yang tidak terlalu dikontol.
Sumber kalimat-kalimat yang digunakan dalam uji coba tahap kedua ini sama
seperti yang digunakan dalam uji coba tahap kedua yang dilakukan oleh Iskak
Hendrawan. Kalimat ini berasal dari 20 abstrak yang dipilih dari 140 abstrak. Kalimat
yang terpilih adalah kalimat tunggal sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Dalam
pemilihan abstrak ini, panjang kalimat terkecil adalah 3 kata, sedangkan yang terbesar
adalah 28 kata. Rata-rata panjang kalimat secara keseluruhan adalah 17,8 kata. Jumlah
total kalimat dari 20 abstrak tersebut adalah 245 kalimat, kemudian dipilih 194
kalimat untuk dijadikan kalimat masukan. Jumlah kalimat yang dipakai pada uji coba
tahap kedua ini kurang dari jumlah kalimat yang dipakai oleh Iskak Hendrawan. Pada
penelitian yang dilakukannya, jumlah kalimat yang dipakai adalah 200 kalimat. Enam
buah kalimat yang tidak dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat majemuk
setara. Pola kalimat majemuk setara ini tidak termasuk ke dalam ruang lingkup
penelitian sehingga tidak dipakai dalam uji coba tahap kedua.
Kesalahan penulisan kalimat yang terdapat pada abstrak sampel ini seringkali
terjadi. Kesalahan penulisan ini kemudian diperbaiki secara manual. Selain itu,
struktur kalimat-kalimat masukan banyak yang tidak baku. Hal ini akan lebih jelas
setelah melihat hasil penguraian. Sebagian besar kegagalan penguraian yang
dilakukan disebabkan struktur kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku
bahasa Indonesia.
Untuk mengatasi masalah yang sama seperti masalah pada uji coba pertama,
kata-kata yang tidak terdapat pada kamus kelas kata akan dianggap sebagai kata

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

55

benda (nomina). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kata-kata yang tidak dikenali
kemungkinan besar adalah nama dari sesuatu. Dengan solusi ini kalimat-kalimat yang
tidak bisa diuraikan dengan alasan kata-kata yang membentuknya tidak terdapat di
dalam kamus sebagian besar dapat diatasi. Selain itu, banyak kata-kata kerja dalam
bentuk pasif tidak terdapat di dalam kamus. Untuk mengatasinya, kata-kata yang tidak
dikenali ini akan diperiksa apakah kata tersebut berawalan di-. Karena kata-kata
berawalan di- berpotensi menjadi kata kerja pasif, kata-kata yang tidak dikenali dan
berawalan di- ini dianggap sebagai kata kerja pasif.
Kalimat-kalimat yang akan dijadikan masukan parser sebelumnya telah
dianalisa secara manual kebenaran struktur kalimatnya. Proses penguraian kalimat
input kemudian dilakukan setelah persiapan diatas dilakukan. Pada penguraian ini
parser berhasil menguraikan 132 kalimat dari 194 (68,04%) kalimat masukan.
Kalimat-kalimat yang berhasil diuraikan dapat dilihat pada lampiran 4.
Jumlah kalimat yang berhasil diuraikan pada tahap ini jauh lebih besar
dibandingkan jumlah kalimat yang berhasil diuraikan oleh parser yang dibuat oleh
Iskak Hendrawan yaitu 27% dari 200 kalimat. Hal ini disebabkan parser yang dibuat
oleh Iskak Hendrawan tidak dapat mengatasi masukan-masukan berupa kalimat
nominal. Selain itu, kalimat-kalimat input ini juga banyak berupa kalimat yang
elemen-elemen penyusunnya telah mengalami perluasan termasuk oleh anak kalimat
majemuk bertingkat. Misalnya subjek kalimat yang berupa nomina dapat diperluas
oleh kalimat yang sebelumnya didahului oleh kata yang. Demikian juga elemenelemen kalimat yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan tidak
menggunakan pola-pola kalimat seperti ini. Pola-pola yang dibuat berupa pola-pola
kalimat sederhana bahkan elemen pelengkap kalimat tidak digunakan sehingga

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

56

kalimat masukan yang memiliki elemen ini akan mengalami kesalahan pada proses
penguraiannya.
Tiga buah kalimat lain (1,55% dari 194 kalimat) juga berhasil diuraikan, tetapi
struktur hasil penguraiannya salah. Contoh:
Metode yang digunakan ini cukup efektif dalam pembuatan sistem ini.
Kesalahan ini diakibatkan oleh ambiguitas kelas kata. Kata cukup bisa berfungsi
sebagai adjektiva atau adverbia. Dalam kamus kelas kata yang digunakan dalam
penelitian ini kata cukup termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Oleh karena itu,
kata cukup pada kalimat di atas kemudian berfungsi sebagai elemen predikat
sesuai dengan kalimat dasar tipe adjektival dan kata efektif berfungsi sebagai
elemen pelengkap. Sehingga hasil penguraian struktur kalimat di atas menjadi:
Subjek

: Metode(N) yang(YANG) digunakan(Pasif) ini(Pro)

Predikat

: cukup(Adj)

Pelengkap

: efektif(Adj)

Keterangan

: dalam(P) pembuatan(N) sistem(N) ini(Pro).

Padahal kata cukup

di atas seharusnya berfungsi sebagai adverbia yang

menerangkan kata efektif yang berfungsi sebagai elemen predikat pada kalimat di
atas. Bandingkan dengan kalimat berikut.
Uang yang digunakan sudah cukup.
Sebanyak 135 kalimat masukan (69,59% dari 194 kalimat) yang berhasil
diuraikan di atas kecuali kalimat pasif kemudian dikelompokkan berdasarkan pola
dasar kalimat yang dipakai yaitu salah satu dari 8 tipe pola kalimat dasar. Hasil
penguraian tersebut memperlihatkan pola kalimat yang sering dipakai pada abstrak
makalah ilmu komputer. Kalimat yang paling sering dipakai adalah kalimat aktif.
Kalimat yang termasuk ke dalam kalimat aktif adalah kalimat berpola dasar tipe 1,

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

57

tipe 2, tipe 3 dan tipe 6 [Sugo97]. Jumlah kalimat aktif pada kalimat masukan adalah
97 buah, sedangkan kalimat pasif berjumlah 38 buah. Pengelompokkan kalimat
masukan dapat dilihat pada tabel IV-2.
Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan
dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif.
Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba
aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian kalimat pasif hanya terdapat dalam
kalimat dasar tipe 1, tipe 2 dan tipe 3.

Pola Dasar

Jumlah

Persentase

Tipe 1: SPOK
Tipe 2: SPOPel
Tipe 3: SPO
Tipe 4: SPPel
Tipe 5: SPK
Tipe 6: SP(Verba)
Tipe 7: SP(Nomina)
Tipe 8:SP(Adjektiva)
Kalimat Pasif
Total

Kalimat
33
13
23
9
3
5
4
7
38
135

(dari 194 Kalimat)


17,01%
6,7%
11,86%
4,64%
1,55%
2,58%
2,06%
3,6%
19,59%
69,59%

Tabel IV-2: Pengelompokkan kalimat masukan ke dalam pola dasar dan pola kalimat pasif.

