Disusun oleh :
Agung Budiman Agustinus Silalahi
(112011174)
Pembimbing :
dr. Aris
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala pimpinan-Nya
sehingga laporan kasus
ini saya
kesempatan
ini
saya
hendak
mengucapkan
terima
kasih
kepada
dr. Aris selaku pembimbing dalam pembuatan makalah kunjungan rumah ini.
Saya menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga akan tercipta makalah yang
lebih baik lagi di waktu akan datang.
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang bersifat menahun, disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa. Sebahagian besar penyakit ini menyerang paru-paru. Di Indonesia,
penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru
diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga
didunia dalam masalah penyakit TB. 1,2
Etiologi
Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang/basil dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882. TB disebut juga Koch Pulmonum (KP).
Transmisi
Pola transmisinya dipengaruhi lingkungan
wilayah perkotaan biasanya lebih mempermudah proses penularan. Proses terjadinya infeksi oleh
M.tuberkulosis biasanya secara inhalasi ,sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis paling
sering dibandingkan dengan organ lainnya. Penularan sebahagian besar oleh inhalasi basil yang
mengandungi droplet nuklei. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama 1-2 jam tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, kelembapan,ventilasi yang baik.
Risiko penularan setiap tahun diukur dari angka Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI). Untuk
angka ARTI yang besarnya 1 % bererti untuk setiap tahunnya diantara 100 penduduk, 10 orang akan
terinfeksi. Dari penduduk yang terinfeksi tersebut 10% akan menjadi penderita TB. 3
Patofisiologi
Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan terjadi melalui inokulasi lansung. Bakteri ini
juga dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga
menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar
getah bening Infeksi yang disebabkan oleh M.bovis disebabkan susu yang kurang disterilkan atau
terkontaminasi. 1-5
Tempat implantasi yang paling sering adalah pada permukaan alveolar dari parenkim paru
pada bahagian bawah lobus bawah. Penyakit dapat menyebar ke sistem peredaran darah dan saluran
limfe. Daya penularan ditentukan banyakknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Masuknya
Mycobacterium tuberculosis ke dalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada
dinding paru berusaha menghambat bakteri TB ini melalui mekanisme alamianya membentuk
jaringan parut. Akibatnya bakteri TB tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak
sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau foto rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memiliki sistem kekebelan tubuh rendah atau
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang
inilah yang menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya
memproduksi sputum dan didapati Mycobacterium tuberculosis disebut sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TB. 4-7
Gejala Klinis
Keluhan dapat bermacam-macam dan bisa juga tanpa keluhan. Keluhan yang terbanyak
termasuklah demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41C. Serangan pertama dapat sembuh sebentar kemudian timbul kembali.
Gejala batuk/batuk berdarah juga banyak ditemukan .Batuk terjadi kerana adanya iritasi pada bronkus.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering dan setelah timbul peradangan menjadi produktif dan batuk
berdarah apabila sudah ada pembuluh darah yang pecah. Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bahagian dari paru-paru. Nyeri dada timbul
bila ada pleuritis. Gejala malaise yang ditemukan sering berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan sebagainya. TB paru lebih cepat mengganas pada
bayi dan anak kecil kerana mereka tidak dapat mengeluarkan dahak. Berkembangnya penyakit TB di
Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. 3,5
Penanganan
a.
Promotif
i.
ii.
iii.
b.
Preventif
i.
ii.
iii.
iv.
Vaksinasi BCG
Menggunakan isoniazid (INH)
Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
c.
Kuratif
Pengobatan Penyakit TBC.
i.
ii.
iii.
menanggulangi TBC.
Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis
Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi
iv.
v.
Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus.
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium
lanjut: 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi
bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner.6,7
Prognosis
Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
bibit penyakit.
Antigenicity, kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme
o Derajat kepekaan.
o Imunitas terhadap (A) hidup, toleransi terhadap (A) mati.
o Status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku, kebiasaan, adat istiadat dst.
Lingkungan (L):
o Lingkungan biologik: bakteri, virus, jamur, nyamuk, kutu, lalat, hama, tumbuhan,
hewan.
o Lingkungan fisik: udara, sinar matahari, tanah, air, sampah, iklim.
o Lingkungan ekonomi: pekerjaan, pendapatan dan kemiskinan.
o Lingkungan sosial: tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, kepadatan, isolasi.
Pendekatan ekologis pemecahan masalah kesehatan lingkungan melalui pengawasan lingkungan, ada
5 prinsip yaitu:
1) Isolasi
2) Substitusi/mengganti
3) Shielding/melindungi
4) Treatment/mengobati
Bab II
Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
I.
Identitas pasien :
Nama
: Tn. J
Umur
: 48 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMA
Alamat
II.
III.
: Sedang
b. Kebersihan perorangan
: Sedang
: Batuk, Demam
d. Penyakit keturunan
: Tidak ada
: Tidak ada
f.
: Tidak ada
g. Pola makan
: Sedang
h. Pola istirahat
: Sedang
i.
: 4 orang
Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk
: Tidak ada
b. Pengambilan keputusan
: Suami
IV.
V.
VI.
VII.
c. Ketergantungan obat
: Tidak ada
: Puskesmas
e. Pola rekreasi
: Kurang
Jenis bangunan
: Semi Permanen
b.
Lantai rumah
: Ubin batu
c.
Luas rumah
: 6 x 7 m2
d.
Penerangan
: Kurang
e.
Kebersihan
: Kurang
f.
Ventilasi
: Kurang
g.
Dapur
: Tidak Ada
h.
Jamban keluarga
: Ada
i.
