Metode Riset Arsitektur
Metode Riset Arsitektur
Nama Kelompok :
Rahman Hakim
Mohammad Bagus Setyawan
M. Anugrah Rahmat Mustaqim
16 july 2014
(441201713)
(441201721)
(441201772)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam usaha penanganan linkungan secara terpadu yang dikembangkan saat ini,
selain memberikan lapangan pekerjaan dan kesempatan tinggal bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di bagian wilayah kota tapi masih dalam prospek pertumbuhan kota
yang baik. Studi ini merupakan tahap awal dari action research yang dilakukan dalam bidang
penataan Iingkungan permukiman kumuh di kampung Kota, khususnya daerah Pulo
Wonokromo Surabaya. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pemukiman
kawasan ini, apakah memiliki dimensi peran serta masyarakat dan mengandung potensi
pengembangan pembangunan pemukiman yang swadaya.
Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan
akan permukiman yang layak huni, khususnya untuk menampung kaum urbanis yang
pekerjaannya terkonsentrasi pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang
ada di pusat kota. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota ini
menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk bermukim di kawasan tersebut. Mereka
membutuhkan tempat hunian lebih banyak berada di sekitar kawasan komersial kota, hal
ini dimungkinkan juga karena mereka mendekati pusat perdagangan untuk membuka usaha
dengan memanfaatkan keramaian dan padatnya pengunjung yang berdatangan ke
pusatpusat
perbelanjaan di kota. Selain itu alasan lain bagi masyarakat tertarik untuk bertempat
tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih memudahkan jangkauan tempat kerja
bagi mereka yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi kebutuhan tempat tinggal
masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota. Ketersediaan sarana dan prasarana
yang lengkap di pusat kota juga menjadi daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan
tersebut.
Penekanan dari studi ini adalah mendiskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
serta jaringan sosial yang ada, terutama yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi dan
proses pemukiman mereka. Penelitian diskriptif ini dilakukan survey di daerah studi dengan
teknik wawancara dan menggunakan kuestioner dengan sample 100 responden secara
random. Daerah studi dibatasi hanya satu RW dengan kriteria yang telah ditentukan.
BAB II
Fokus Penelitian / Rumusan Masalah
Keberadaan aktivitas permukiman padat penduduk yang semakin berkembang di
Kawasan surabaya ini, menimbulkan berbagai permasalahan bagi penataan
ruang kawasan pusat kota secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan
dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Kekumuhan kawasan permukiman ditinjau dari aspek fisik, yang terlihat dari:
Ketimpangan tampilan fisik bangunan yang terjadi di kawasan studi yaitu adanya
bangunan mewah atau modern di kawasan perdagangan berdampingan dengan
bangunan tradisional sederhana di permukiman. Bangunan sektor formal yang
berbaur dengan sektor informal yang liar dan tidak tertata,
Tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan rumah menjadi tidak
sehat,
Sampah dan limbah akibat aktivitas warga yang tidak dikelola dengan baik,
sehingga menyebabkan pemandangan yang kotor,
2. Terlalu padatnya jumlah penduduk, yang kurang seimbang dengan daya tampung ruang
hunian dan penataan ruang yang kurang tepat.
BAB V
Hasil Studi
Kondisi seperti ini juga terjadi di Kota Surabaya, terutama di kawasan CBD (Central
Bussiness District) kota yang berada dekat dengan kawasan permukiman.
Di kawasan ini terdapat mall, pusat pertokoan.
Kebanyakan kaum urbanis yang datang
adalah mereka yang ingin berjualan di
pasar dan sebagian besar mereka dari golongan
ekonomi menengah ke bawah. Mereka
mencari tempat tinggal di sekitar kawasan pusat
perdagangan ini. Permukiman yang paling
dekat dengan pusat perdagangan ini. Dengan
adanya
pemusatan kegiatan perdagangan ini akan
menyebabkan masalah bagi struktur
perencanaan kota. Selain itu perkembangan jumlah hunian di kawasan
kurang diimbangi oleh ketersediaan lahan, sehingga untuk menambah jumlah
hunian mereka cenderung mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan
rumah seperti kualitas bahan, jenis ruang, garis sempadan jalan maupun jarak antar rumah.