Pengelompokkan kalimat pasif berdasarkan pola dasar kalimat asal yaitu pola dasar
tipe 1, tipe 2 dan tipe 3 dapat dilihat pada tabel IV-3.

Pola Dasar Kalimat


Asal
Tipe 1: SPOK
Tipe 2: SPOPel
Tipe 3: SPO

Jumlah Kalimat

Persentase

34
3
1

(dari 194 Kalimat)


17,53%
1,54%
0,52%

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

Total

58

38

19,59%

Tabel IV-3 : Pengelompokkan kalimat pasif masukan berdasarkan pola dasar kalimat asal.

Kedua tabel sebelumnya memperlihatkan bahwa pola kalimat yang sering digunakan
adalah pola dasar tipe 1 (SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01%
berupa kalimat aktif dan 17,53 % berupa kalimat pasif.
Pengurai sintaks yang dibuat pada penelitian ini juga dapat menguraikan
kalimat masukan berupa kalimat majemuk bertingkat seperti yang telah dijelaskan
pada saat membedakan parser yang dibuat oleh Iskak Hendrawan dengan parser yang
sedang diuji coba ini. Kalimat masukan seperti ini ditandai oleh adanya anak kalimat
yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi unsur-unsur kalimat seperti
subjek, objek atau pelengkap dan juga adanya anak kalimat yang memperluas nomina
yang didahului oleh konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu.
Semua pola dasar kalimat dapat memiliki keterangan yang merupakan anak
kalimat, tetapi pada 135 buah kalimat masukan ini hanya kalimat berpola dasar tipe 1
(SPOK) dan tipe 5 (SPK) yang memiliki keterangan berupa anak kalimat. Kalimat
pasif yang berpola dasar tipe 1 (SPOK) juga dapat memiliki keterangan berupa anak
kalimat. Contohnya adalah kalimat berikut.
Aktif Pola1 : Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi
kebutuhan ini karena proses pembuatannya kurang efisien.
Pasif Pola 1: Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf.
Pola 5

: Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi


bisnis yang beragam

Tabel IV-4 memperlihatkan perbedaan jumlah kalimat yang memiliki unsur


keterangan berupa anak kalimat atau unsur keterangan berupa kata dan frasa. Secara

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

59

keseluruhan jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan berupa anak
kalimat adalah 30 buah. Jumlah kalimat yang memiliki unsur keterangan berupa kata
atau frasa lebih banyak dari jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan
berupa anak kalimat yaitu 41 buah.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, anak kalimat pengganti nomina yang
ditandai oleh kata bahwa dapat mengisi unsur-unsur kalimat yang berupa nomina.
Oleh karena itu, unsur-unsur kalimat yang dapat digantikan oleh anak kalimat ini
dapat berupa subjek, objek ataupun pelengkap. Pada kalimat masukan hanya terdapat
2 buah kalimat yang memiliki anak kalimat seperti ini. Anak kalimat yang diawali
kata bahwa pada sampel ini mengisi posisi objek pada kalimat aktif transitif.

Pola Dasar Kalimat


Aktif Pola 1: SPOK
Pasif Pola 1: SPOK
Pola 5 : SPK

Jumlah

Persentase

Persentase (dari 194

Kalimat
17
16
12
22
1
2

(dari Pola dasar)


51,52%
48,48%
35,29%
64,71%
33,33%
66,67%

kalimat masukan)
8,76%
8,25%
6,19%
11,34%
0,52%
1,03%

Anak Kalimat

Kata/Frasa

Tabel IV-4: Perbandingan kalimat masukan yang memakai keterangan berupa anak kalimat dan
keterangan berupa kata/frasa.

Pada kalimat masukan yang benar struktur tata bahasanya terdapat 44 buah
kalimat yang memiliki anak kalimat yang diawali oleh konjungtor yang. Dengan kata
lain, terdapat 44 buah kalimat yang nominanya diperluas oleh anak kalimat ini. Tabel
IV-5 memberikan gambaran anak kalimat yang memperluas nomina elemen kalimat.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat predikat berupa nomina
yang diperluas oleh anak kalimat ini. Anak kalimat yang memperluas nomina subjek

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

60

15 buah. Anak kalimat yang memperluas pelengkap dan nomina yang terdapat pada
elemen keterangan masing-masing berjumlah 5 dan 15 buah.

Unsur Kalimat
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Total

Jumlah Kalimat

Persentase

15
0
9
5
15
44

(dari 194 Kalimat)


7,73%
0%
4,64%
2,58%
7,73%
22,68%

Tabel IV-5: Jumlah anak kalimat yang memperluas nomina elemen-elemen kalimat.

Pada kalimat masukan yang benar struktur bahasannya tidak terdapat nomina
yang diperluas oleh anak kalimat yang diakhiri kata penunjuk itu, tetapi terdapat 4
buah buah kalimat yang memiliki nomina yang diperluas oleh anak kalimat tanpa kata
penunjuk itu. Hal ini disebabkan nomina yang dimaksud bersifat umum tanpa
mengacu langsung pada sebuah nomina. Dengan kata lain nomina ini tidak terbatas
jumlahnya (indefinite). Jadi walaupun nomina yang dipakai dalam bahasa Indonesia
kebanyakan bersifat takrif (definite), nomina yang bersifat umum ini tetap bernilai
benar [Sugo97]. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat
menghasilkan dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek
dalam bentuk hiperteks.
Anak kalimat yang langsung menyertai nomina ini selalu sama yaitu berupa kata
berorientasi objek. Jadi hanya nomina yang diiringi oleh anak kalimat ini yang
berbeda. Nomina-nomina lain yang terdapat pada kalimat masukan adalah metodologi
berorientasi objek, perangkat lunak berorientasi objek.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

61

Kalimat masukan juga memiliki kalimat yang benar struktur kalimatnya, tetapi
tidak bisa diuraikan oleh parser yaitu sebanyak 8 buah kalimat dari 194 kalimat (4,12
%). Delapan buah kalimat ini adalah kalimat yang memiliki variasi urutan elemenelemennya. Dengan kata lain, kalimat ini adalah kalimat yang pola elemen
penyusunnya bukan merupakan pola dasar. Contoh:
Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen
bisnis menjadi lebih aman, akurat, dan ekonomis.
Seharusnya, kalimat di atas diuraikan menjadi:
Subjek

: pertukaran(N) dokumen(N) bisnis(N)

Predikat

: diharapkan(Pasif)

Pelengkap

: menjadi(Trans) lebih(Adv) aman(Adj), akurat(Adj), dan(CC)


ekonomis(Adj)

Keterangan

: Dengan(CS) menerapkan(Trans) konsep(N) tersebut(Pro)

