PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pintu merupakan sebuah media yang digunakan sebagai jalan untuk masuk
atau keluar dari ruangan. Selama ini masih dijumpai untuk beberapa bangunan
seperti rumah sakit, kantor, supermarket, dan tempat-tempat lain yang mempunyai
pintu dengan ukuran besar dan masih menggunakan cara buka tutup yang manual.
Proses buka tutup pintu yang masih manual ini tentu menjadi tidak efektif apabila
diterapkan pada tempat yang mempunyai ukuran pintu yang sangat besar seperti
pada gudang penyimpanan peralatan berat. Dan untuk tempat yang membutuhkan
proses yang cepat seperti rumah sakit proses yang masih manual ini menyebabkan
ketidakefisiensian waktu. Proses buka tutup pintu yang manual ini juga akan
membuat kesulitan untuk beberapa orang yang mempunyai kekurangan seperti
tuna netra apabila akan memasuki tempat-tempat umum seperti supermarket dan
lainnya. Oleh karena itu, proses pengaturan otomatisasi pada pintu diperlukan
untuk mempermudah manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia sangat pesat seiring
dengan berkembangnya teknologi. Hal ini menyebabkan manusia selalu ingin
berinovasi untuk menciptakan suatu teknologi yang mempermudah dalam
melakukan aktivitas secara efektif dan efisien. Perkembangan teknologi saat ini
dapat dilihat dari berbagai macam alat yang diciptakan secara otomatis agar
memberikan kemudahan pada masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan. Salah
satu contoh alat yang cara kerjanya dapat dibuat secara otomatis adalah pintu.
Salah satu teknologi yang sangat populer dan membantu kehidupan
manusia adalah komputer. Dengan kemajuan teknologi ini, pengembangan
komputer dapat dilakukan dengan cara menambah perangkat keras (hardware)
dengan pembuatan perangkat lain yang kompatibel sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Dalam dunia fisika bidang instrumentasi elektronika juga tidak
terlepas dari teknologi yang ada perkembangannya akan sangat mendukung dan
sangat bergantung pada perkembangan teknologi tersebut. Dengan hadirnya
berbagai IC terbaru, perangkat keras dan lunak merupakan bagian dari bidang ini.
Salah satu yang populer dari bidang ini adalah IC mikrokontroler.
Dengan memperhatikan masalah di atas, akan dibuat sebuah sistem yang
digunakan untuk membuka dan menutup pintu secara otomatis dengan
menggunakan sensor, mikrokontroler dan motor untuk menggerakan pintu. Proses
otomatisasi dapat dilakukan oleh mikrokontroler yang telah diprogram sebagai
pusat kontrol. Sehingga apabila ada orang yang akan masuk atau keluar dari suatu
tempat maka pintu akan otomatis terbuka dan tertutup.
Pada tahun 2010, Hendra Maryanto mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta jurusan Ilmu Komputer telah melakukan penelitian tentang pembuatan
prototipe pintu otomatis satu arah berbasis mikrokontroler ATmega8535
menggunakan double PIR. Penulis akan membuat prototipe pintu otomatis dengan
judul Pembuatan
Prototipe Pintu
Otomatis
Berbasis Mikrokontroler
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mikrokontroler ATmega8535
Mikrokontroler ATmega8535 adalah pusat kendali dari suatu sistem
elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Adapun nilai
plus bagi mikrokontroler ini adalah terdapatnya memori dan port I/O dalam suatu
kemasan IC yang kompak, fitur yang lengkap seperti ADC internal, EEPROM
internal, port I/O, komunikasi serial. Juga harga yang terjangkau memungkinkan
mikrokontroler digunakan pada berbagai sistem elektronis, seperti pada robot,
automasi industri, sistem alarm, peralatan telekomunikasi, hingga sistem
keamanan (Wardhana, 2006).
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu)
siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus
clock. Hal ini terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki
arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set
Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set
Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx
(Wardhana, 2006). Bentuk fisik mikrokontroler ATmega8535 dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
b.
Ukuran memory flash 8KB, SRAM sebesar 512 byte, EEPROM sebesar
512 byte.
c.
d.
e.
2.1.3
dimana dengan susunan 32 pin dipergunakan untuk keperluan port I/O yang dapat
menjadi pin input/output sesuai konfigurasi. Pada pin 32 tersebut terbagi atas 4
bagian (port), masing-masingnya terdiri atas 8 pin. Pin-pin lainnya digunakan
untuk keperluan rangakaian osilator, supply tegangan, reset serta tegangan
referensi untuk ADC. Susunan pin-pin pada mikrokontroler ATmega8535
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
b.
c.
Port A (PA0...PA7).
Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D Konverter. Port A juga
berfungsi sebagai suatu Port I/O 8-bit dua arah, jika A/D Konverter tidak
digunakan. Pin-pin port dapat menyediakan resistor internal pull-up (yang
dipilih untuk masing-masing bit). Port A output buffer mempunyai
karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan
sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal
ditarik rendah, pin-pin akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal
pull-up diaktifkan. Pin port A adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset
menjadi aktif sekalipun waktu habis.
d.
Port B (PB0...PB7).
Port B adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up
(yang dipilih untuk beberapa bit). Port B output buffer mempunyai
karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan
sumber. Sebagai input, pin port B yang secara eksternal ditarik rendah akan
arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port B adalah tri-stated
manakala suatu kondisi reset menjadi aktif sekalipun waktu habis.
e.
Port C (PC0...PC7).
Port C adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up
(yang dipilih untuk beberapa bit). Port C output buffer mempunyai
karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan
sumber. Sebagai input, pin port C yang secara eksternal ditarik rendah akan
arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin port C adalah tri-stated
manakala suatu kondisi reset menjadi aktif sekalipun waktu habis.
f.
Port D (PD0...PD1).
Port D adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up
(yang dipilih untuk beberapa bit). Port D output buffer mempunyai
karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan
sumber. Sebagai input, pin port D yang secara eksternal ditarik rendah akan
arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin port D adalah tri-stated
manakala suatu kondisi reset menjadi aktif sekalipun waktu habis.
g.
h.
i.
j.
AVCC
Merupakan pin penyedia tegangan untuk port A dan A/D converter catu daya
dari port A dan ADC.
k.
AREF
Merupakan pin referensi analog untuk A/D converter.
2.1.4
program ditambah dengan satu fitur tambahan yaitu EEPROM memory untuk
penyimpanan.
program yang terpisah. Memori data terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 32 buah
register umum, 64 buah register I.O, dan 512 byte SRAM internal. Register untuk
keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah yaitu $00 sampai
$1F. Sementara itu register khusus untuk menangani I/O dan kontrol terhadap
mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari $20 sampai
$5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur
fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti kontrol register,
timer/counter, fungsi I/O, dan sebagainya. Register khusus alamat memori secara
lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah. Alamat memori berikutnya digunakan
untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai dengan $25F (Meriwardana,
2010). Memori data ATmega8535 dapat dilihat pada Gambar 2.3.
byte karena setiap instruksi memiliki lebar 16-bit atau 32bit. AVR ATmega8535
memiliki 4KByte x 16 Bit Flash Perom dengan alamat mulai dari $000 sampai
$FFF. AVR tersebut memiliki 12 bit Program Counter (PC) sehingga mampu
mengalamati isi Flash. Peta memori program ATmega8535 dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Lokasinya terpisah dengan sistem addres register, data register dan kontrol
register yang dibuat khusus untuk EEPROM.
2.1.5
10
11
12
sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif
antara 8 sampai 14 m, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh
manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 m ini saja yang dapat dideteksi oleh
sensor. Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap
pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang
memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material
pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang
dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier
yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh
comparator sehingga menghasilkan output. Blok diagram sensor PIR dapat dilihat
pada Gambar 2.7.
13
5
m
2
m
14
Sistem Termoregulasi
Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan temperatur tubuh tetap
15
Motor Servo
Motor servo adalah sebuah motor dengan sistem closed feedback dimana
posisi dari motor akan di informasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di
dalam motor servo. Motor servo terdiri dari sebuah motor, serangkaian gear,
potensiometer dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk menentukan
batas sudut dari putaran servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur
berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel motor. Motor
servo biasanya hanya bergerak mencapai sudut tertentu saja dan tidak kontinyu
seperti motor DC maupun motor stepper. Walau demikian, untuk beberapa
keperluan tertentu, motor servo dapat dimodifikasi agar bergerak kontinyu. Pada
robot,motor ini sering digunakan untuk bagian kaki, lengan atau bagian-bagian
lain yang mempunyai gerakan terbatas dan membutuhkan torsi cukup besar.
Motor servo adalah motor yang mampu bekerja dua arah (CW dan CCW)
dimana arah dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan hanya dengan
memberikan pengaturan duty cycle sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya.