Bahkan mereka menggunakan sebagian badan jalan untuk didirikan bangunan untuk
pengembangan tempat tinggal maupun usahanya yang menyebakan permukiman tersebut
menjadi kumuh dan suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitas
lingkungan fisik kawasan. Perubahan kualitas lingkungan fisik kawasan akibat aktivitas
permukiman ini ditandai dengan terjadinya perusakan
estetika lingkungan seperti
ketidaksesuaian tampilan bangunan hunian yang semi
permanen maupun tidak permanen
dengan bangunan formal yang ada di sekitarnya,
berkurangnya kenyamanan dan luasan
sarana jalan karena sebagian badan jalan didirikan
bangunan, tidak adanya penghijauan
maupun ruang terbuka hijau pada halaman rumah karena
masyarakat menggunakan halaman untuk pengembangan bangunan, serta tidak ada lagi
lahan yang dapat digunakan untuk membangun sarana lainnya seperti sarana pendidikan
ataupun keagamaan serta sarana bermain anak.
Dengan memanfaatkan potensi yang ada di kawasan pusat kota banyak penduduk
Surabaya yang membuka usaha di rumah. Karena terbatasnya lahan dan tingginya harga
tempat usaha, maka mereka membuka usaha toko, industri kecil maupun warung dan kaki
lima di rumah. Aktivitas yang heterogen ini adalah akibat adanya perbedaan kondisi
ekonomi yang terjadi di kota-kota di Indonesia yang menyebabkan adanya perbedaan
aspek-aspek kehidupan. Kegiatan perdagangan dalam sakala besar biasanya dimiliki oleh
mereka yang termasuk golongan ekonomi kuat sedang kegiatan ekonomi sektor informal
baik pedagang kaki lima maupun yang membuka warung atau kios dilakukan oleh
masyarakat yang termasuk golongan ekonomi lemah maupun tidak mampu.
Dari data sementara terdapat 30 % masyarakat yang mempunyai usaha home
industri dan 50 % mempunyai pekerjaan sebagai pedagang. Dengan demikian terjadi
namun juga sebagai sumber, penghasilan keluarga. OIeh karena proses bermukim bagi
masyarajkat di sini disamping menghadirkan satu bentuk atau ciri pemukiman tersendiri
juga menciptakan satu jaringan sosial ekonomi khususnya bagi penghuninya dan bagi
komunitas/masyarakat di lingkungan sekelilingnya. Secara menyeluruh peughasilan ratarata
penduduk di pemukiman ini relatif sudah tinggi yaitu mencapai RP. 188.294,73 (mean).
Masih ada masalah yang harus dihadapi dengan
besar pendapatan ini, yaitu ada fluktuasi yang
juga tinggi. Dengan sendirinya bila usaha mereka
dapat dibinadan didukung maka melalui efisiensi
yang meningkat potensi dan penghasilan masih
dapat ditingkatkan lebih lanjut. Indikator
mobilitas yang perlu diperlihatkan juga adalah
yang berkaitan dengan tempat tinggal. Dari para
pemilik bangunan yang umumnya berniat
menetap di tempat itu, hanya sedikit yang punya
pekerjaan tetap. Dan umumnya mereka sudah
lama berada di tempat
itu. Sebaliknya dari kelompok penyewa gambarannya juga tak seluruhnya yang
menunjukkan sifat sirkuler atau sementara. Para penyewa yang telah berada di tempat itu
lebih
dari sepuluh tahun, menunjukkan gejala permanen dan macet mobilitas. Agak beda dengan
pendapat umum, pemukiman seperti ini ternyata proses perbaikan perumannya terjadi
secara dinamis dan berlangsung terus oleh kemampuan sendiri, maka hasil akhirnya kadang
lebih baik dari pemukiman yang statusnya formal tetapi tidak dibina dengan baik.
Keterbatasan dalam banyak hal merupakan ciri umum dari pemukiman ini. Yang menarik
untuk diperhatikan adalah bahwa penghuni sekarang tidak sedikit yang membeli
BAB VI
Kesimpulan
Dari penelitian secara diskriptif ini diperoleh gambaran bahwa:
1) Pemukiman di kawasan Pulo Wonokromo terbukti memiliki peran serta masyarakat
yang bersifat swadaya dalam pengembangan pemukiman.
2) Selain daripada itu kawasan studi juga mengandung potensi pengembangan dalam
perbaikan lingkungan pemukiman.
3) Penangan di kawasan studi perlu keterlibatan dan berbagai pelaku pembangunan
baik pemerintah, masyarakat, maupun penduduk setempat
4) Studi awal ini perlu penelitian Iebih lanjut dalam menyusun usulan tindakan baik
langsung maupun tidak langsung dalam batas-batas yang ditetapkan. Pada
akhirnyamerupakan suatu action research yang utuh.