Kata diharapkan merupakan elemen predikat pada kalimat di atas. Posisi kata ini
mendahului elemen subjek kalimat yaitu pertukaran dokumen bisnis. Pada pola dasar
kalimat, elemen predikat selalu mengikuti elemen subjek. Implementasi yang
dilakukan pada penelitian ini hanya menerapkan aturan sintaks untuk kalimat-kalimat
yang memiliki pola dasar dan belum mengalami variasi urutan elemen pembentuknya.
Jika pola variasi ini diimplementasikan dengan menggunakan YACC seperti yang
dilakukan pada penelitian ini, alat bantu ini akan menolak aturan pola variasi. Hal ini
terjadi disebabkan aturan sintaks pola variasi ini menimbulkan konflik ambigu dengan
definisi aturan sintaks lainnya.
Lima puluh satu dari 194 kalimat input yang tersisa (26,28%) juga tidak dapat
diuraikan oleh parser. Setelah dilakukan analisa, kalimat input ini memiliki struktur

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

62

sintaks yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Contoh-contoh
kalimat yang struktur sintaksnya tidak sesuai ini adalah sebagai berikut:
Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat percobaan.
Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang
kritis yang sering terlupakan.
Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem
pengamanan yang dapat menjamin hanya orang yang dapat membaca
kandungan informasi dari pesan yang dikirim untuknya.
Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma asimetris,
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Kesalahan-kesalahan sintaks penulisan kalimat seperti di atas dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kesalahan yaitu:
1. Kesalahan sintaks yang terbanyak adalah kesalahan penempatan tanda
baca , (koma) dalam kalimat. Contoh:
Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis Unix, memiliki
beberapa keuntungan.
Seharusnya diantara kata Unix dan kata memiliki pada kalimat di atas
tidak dipisahkan dengan tanda , (koma).
2. Kesalahan sintaks kedua adalah penempatan kata-kata konjungtor
koordinatif seperti dan, atau, tetapi di awal kalimat.
Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan
yang kritis yang sering terlupakan.
3. Kesalahan berikutnya adalah kalimat masukan yang tidak lengkap elemen
kalimat penyusunnya. Contoh:

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

63

Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator: analisa leksikal,


analisa sintaks, pengaturan tabel simbol dan pembentuk instruksi
(code generator).
kalimat di atas tidak memiliki elemen subjek yang merupakan elemen
wajib pada kalimat bahasa Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada
bab II sehingga menyalahi aturan tata bahasa baku bahasa Indonesia.
4. Kesalahan yang lain adalah kalimat masukan yang menggunakan preposisi
sebagai penghubung untuk perluasan nomina. Contohnya adalah sebagai
berikut.
Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.
Frase preposisi dari penerapan EDI adalah keterangan dari kata inti
pada kalimat di atas. Pola seperti ini tidak benar menurut aturan kalimat
baku bahasa Indonesia sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
pada struktur bahasa Indonesia, perluasan dari nomina hanya dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Perluasan dengan yang.
2. Perluasan dengan penjajaran unsur nomina tanpa menggunakan
konjungtor.
Oleh karena itu, contoh kalimat itu seharusnya memiliki struktur sebagai
berikut:
Inti penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.
5. Kesalahan selanjutnya adalah pemakaian kalimat majemuk bertingkat
yang tidak jelas unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk
kalimat dan bagian mana yang merupakan anak kalimat. Contohnya adalah
kalimat berikut ini.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

64

Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program uji, maka


dilakukan langkah perbaikan terhadap kesalahan program tersebut.
Dalam contoh ini kedua unsur kalimat majemuk bertingkat didahului
konjungtor sehingga tidak diketahui unsur mana yang merupakan induk
kalimat. Seperti telah dibicarakan pada bab II, anak kalimat didahului oleh
konjungtor dan induk kalimat tidak didahului oleh konjungtor. Dengan
demikian, kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat di atas
tidak mempunyai induk kalimat. Padahal, di dalam sebuah kalimat
majemuk bertingkat harus ada induk kalimat. Salah satu konjungtor harus
dihilangkan agar satu dari dua unsur tersebut menjadi induk kalimat.
Hasil analisa penguraian di atas kemudian dikelompokkan berdasarkan
pengecekan kebenaran struktur kalimat secara manual

dan hasil penguraian itu

sendiri. Pengelompokkan hasil penguraian itu sendiri dapat dilihat dalam diagram
gambar IV-1.

Parser berhasil dan struktur kalimat hasil


penguraian benar .

Parser berhasil, tapi struktur kalimat hasil


penguraian salah .

68,04%

1,55%

Parser tidak berhasil menguraikan


walaupun struktur kalimat masukan
benar.

Parser tidak berhasil dan struktur kalimat


masukan salah.
26,28%

4,12%

Gambar IV-1: Pengelompokkan hasil penguraian terhadap 194 kalimat masukan.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

65

Demikian hasil uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini. Parser berhasil
menguraikan 68,04% struktur kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil
menolak 26,28% kalimat masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar
5,67% kalimat masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik Hal ini
disebabkan oleh parser sendiri yang tidak dapat membedakan kelas kata ambigu
(1,55%) dan tidak dapat menguraikan struktur kalimat yang memiliki pola variasi
(4,12%). Ketidakmampuan ini berhubungan dengan keterbatasan Lex-YACC yang
tidak dapat membedakan kata yang memiliki kelas kata ambigu dan tidak dapat
membedakan struktur kalimat yang ambigu. Kesimpulan dan saran pengembangan
lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa-analisa dan
uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil implementasi pengurai yang memuat struktur kalimat tunggal dan
kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia dengan menggunakan
definisi BNF cukup baik. Parser berhasil menguraikan 68,04% struktur
kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil menolak 26,28% kalimat
masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar 5,67% kalimat
masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik
2. Hasil analisa struktur kalimat bahasa Indonesia terhadap kalimat sampel
dengan menggunakan pengurai berbasis LSA adalah sebagai berikut.
Kalimat aktif yaitu kalimat berpola dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe
6 sebanyak 74 buah (38,14%).
Kalimat pasif sebanyak 38 buah (19,59%).
Kalimat berpredikat nomina (tipe 7) sebanyak 4 buah (2,06%).
Kalimat berpredikat adjektiva (tipe 8) sebanyak 7 buah (3,6%).
Kalimat tipe 4 sebanyak 9 buah (4,64%).
Kalimat tipe 5 sebanyak 3 buah (1,55%).

3. Pola dasar kalimat yang paling sering digunakan adalah pola dasar tipe 1
(SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01% dari kalimat
sampel berupa kalimat aktif dan 17,53% berupa kalimat pasif.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

68

4. Penggunaan kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa
Indonesia pada penulisan abstrak ilmiah di bidang ilmu komputer sering
terjadi. Kesalahan-kesalahan ini meliputi:
Kesalahan penempatan tanda baca , (koma) dalam kalimat.
Kesalahan penempatan kata-kata konjungtor koordinatif seperti
dan, atau, tetapi di awal kalimat.
Kesalahan pada kalimat yang tidak lengkap elemen penyusunnya.
Kesalahan pada kalimat yang menggunakan preposisi sebagai
penghubung untuk perluasan nomina.
Kesalahan pemakaian kalimat majemuk bertingkat yang tidak jelas
unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk kalimat dan
bagian mana yang merupakan anak kalimat.
5. Kesulitan pembuatan aturan sintaks disebabkan keterbatasan kemampuan
alat bantu yang dipakai yaitu meliputi:
Ketidakmampuan

mengatasi

masalah

ambiguitas

kelas

kata.