16
Kecepatan motor servo di atur oleh besarnya frekuensi yang dikirimkan dari
program melalui kabel data pada motor servo. Motor Servo akan bekerja secara
baik jika pada bagian pin kontrolnya diberikan sinyal PWM dengan frekuensi 50
Hz. Dimana pada saat sinyal dengan frekuensi 50 Hz tersebut dicapai pada kondisi
duty cycle 1.5 ms, maka rotor dari motor akan berhenti tepat ditengah-tengah
(sudut 0 atau netral). Pada saat duty cycle dari sinyal yang diberikan kurang
dari1.5 ms, maka rotor akan berputar kearah kiri dengan membentuk sudut yang
besarnya linier terhadap besarnya duty cycle, dan akan bertahan diposisi tersebut.
Sebaliknya, jika duty cycle dari sinyal yang diberikan lebih dari 1.5 ms, maka
rotor akan berputar ke arah kanan dengan membentuk sudut yang linier pula dari
besarnya duty cycle, dan bertahan diposisi tersebut. Terdapat tiga utas kabel
dengan warna merah, hitam, dan kuning. Kabel merah dan hitam harus
dihubungkan dengan sumber tegangan 4-6 V DC agar motor servo dapat bekerja
normal. Sedangkan kabel berwarna kuning adalah kabel data yang dipakai untuk
mengatur arah gerak dan posisi servo (Meriwardana, 2010). Bentuk motor servo
dapat dilihat pada Gambar 2.12
.
Gambar 2.12 Bentuk Fisik Motor Servo (Meriwardana, 2010).
Jenis-jenis motor servo
17
Motor servo jenis ini hanya mampu bergerak dua arah (CW dan CCW)
dengan defleksi masing-masing sudut mencapai 90 sehingga total defleksi sudut
dari kanan, tengah, kiri adalah 180.
Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksibel untuk semua jenis
komputer.
pemrograman yang berorientasi pada mesin yang merupakan ciri bahasa tingkat
rendah, melainkan berorientasi pada obyek tetapi dapat dinterprestasikan oleh
18
mesin dengan cepat secepat bahasa mesin. Inilah salah satu kelebihan bahasa C
yaitu memiliki kemudahan dalam menyusun programnya semudah bahasa tingkat
tinggi namun dalam mengesekusi program secepat bahasa tingkat rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
No
Alat
Jumlah
Bahan
Mirokontroler
ATMega8535
Motor servo
Power supply
Adaptor
1 buah
2
3
4
5
6
2 buah
1 buah
1 buah
Personal komputer
1 paket
Downloader
1 buah
mikrokontroler
7
Solder
1 buah
8
Sensor
PIR 1 buah
KC7783R
9
Multimeter
1 buah
10 Downloader DT-HiQ 1 buah
11 Penyedot timah
1 buah
12 Pemotong plat
1 buah
aluminium
3.2 Diagram Blok Rangkaian
Resistor
Kapasitor
Dioda
Transformator CT 1 A
19
Jumlah
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
1 buah
Sensor PIR
Mikrokontroler ATmega8535
Pint
Motor
1 pin I/O sebagai penerima informasi sinyal gelombang infra merah yang dapat
dihubungkan ke mikrokontroler. Pada PIR sensor ditambahkan fresnel lens yang
berfungsi untuk mengumpulkan radiasi infra red tepat ke sensor PIR yang akan
dilanjutkan ke mikrokontroler
Data berupa tegangan yang dihasilkan oleh ouput sensor ini dalam bentuk
digital karena keluaran dari sensor PIR ini dalam bentuk digital. Selanjutnya data
akan menuju mikrokontroler ATmega8535 sebagai basis dari rangkaian ini untuk
diolah dengan menggunakan program perintah yang telah dimasukan sebelumnya.
Tahap terakhir yaitu mikrokontroler mengontrol putaran motor servo untuk bisa
membuka dan menutup pintu secara otomatis.
3.3. Alur Kerja Sistem
Alur kerja sistem pintu otomatis dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Mulai
Inisialisasi sistem
20
Pintu tutup
Ada orang?
Tidak
Ya
Buka pintu
Selesai
21
DAFTAR PUSTAKA
Alihasyim. 2011. Komponen Sistem Minimum Mikrokontroler ATmega8535.
http://alihasyim. Blogspot. com. Diakses 20 September 2012.
Arifin. 2011. Pemrograman ATmega8535 Untuk Pemula. http://arifin11online.
blogspot.com. Diakses 12 September 2012.
Averroes, 2009. Tugas Akhir: Rancang Bangun Robot Pemadam Api Berbasis
Mikrokonroler ATmega8535. Diploma III Ilmu Komputer, Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Leksono. 2011. Sensor PIR (Passive Infrared Receiver). http://siddiqleksono.
wordpress. com. Diakses 12 September 2012.
Maryanto H. 2010. Tugas Akhir: Pembuatan Prototipe Pintu Otomatis Satu Arah
Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Menggunakan Double PIR.
Diploma III Ilmu Komputer, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
22
23