: PAM
j.
: tidak ada
k.
Pemanfaatan pekarangan
: Tidak ada
l.
: Ada
m.
: Ada
n.
Sanitasi lingkungan
: Kurang
Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah
: Cukup
: Cukup
: Rendah
: Baik
: Sedang
: Sedang
e. Keadaan ekonomi
: Kurang
Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh
: Betawi
b. Lain-lain
: Tidak ada
7
VIII.
Anggota keluarga :
Keterangan
1. Ayah Os
2. Ibu Os
3. Saudara Os
4. Saudara Os
5. Os
6. Istri OS
7. Anak Os
8. Anak Os
IX.
Keluhan utama :
Batuk berdahak selama 3 minggu
X.
Keluhan tambahan :
Berat badan menurun, lemas,tidak nafsu makan
XI.
XII.
XIII.
Pemeriksaan fisik :
Berat Badan
: 52 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi nadi
: 80 x/menit
Frekuensi napas
: 20 x/menit
Suhu
: afebris
Pemeriksaan umum
Kepala
: Normosefali
Mata
Hidung
Telinga
Leher
Paru
Wheezing (-)
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan penunjang
Sputum BTA : (+)
XIV.
Diagnosis penyakit
Sistemik
: Tuberkulosis paru
Jiwa
: Tidak ada
XV.
XVI.
b. Preventif
menjalankan
pola
atau
gaya
hidup
yang
sehat
dengan
: terapi medikamentosa
XVII. Prognosis
Penyakit
: Dubia ad bonam
Keluarga
: Dubia
Masyarakat
: Dubia
XVII. Resume
Tn. J berusia 48 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 3 minggu
disertai lemas dan berat badan yang dirasakan semakin berkurang. Pasien mengaku baru
kali ini mempunyai keluhan seperti ini. Pasien mengatakan adanya kebiasaan merokok.
Riwayat alergi disangkal os.
Pemeriksaan Fisik : Tidak ditemukan kelainan
Diagnosis :
Sistemik
: Tuberkulosis paru
Jiwa
: Tidak ada
Hub dg Umur
KK
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
(th)
Kead.
Kead.
Kes.
Gizi
Imunisasi
KB
Tn. J
KK
48
SMA
Buruh
Islam
Sedang
Baik
Ny. D
Istri
42
SMA
IRT
Islam
Baik
Baik
An. K
Anak
13
SMP
Islam
Baik
Baik
An. R
Anak
10
SD
Islam
Baik
Baik
Ket
Batuk (+) berdahak 3 minggu, lemas, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan
O:
Compos mentis
TD: 110/70
S : 36,3 oC
N : 76 x
rr: 18 x
A:
TB Paru
P:
Rifampicin 3 x 200 mg
INH 3 x 100 mg
Pyrazinamid 3 x 500 mg
Ethambutol 3 x 300 mg
O:
Compos mentis
TD: 90/50
S : 36,3 oC
N : 72 x
rr: 22 x
A:
TB Paru
P:
Rifampicin 3 x 200 mg
INH 3 x 100 mg
Pyrazinamid 3 x 500 mg
Ethambutol 3 x 300 mg
O:
Compos mentis
TD: 110/80
S : 36,3 oC
N : 80 x
rr: 20 x
A:
TB Paru
P:
Rifampicin 3 x 200 mg
INH 3 x 100 mg
Pyrazinamid 3 x 500 mg
Ethambutol 3 x 300 mg
O:
Compos mentis
TD: 120/80
S : 36,5 oC
N : 84 x
rr: 22 x
A:
TB Paru
P:
Rifampicin 3 x 200 mg
INH 3 x 100 mg
Pyrazinamid 3 x 500 mg
Ethambutol 3 x 300 mg
Bab III
Analisa Kasus
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 17, 20, 21 dan 30 Januari
2014 , didapatkan bahwa pasien menderita tuberkulosis paru. Pasien Pria berusia 48 tahun. Pasien
merupakan seorang Kepala keluarga yang mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
Rumah tinggal pasien merupakan rumah yang kurang sehat karena tidak mempunyai ventilasi
yang cukup. Penerangan kurang dengan karena kurangnya jendela. Sanitasi di sekitar lingkungan
kurang dan tempat pembuangan sampah yang khas tidak ada. Rumah pasien mempunyai lantai yang
diperbuat dari semen dan tanah. Pasien dan keluarganya menggunakan air sumur sebagai sumber air
minum dan keperluan lainnya. Pada tempat penampungan air tidak ditemukan jentik. Terdapat sistem
pembuangan air limbah di belakang rumah pasien.
terdapat sumber pencemaran air di belakang rumah pasien berupa tempat pembuangan sampah.
Pola makan pasien dan keluarga cukup bervariasi. Menu nasi, sayur paling sering menjadi
menu makanan. Pasien kadang- kadang mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya seperti
membersihkan lingkungan dari sampah. Ditinjau dari aspek spiritual, pasien dan keluarga merupakan
pengikut agama Islam yang cukup taat ibadah. Keluarga pasien termasuk keluarga sehat
Kondisi kesehatan pasien sedikit terganggu karena batuk yang dihidapinya. Kondisi
rumahnya merupakan factor resiko terjadinya infeksi TB pada dirinya dan ini bisa menular kepada
anggota keluarga yang lain jika tindakan pencegahan tidak dilakukan seperti memperbaiki ventilasi
rumahnya. Pasien juga seharusnya melakukan perlindungan terhadap anaknya supaya tidak ditularkan
TB dari dirinya.
Daftar Pustaka
Lampiran Foto
Gambar 2. Dapur