Contohnya kelas kata cukup dapat berupa adverbia atau adjektiva.


Alat bantu ini hanya memilih satu solusi tanpa melihat alternatif lain
jika mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan mengatasi konflik antar aturan sintaks (aturan
sintaks yang ambigu). Jika parser menemukan dua atau lebih aturan
sintaks yang dapat dipilih berdasarkan token kelas kata yang sedang
diproses untuk mereduksi kalimat masukan pada satu waktu, parser
akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan. Contohnya
adalah aturan kalimat yang elemen kalimat penyusunnya bervariasi
sehingga menimbulkan konflik dengan aturan sintaks lainnya.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

69

5.2 SARAN
Saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut dari apa yang sudah dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengurai sintaks kalimat yang dibuat dalam penelitian ini masih dapat
menghasilkan struktur pohon yang salah. Oleh karena itu untuk
pengecekan tata bahasa dari suatu kalimat perlu ditambahkan proses
validasi terhadap struktur pohon yang dibangun pengurai kalimat dari
kalimat tersebut.
2. Kalimat yang berhasil diuraikan oleh pengurai ini adalah kalimat tunggal
dan kalimat majemuk bertingkat. Aturan-aturan sintaks ini dapat diperluas
lagi dan juga alat bantu yang dipakai adalah alat bantu yang harus dapat
mengatasi aturan sintaks yang ambigu jika ingin menguraikan kalimat lain
seperti kalimat majemuk setara. Perbedaan antara kalimat majemuk
bertingkat dan kalimat majemuk setara sehingga kalimat majemuk
bertingkat dapat diuraikan oleh pengurai ini adalah sebagai berikut.
Kalimat majemuk bertingkat dapat dibangun dengan menggunakan
pengurai ini karena kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh adanya
anak kalimat yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi
unsur-unsur kalimat seperti subjek, objek atau keterangan dan juga
adanya anak kalimat yang memperluas nomina yang didahului oleh
konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu. Aturan sintaks anak
kalimat

yang

didahului

oleh

konjungtor-konjungtor

ini

tidak

menimbulkan konflik dengan aturan sintaks yang lainnya.


Kalimat majemuk setara ditandai oleh adanya konjungtor dan, lalu,
atau atau tetapi ataupun tanda baca , (koma) yang menghubungkan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

70

kalimat-kalimat penyusunnya. Konjungtor dan tanda baca ini


menimbulkan konflik terhadap aturan sintaks frase nomina. Perhatikan
kalimat berikut ini.
Ibu membelikan coklat dan pensil warna dan ayah membelikan
sepeda.
Konjungtor dan yang pertama menandakan frase nomina dan
konjungtor kedua menandakan adanya kalimat majemuk setara.
Pengurai akan mendapatkan dua buah aturan sintaks yang dapat dipilih
ketika memproses dan yang pertama. Karena adanya konflik ini,
pengurai akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan. Jika
frase nomina yang dipilih, kata-kata pensil warna dan ayah akan
dianggap bagian objek kalimat pertama. Ketika memproses kata
membelikan, pengurai akan mengalami kegagalan karena pelengkap
kalimat transitif hanya dapat berupa nomina. Aturan sintaks yang
kedua tidak akan dipilih karena hanya satu solusi yang dapat
dijalankan.
3. Beberapa hal yang tidak dapat diimplementasikan oleh pengurai ini adalah
sebagai berikut.
Elemen subjek kalimat berupa kata kerja berakhiran pronomina
penunjuk. Contohnya adalah kalimat berikut.
Menangis itu kadang-kadang perlu.
Kalimat-kalimat

yang

memiliki

variasi

urutan

elemen-elemen

penyusunnya.
Kelas kata ambigu yang dapat terjadi karena sebuah kata dapat
memiliki lebih dari satu kelas kata.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

71

Kalimat-kalimat ini tidak dapat diimplementasi dengan menggunakan alat


bantu yang digunakan dalam penelitian ini karena menimbulkan konflik
ambiguitas dengan aturan sintaks kalimat lainnya. Oleh karena itu, hal-hal
tersebut bisa diimplementasi dengan menggunakan alat bantu lain yang
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ambiguitas tersebut.
Contohnya adalah alat bantu yang memiliki kemampuan mencatat semua
langkah yang telah dilakukan yang biasanya dimiliki oleh alat bantu yang
mempunyai kemampuan backtracking. Jika pengurai yang memiliki
kemampuan seperti ini menjumpai aturan sintaks ambigu, pengurai dapat
mengambil pilihan yang pertama dan mencatat tempat ambigu tersebut
agar dapat kembali ke tempat itu jika menemui kegagalan pada pilihan
sebelumnya. Hal ini berbeda dengan Lex-YACC yang sekarang dipakai
yang hanya akan menjalankan pilihan pertama jika menemui aturan sintaks
yang ambigu. Kata yang memiliki lebih dari satu kelas kata juga dapat
mencoba aturan sintaks yang sesuai dengan masing-masing kelas kata itu.
4. Kamus leksikal yang sudah ada perlu dikembangkan dan dilengkapi.
5. Penelitian terhadap sintaks kalimat baku bahasa Indonesia harus terus
dilakukan baik dari bidang ilmu sastra maupun ilmu komputer untuk
meningkatkan penggunaan teknologi terhadap pemrosesan bahasa alami
bagi bahasa Indonesia.

REFERENSI

[Alwi98]

Alwi, H., Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M.


Moeliono,

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta 1998


[Alle94]

Allen, J., Natural Language Understanding; The Benjamin/Cumming


Publishing Company, Inc., Redwood City, CA 1994

[Iska99]

Iskak Hendrawan, Pengurai Sintaks Kalimat untuk Bahasa Indonesia


dengan Metode Linguistic String Analysis; Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia, Depok 1999

[John]

Johnson, S. C., YACC: Yet Another Compiler-Compiler; AT&T Bell


Laboratories, New Jersey.
http://www.csc. calpoly.edu/~gfischer/450/doc/yacc/paper.txt

[Lesk]

Lesk, M. E. dan Schmidt, E., Lex A Lexical Analyzer Generator.


http://www.cs. ucsb.edu/~cs160/machines/lex-docs.txt

[Sage81]

Sager, N. Natural Language Information Processing: A Computer


Grammar of English and Its Aplications; Addison-Wesley Publishing
Company, Massachusetts 1981

[Sugo97]

Sugono, D., Berbahasa Indonesia dengan Benar; Penerbit Puspa


Swara, Jakarta 1997

72

LAMPIRAN 1
ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA

Kalimat Deklaratif
<SENTENCE>

::= <CENTER><*ENDMARK>.

<CENTER>

::= <ASSERTION>.

<ASSERTION> ::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.

String Subjek Kalimat


<SUBJECT>

::= <NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.

<PARTIKEL>

::= NULL|<PAR>.

String Nomina
<NOUN_PHRS>
<NEXT_NOUN_PHRS>

::= <NSTG><NEXT_NOUN_PHRS>.
::= NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|
<*CC><NOUN_PHRS>.

<NSTG>

::= <*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.

<LNRORLADJR>

::= <LNR>|<LADJR>.

<LNR>

::= <LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.

<LADJR>

::= <LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.

<LPROR>

::= <*PRO><RPRO>.

<RPRO>

::= NULL|<*PRO>.

<LADJ>

::= <ADVS>.

<RADJ>

::= NULL|<ADVBS><*PRO>.

<LN>

::= <NUMS>.

<NOUNS_RN>

::= <RN>|<NOUNS><RN_OPT>.

<RN>

::= <*PRO><YANGSTG>.
73

<RN_OPT>

::= <*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.

<NOUNS>

::= <*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>
<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<IS_ADJ>

::= NULL|<*ADJ>.

<NEXT_NOUNS>

::= NULL|<*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>.

<NEXT_NAMA>

::= NULL|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<NEXT_PERSONA>

::= NULL|<NPERS><NEXT_PERSONA>.

String Numeralia
<NUMS>

::= <*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.

<NEXT_NUMS> ::= NULL|<*NUM><NEXT_NUMS>.


<RNUM>

::= <*NP>.

String Predikat Kalimat


<PREDICATE0> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|
<*DEFINISI><PELENGKAPINT>|
<LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.
<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.
<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.
<PRECHOICE>

::= NULL|<*P><LADJR>.

<CHOICE>

::= <ADVORNOT><MORNOT>|<ADVORNOT><AUX>|<*ASP><ADVORNOT>.

<PREDICATE>

::= <ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.

<LTIPE7>

::= <BKORNOT><ARTORNOT>.

<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>|<LTIPE8><TIPE8><PELENGKAPINTORNOT>


<KETCHOICE>.
<LTIPE8>

::= <ARTORNOT>.

<VERBA>

::= <TIPE123>|<TIPE456>.

<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELNOT> <KETCHOICE>.

Predikat Pola Dasar Tipe 123


<TIPE123> ::= <TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
74

<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.


<NEXT_TRANS>

::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.

<TRANS_OPT>

::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.

<LTRANS>

::= <LPREDICATE>.

<RTRANS>

::= <ADVBORNOT>.

Predikat Pola Dasar Tipe 456


<TIPE456>

::= <TIPE_AKTIF_INTRANS> <PELORNOT><KETCHOICE>.

<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= <INTRANS><RINTRANS>.


<RINTRANS>

::= <ADVBORNOT>.

Predikat Pola Dasar Tipe 7 dan Tipe 8


<TIPE7>

::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.

<TIPE8>

::= <LADJR><NEXT_ADJ>.

Predikat Pasif
<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.
<KPASIF>

::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|
<*KENA><PASIF2>

<RPASIF>

::= <*ADVB>

String Objek Kalimat


<OBJECT>

::= <NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|
<TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

String Pelengkap dan Keterangan Kalimat


<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.
<PELORNOT>

::= NULL|<PELENGKAP>

<PELENGKAPINT>

::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.

<PELENGKAP>

::= <NOUN_PHRS>.

<KETCHOICE>

::= NULL|<KET>.
75

<KETCHOICE2>

::= NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.

<KET>

::= <KET1>|<KET2>.

<KET1>

::= <CSUB><PRDORASSERT><ADVORNOT>.

<KET2>

::= <PSUB><KETOP><ADVORNOT>.

<PRDORASSERT>

::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>.

<PREDICATE1>

::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>.

<KETOP>

::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.

<CSS>

::= <*CS>.

<PSS>

::= <*P><NEXT_PS>.

<NEXT_PS>

::= NULL|<*P>.

Sentence Adjunct
Keterangan Kalimat
<SAF>

::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|<ADVORNOT><KET2>.

Keterangan Nomina
<YANGSTG>

::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.

<ASSORSTG>

::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>

<YANGSTG_FULL>

::= <*YANG><ASSORSTG>.

Pilihan-Pilihan Lain
<ADVORNOT>

::= NULL|<ADVS>.

<ADVS>

::= <*ADV><NEXT_ADVS>.

<NEXT_ADVS>

::= NULL|<*ADV><NEXT_ADVS>.

<ADVBORNOT>

::= NULL|<ADVBS>.

<ADVBS>

::= <*ADVB>.

<MORNOT>

::= NULL|<*M>.

<BKORNOT>

::= NULL|<*BUKAN>.

<ARTORNOT>

::= NULL|<*ART>.

76

LAMPIRAN 2
KELAS KATA
Simbol
ADJ
ADV
ADVB
ART
CC

Kelas Kata
Adjektiva
Adverbia
Adverbia
Artikula
Konjungtor
Koordinatif
CS
Konjungtor
Subordinatif
M
Modal
PRO
Pronomina
N
Nomina
NPERS
Nomina Persona
NP
Nomina
Penggolong
NPS
Nomina
Penggolong
NUM
Numeralia
P
Preposisi
PAR
Partikel
TRANS Verba Transitif
INTRANS Verba Intransitif
PASIF
Verba Pasif
PASIF2
Verba Pasif
NAMA
Nomina
BUKAN Kata Ingkar
AUX
Auxiliary
ASP
Aspek

Keterangan

Contoh
Kata sifat
Cantik,
Kata keterangan di depan kata lain
Sangat
Kata keterangan di belakang kata lain indah
Sekali
Si, sang
Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu
klausa pada kalimat majemuk setara.
Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika,
bertingkat
walaupun
Kira, rasa
Saya, itu
Kata benda
Buku, pena
Kata benda persona
Bos,
Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir
pimpinan
numeralia
Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah,
numeralia
seekor
Kata bilangan
Seribu,
Kata depan
Di, ke, dari
sedikit
Kah, pun
Kata kerja transitif
Mencoba
Kata kerja intransitif
Pergi, lari
Kata kerja pasif
Dicoba
Kata kerja pasif
Rasakan,
Nama seseorang
Shelly,
coba
Penginkaran untuk predikat nomina
Bukan
Vivi
Boleh,
Telah,
dapat
sedang

77

LAMPIRAN 3
KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL
DIURAIKAN

Pendekatannya dilakukan secara struktural.

Pola primitif disandikan dengan huruf abjad.

Evaluasi ekspresi menggunakan metoda pohon ekspresi.

SP3 dibuat dengan pendekatan berorietasi objek.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik 3D obyek koordinat alam dari
titik-titik 2D koordinat citra.

Model transformasi yang digunakan adalah model OTOKO (Ohmura-Tomono-Kobayashi).

Alat penunjang berupa kamera RGB untuk merekam obyek dan komputer PC bagi program
perhitungan.

Teknik penyandian tradisional kriptografi dengan algoritma asimetris digunakan untuk mencegah
masalah tsb.

Ukuran pesan dalam keadaan terenkripsi ternyata lebih besar daripada ukuran pesan aslinya.

Penelitian ini dibagi lagi menjadi dua kelompok.

Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi bisnis yang beragam.

Bakuan tersebut telah diakui oleh International Strandard Organization sebagai bakuan EDI
internasional.

Penelitian ini menerapkan konsep EDI dalam sebuah prototipe.

Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi kebutuhan ini karena proses
pembuatannya kurang efisien.

Informasi yang terdapat dalam dokumen harus mudah untuk diakses.

Sistem hiperteks dapat memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.

78

SPN merupakan sistem pendistribusian artikel Netnews dengan menggunakan disket sebagai
media.

Pendistribusian paket Netnews dan administrasi pelanggan dilakukan pada komputer PC/AT.

Buck memiliki beberapa kesulitan dalam pemakaiannya.

Perkembangan bahasa pemrograman komputer demikian cepat.

Bahasa generasi keempat pun muncul.

Sistem penterjemah ini dibangun untuk membangun sebuah kompilator.

Dengan demikian, langkah perbaikan dapat dihindari.

Terhadap program P, teknik mutasi akan menghasilkan himpunan mutan.

Data tes T dikembangkan untuk membunuh mutan tersebut.

Jika kesalahan itu dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi, improver akan mengusulkan
mutan yang masih hidup sebagai alternatif perbaikan bagi kesalahan program P.

Improver memiliki beberapa kelemahan yang dapat diatasi dengan pengembangan lebih lanjut.

Manipulasi gambar menggunakan teknik-teknik pengolahan citra.

Sistem jaringan telekomunikasi telepon saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Model ER adalah sebuah konsep model data tingkat tinggi yang lebih mendekati persepsi data bagi
pemakai.

Beberapa paket basis data komersial menggunakan konsep tersebut.

Model ER menggunakan diagram untuk mempresentasikan data dan hubungan antar data dari
basis data yang sedang dirancang.

Diagram tersebut akan dipetakan untuk memperoleh tabel-tabel dalam basis data relasional.

Selanjutnya tabel-tabel tersebut akan dinormalisasi berdasarkan konsep Functional Dependency


(ketergantungan fungsional).

Tugas akhir ini bertujuan untuk mengembangkan PIRANTI PELAKSANAN NORMALISASI


BASIS DATA RELASIONAL (PINOR).

Laporan ini membahas pengenalan huruf tulisan tangan dengan pendekatan heuristik.

Kerangka huruf merupakan masukan bagi metode heuristik

Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf.


79

Deskripsi disimpan dalam file tex secara akumulatif.

Algoritma ini menggunakan teknik manipulasi bit data sehingga proses pelacakan dapat dilakukan
dengan efisien.

ARTMAP dapat mempelajari pola-pola baru tanpa menggunakan pola-pola lama.

ARTMAP mampu mengklasifikasikan pola-pola masukan yang diterimanya ke dalam berbagai


kategori pengenalan berdasarkan keberhasilan dan kegagalannya melakukan prediksi.

Sistem pada dasarnya terbagi atas dua tahap.

Algoritma ini berdasarkan pada model komputasi Shared-memory MIMD Crew.

Maksimum level sparsitas matrik dihadirkan sebagai kriteria penggunaan algoritma tersebut di
atas.

Perkiraan batas bawah speedup dan efisiensi waktu pemrosesan diberikan secara semi analitis.

Bahasa penguraian perangkat keras membantu para perancang rangkaian digital untuk
mendapatkan kemudahan dalam mewujudkan rancang bangunnya ke tahap hasil industri.

Berdasarkan metoda yang dipelajari melalui studi literatur, penelitian ini dilakukan secara simulatif
untuk menghasilkan perhitungan statistik

Perhitungan numerik pada model ini menggunakan iterasi Newton-Raphsons untuk mendapatkan
vektor posisi 3D.

Ini membuktikan bahwa metode OTOKO cukup efektif untuk mencari titik 3D dari titik 2D.

Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus super user.

Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.

Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci pribadi dan kunci publik

Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus super user.

Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.

Demikian pula sebaliknya.

Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci publik.

Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan struktur pohon seimbang (Balance Tree), pohon
alfabet (alphabetic tree).

80

Hasil dari percobaan kedua selalu lebih baik dari percobaan pertama dimana jumlah storage cost
yang dibutuhkan lebih kecil.

Dari seluruh metode yang diuji, struktur pohon Optimal Alfabet merupakan metode yang terbaik.

Ini dapat dilihat dari nilai ratio pemampatan yang dihasilkan yang dapat mencapai < 50.

Electronic Data Interchange (EDI) memberi keunggulan bersaing melalui pertukaran dokumen
bisnis secara elektronis.

Salah satu bakuan dokumen elektronis adalah UN/EDIFACT yang disusun oleh United Nations.

UN/EDIFACT dapat digunakan untuk pertukaran dokumen dalam industri sejenis ataupun antar
industri.

Selain itu, UN/EDIFACT mendukung perdagangan berskala internasional.

Fokus penelitian adalah translator dan interpreter dokumen EDI serta metode komunikasi data
yang digunakan.

Translator dan interpreter berdasarkan pada bakuan UN/EDIFACT.

Metode komunikasi yang ditetapkan adalah keterhubungan melalui pihak ketiga atau EDI mailbox.

Kegiatan pengembangan perangkat lunak membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menyediakan
dokumentasi dari sistem yang dikembangkan secara cepat dan efisien.

Informasi yang terdapat pada dokumentasi harus terus diperbaharui agar sejalan dengan kegiatan
pengembangan.

Jumlah informasi yang harus dikelola pada kegiatan pengembangan akan semakin besar sejalan
dengan kegiatan itu sendiri.

Sistem hiperteks juga memberikan kemudahan dalam pengaksesan informasi dalam jumlah besar.

Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat menghasilkan
dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek dalam bentuk hiperteks.

Alat bantu yang dikembangkan adalah bagian dari OO/CASE atau wahana untuk pengembangan
perangkat lunak berorientasi objek.

Pengembangan alat bantu pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metodologi
berorientasi objek.

Usenet merupakan salah satu sarana diskusi elektronis.

Sistem online merupakan salah satu mekanisme penyebaran informasi yang baik.
81

Saat ini, sistem online sukar diterapkan di Indonesia karena kurangnya sarana komunikasi.

Administrasi meliputi pencatatan pesanan pelanggan, data pribadi pelanggan, keuangan


pemesanan dan modul untuk pencetakan tabel alamat dan label disket.

Tulisan ini membahas pembuatan suatu sistem interaktif untuk mempermudah pemakaian perunut
sinar DKBTrace tersebut.

Sistem interaktif ini akan membantu pemakai dalam membayangkan letak objek yang hendak
didefinisikan.

Dengan penggunaan sistem ini, pemakai tidak harus membuat sendiri berkas masukan tadi karena
salah satu keluaran sistem ini adalah berkas masukan untuk DKBTrace tersebut.

Metode yang digunakan cukup efektif dalam pembuatan sistem ini.

Langkah ini dapat menjadi penghambat karena pengujian akan dihentikan menunggu program
seleksi diperbaiki.

Mutan terbunuh jika keluarannya berbeda dengan diharapkan.

Alat bantu ini mempunyai kemampuan membuat gambar wajah dari penggabungan gambar
bagian-bagian wajah yang ada dalam basis data.

Pengembangan alam bantu ini menggunakan metodologi berorientasi objek

Gambar yang digunakan direpresentasikan sebagai citra raster dengan tingkat keabuan (gray level).

Gambar wajah yang dihasilkan memiliki ciri-ciri gabungan dari gambar bagian-bagian wajah yang
digunakan.

Pengoperasian alat ini cukup mudah dan sederhana.

Peranan komputer dalam mengatur jaringan komunikasi telepon menjadi sangat penting.

Peranan komputer dalam jaringan IN meliputi pengaturan dan perawatan jaringan serta pembuatan
layanan-layanan baru.

Salah satu contoh layanan IN adalah layanan bebas biaya atau freephone (biasanya nomor telepon
yang menggunakan layanan ini diawali dengan 1-800).

Tugas akhir ini menerangkan proses pembuatan layanan pada jaringan IN.

Proses ini menggabungkan fungsi-fungsi modular jaringan agar dapat membentuk suatu layanan
baru secara cepat dan efisien.

Proses normalisasi terdiri atas beberapa tahapan yaitu 1NF, 2NF, 3NF, BCNF dan seterusnya.
82

Normalisasi digunakan untuk membantu mengurangi dan sebagainya sehingga akan didapatkan
basis data yang baik.

PINOR memiliki fasilitas editor untuk diagram ER, fasilitas pemetaan dan fasilitas normalisasi
terhadap tabel sehingga bentuk 3NF atau BCNF.

Masukan dari PINOR adalah diagram ER dari EASYCASE for windows dan diagram ER piranti
ini sendiri.

Pengenalan ditujukan untuk huruf latin a..z,A..Z.

File BMP berupa huruf.

Metode bekerja berdasarkan titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan.

Hasil ekstraksi dikelompokkan dalam dua kelompok: kelompok titk dan kelompok garis.

Kelompok titik mencatat jumlah titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan dan
jumlah potongan garis.

Kelompok garis mencatat karakteristik setiap potongan garis.

Huruf tidak dapat dikenali selama polanya belum pernah dipelajari oleh sistem.

Pertama kali proses belajar harus dilakukan untuk mendapatkan deskripsi pola huruf a..z, A..Z.

Berdasarkan deskripsi tersebut, sistem diharapkan dapat mengenali huruf latin.

Dalam banyak situasi, string yang dilacak dalam suatu teks tidak diketahui dengan tepat karena
adanya salah eja atau kesalahan dalam teksnya sendiri.

Toleransi kesalahan di sini diukur dengan jarak edit.

Tugas akhir ini mengulas dan mengimplementasikan algoritma pelacakan teks dengan toleransi
kesalahan (maksimum jarak edit k=2) yang dikembangkan oleh Wu dan Manber.

Hasil uji coba menunjukkan bahwa algoritma tersebut cukup praktis.

Komputer konferensi memberikan keuntungan karena tidak mewajibkan semua peserta


konferensi/rapat untuk berada pada tempat yang sama pada waktu bersamaan.

X-Group adalah perangkat lunak komputer konferensi.

X-Group mempunyai fasilitas-fasilitas seperti percakapan lobby, komunikasi group, percakapan


pribadi, pengiriman berkas, elektronik mail, dll.

Saat ini X-Group mendukung pertukaran data dalam bentuk teks.


83

X-Group masih akan dikembangkan hingga dapat mendukung pertukaran data video dan audio.

X-Group sebagai aplikasi yang berjalan dalam jaringan komputer membutuhkan keamanan dan
autentikasi.

Otak manusia mampu melakukan tugas-tugas sederhana seperti mengenali suara dengan amat baik.

Sedangkan komputer dengan segala kecanggihannya sulit menandingi manusia untuk melakukan
tugas-tugas tersebut.

Berdasarkan hal ini, para ilmuwan berusaha membuat suatu model dari otak manusia yang dikenal
dengan nama jaringan neural buatan.

Salah satu model jaringan neural ini adalah ARTMAP.

Tahap pertama merupakan tahap pemrosesan awal yang berfungsi untuk mengekstraksi pola dari
dunia nyata.

Pola masukan dari dunia nyata diubah bentuknya ke bentuk masukan yang sesuai dengan
spesifikasi sistem.

Pemrosesan awal melibatkan transformasi Fourier (FFT) yang digunakan untuk menguraikan data
dijital gelombang suara ke dalam domain frekuensi.

Sedangkan tahap kedua merupakan tahap pemrosesan ARTMAP yang berfungsi sebagai modul
pengklasifikasi pola masukan agar dapat dipelajari dan dikenali polanya.

Keparalelan dilakukan dengan cara memanfaatkan sparsitas matrik.

Bahasa Penguraian yang dikembangkan pada thesis ini mampu memvisualisasikan ekspresi Boole
ke dalam tataletak gerbang digital dengan menggunakan teknologi CMOS.

Aturan rancang bangun tataletak yang digunakan adalah aturan lambda.

Kerumitan ekspresi Boole yang diijinkan sebagai masukan dibatasi pada ekspresi yang rangkaian
logikanya maksimum mengandung cabang tingkat 6.

Operator Boole yang digunakan meliputi NOT, AND, dan OR.

Operator Boole lainnya harus diubah dulu ke dalam ketiga operator tersebut.

Ekspresi Boole di atas harus dinyatakan dalam notasi infix.

Oleh interpreter AFRAC, notasi ini berturut-turut akan diubah ke dalam notasi postfix dan simbol
khusus.

84

Proses pembuatan dokumen dalam media elektronik akan jauh lebih cepat dari bentuk dokumen
biasa.

85

LAMPIRAN 4
KALIMAT-KALIMAT
YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN

1.

Sistem Pakar Pendeteksi Pola (SP3) melakukan klasifikasi terhadap data yang diberikan menjadi
primitif-primitif pola.

2.

Aturan pola merupakan suatu context-free grammar yang diberikan dengan format tertentu.

3.

Tujuan pengembangan adalah mencari alternatif lain dari alat masukan komputer yang telah ada
untuk komunikasi antara manusia dengan komputer.

4.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, berdasarkan perhitungan statistik didapat kesimpulan bahwa
obuek yang diamati menggeleng atau mengangguk.

5.

Permasalahannya bagaimana mendapatkan kode yang optimal.

6.

Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

7.

Hasil dari PINOR dapat diimplementasikan menjadi suatu skema basis data Microsoft Access.

8.

Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat percobaan.

9.

Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis UNIX, memiliki beberapa keuntungan.

10. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering
terlupakan.
11. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat
menjamin hanya orang yang ditujukan yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang
dikirim untuknya.
12. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA) sehingga bila pesan
dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat didekripsi berdasarkan
kunci publik yang dimilikinya.
13. Pesan elektronis (EMAIL-Electronic Mail) pada (Jaringan) komputer berbasis UNIX, memiliki
beberapa keuntungan misalnya cepat, mudah digunakan dan efisien.
14. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering
terlupakan.
86

15. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat
menjamin hanya orang yang ditujulah yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang
dikirim untuknya.
16. Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma asimetris, digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut.
17. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA), sehingga bila
pesan dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat dideskripsi
berdasarkan kunci publik yang dimilikinya.
18. Percobaan yang pertama kode dibuat berdasarkan karakter, sedangkan percobaan kedua
berdasarkan kata.
19. Namun percobaan kedua mempunyai kendala, yaitu tidak dapat mengakses data masukan yang
berukuran > 30 kbyte disebabkan keterbatasan mesin yang dipergunakan.
20. Secara konsep, prinsip kerja EDI sebenarnya sederhana, yaitu mempertukarkan dokumen bisnis
dalam bentuk yang dapat dibaca oleh komputer.
21. Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen bisnis menjadi lebih aman,
akurat, ekonomis, dan tepat waktu.
22. Semakin besar informasi akan dapat berakibat semakin sulit informasi tersebut diakses.
23. Idealnya, informasi Usenet tersebut dapat disebarkan dan dibaca oleh individu atau organisasi di
luar lingkungan UI, karena kemungkinan besar banyak informasi-informasi yang berguna bagi
mereka.
24. Sistem ini meliputi pengolahan data Netnews pada sistem operasi Unix, yaitu dengan melakukan
pembungkusan terhadap artikel-artikel Netnews menjadi paket-paket Netnews yang siap
didistribusikan.
25. Penggunaan program perunut sinar DKBTrace, yang dibuat oleh David K.
26. Kesulitan dalam pemakaiannya.
27. Kesulitan yang paling dirasakan adalah pada saat penulisan berkas masukan untuk program ini dan
pada pendefinisian letak objek dalam ruang tiga dimensi.
28. Dua diantaranya adalah INGRES/4GL1 dan INFORMIX-4GL2, kedua bahasa tersebut mempunyai
perbedaan dasar pemrograman, tetapi mempunyai ruang lingkup yang sama yaitu basis data.

87

29. Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator, analisa leksikal, analisa sintaks, pengaturan
tabel simbol dan pembentuk instruksi (code generator).
30. Hasil dari sistem dapat ini menjembatani kelebihan maupun kelemahan dari INGRES/4GL dan
INFORMIX-4GL.
31. Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program uji, maka dilakukan langkah perbaikan
terhadap kesalahan program tersebut.
32. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Improver, yaitu suatu alat penguji otomatis
berdasarkan teknik mutasi yang diharapkan dapat memberikan alternatif perbaikan pada kesalahan
program selama kondisinya memungkinkan.
33. Jika program P ikut terbunuh maka dideteksi kesalahan pada program P.
34. Kesimpulan penelitian ini adalah: improver dapat memberikan alternatif perbaikan kesalahan
program jika kesalahan tersebut dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi.
35. Tugas akhir ini bertujuan alat bantu interaktif untuk keperluan identifikasi wajah berupa perangkat
lunak komputer.
36. Dengan alat bantu ini diharapkan dapat mempermudah pekerjaan kepolisian dalam proses
penyidikan tindak kejahatan.
37. Alat bantu ini terdiri dari dua modul, yaitu: modul pembuatan basis data dan modul pembuatan
gambar wajah.
38. Alat ini memiliki fasilitas manipulasi gambar berupa pengaturan tingkat kecerahan dan kontras
gambar, dan perbaikan akibat penggabungan gambar bagian-bagian wajah.
39. Antarmuka dengan pemakai yang digunakan adalah antarmuka berbasis grafik (Graphical User
Interface) dengan gaya interaksi pemilihan dan manipulasi langsung.
40. Dari uji coba yang dilakukan diperoleh sebuah gambar wajah baru yang berbeda dari gambar
wajah dasar yang ada dalam basis data.
41. Selain itu juga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dalam proses pembentukan wajah baru
yang diinginkan.
42. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon menjadi sangat penting
43. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon dengan pengaturan komputer sistem jaringan
Intelligent Network (IN).

88

44. Karena sifat modularitas fungsi-fungsi pembentuk layanan dalam IN, maka digunakanlah
pendekatan berorientasi objek dalam proses pembentuknya.
45. Untuk memperjelas proses pembuatan dan proses pemanggilan suatu layanan IN, maka pada tugas
akhir ini dibuat pula simulasi jaringan IN.
46. Perancangan basis data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model data, salah satunya
adalah model ER (Entity Relationship model).
47. Berdasarkan titik-titik tersebut diperoleh potongan-potongan garis pembentuk huruf.
48. Potongan garis memiliki karakteristik tertentu seperti: jenis titik awal dan akhir garis, perubahan
derajat kemiringan (slope change), orientasi, panjang relatif terhadap total panjang potonganpotongan garis pembentuk huruf.
49. Hasil yang diperoleh, dengan data uji coba dengan yang digunakan fase belajar mencapai 94.7.
50. Untuk itu dibutuhkan suatu algoritma pelacakan teks yang membolehkan adalnya toleransi
kesalahan.
51. Untuk mengetahui kinerja dari algorima ini, dilakukan uji coba pada file yang berisi lemma-lemma
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
52. Komputer konferensi adalah salah satu bentuk dari otomasi perkantoran yang memungkinkan para
penggunanya, sebagai kelompok problem solving, untuk bertukar informasi yang berguna untuk
memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi.
53. Untuk mengatasi masalah keamanan dan autentikasi X-Group, digunakan kriptografi dengan
teknik RSA (River-Shamir-Adleman) dan DES (Data Encryption Standard).
54. Dalam tugas akhir ini dibuat suatu prototipe penerapan ARTMAP pada proses pengenalan suara
manusia.
55. Thesis ini membahas metode penyelesaian langsung faktorisasi LU paralel untuk matrik sparse tak
simetri dari sistem persamaan linier Ax=b dengan A e Rnxn dan x,b e Rn.
56. Dalam pencarian himpunan pivot kompatibel digunakan strategi Markowitz.
57. Disajikan pula hasil eksperimen dari hasil kerja algoritma di atas yang diimplementasikan secara
simulasi.
58. Yang terakhir ini digunakan oleh ASFRAC untuk membisualisasikan tataletak ekspresi Boole yang
bersangkutan.
59. Akan jelas bahwa masing-masing perangkat kompilasi itu memiliki kelebihan dan kekurangan.
89

Anda mungkin juga menyukai