Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pertanian Berkelanjutan II (SPB II)

Nama

: Adiyasa Muda Zannatan

Kelas / NPM : SPB II J / 150510120204


TUGAS MODUL 6 dan MODUL 8 ( 23 September 2015)

PERTANIAN DENGAN INPUT LUAR RENDAH DAN AGROEKOLOGI


Tidak ada satu metode pertanian yang secara tunggal memiliki
kunci keberlanjutan. Sistem pertanian apa pun, apakah itu padat bahan
kimia atau alamiah di lihat dari berbagai sudut pandang bersifat
melestarikan sumber daya, sedangkan dari sudut lain bersifat boros,
tidak

berwawasan

lingkungan

atau

mencemarkan.

Sudah

sering

dipertanyakan berapa lama energi dari luar dan suplai unsur hara, bahan
bakar

minyak,

petrokimia

dan

pupuk

mineral

dari

luar

dapat

dipertahankan. Namun dengan langsung mengganti alternatif nonkimia


belum

tentu

akan

membuat

pertanian

lebih

berkelanjutan.

Misalnya penggunaan pupuk kandang secara tidak bijaksana dapat


mencemarkan

tanah

dan

permukaan

seburuk

pencemaran yang

ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Begitu pula


pemakaian pestisida yang dibuat dari tumbuhan bisa sama bahayanya
dengan pestisida kimia.
LEISA (Low external input sustainable agriculture) merupakan
suatu pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-bentuk
lain produksi pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk
memanfaatkan input buatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat
sedikit, maka perhatian perlu dipusatkan pada teknologi yang bisa
memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien. Petani yang kini
menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran dan biaya serta
meningkatkan efisiensi inputluar dengan menerapkan beberapa teknik
LEISA.
LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:
1.

Berusaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dengan


mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani,

yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga


saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.
2.

Berusaha

mencari

cara

pemanfaatan input luar

hanya

bila

diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam


ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan
manusia.

Dalam

diberikan

pada

memanfaatkan input luar,


maksimalisasi

daur

ulang

perhatian
dan

utama

minimalisasi

kerusakan lingkungan.
LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa
dipresentasikan

sebagai

solusi

mutlak

terhadap

masalah-masalah

pertanian dan lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa
memberikan kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa
permasalahan tersebut: LEISA terutama merupakan suatu pendekatan
pada pembangunan pertanian yang ditujukan pada situasi di daerahdaerah

pertanian

tadah

hujan

yang

terabaikan

oleh

pendekatan-

pendekatan konvensional.
1. Pandangan agroekologis
Pada suatu ekosistem akan terus mengalami perubahan bersamaan
dengan berlangsungnya proses seleksi alam. Suatu gabungan ilmu yang
baru disebut agroekologi berusaha untuk menggabungkan unsur-unsur
baik dari ilmu pertanian konvensional maupun ekologi. Sejumlah prinsip
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
prinsip agroekologi bisa diterapkan dalam menciptakan sistem LEISA :
a. Relung ekologi bagi keanekaragaman fungsional
Suatu konsep utama dalam ekologi adalah fungsi atau peran suatu
organisme

dalam

ekosistem

serta

sumber

daya

kehidupan

yang

menentukan komponen lain. Agroekosistem dengan banyak relung yang


berbeda dan ditempati oleh beragam jenis spesies dengan kata lain
dengan suatu tingkat keanekaragaman yang tinggi cenderung lebih stabil
daripada yang ditempati oleh hanya satu spesies (seperti budidaya
monokultur).

b. Saling melengkapi dalam agroekosistem


Terdapat komponen-komponen dalam sistem pertanian yang saling
melengkapi dan melaksanakan fungsi yang berbeda, misalnya komponenkomponen tersebut mengeksploitasi:

Beragam kedalaman tanah


Unsur hara pada tingkat yang berbeda
Beragam intensitas cahaya
Beragam tingkat kelembaban udara
Beragam tingkat kelembaban tanah
Beragam kualitas lahan
Biomassa yang tidak secara langsung bermanfaat bagi manusia
Beragam jenis dan periode kerja
Beragam kebutuhan rumah tangga
Pasar-pasar yang berbeda

c. Sinergi didalam agroekosistem


Komponen komponen sistem pertanian berinteraksi secara sinergis
ketika komponen tersebut meningkatkan kondisi bagi komponen lain yang
berguna, misalnya :
Menciptakan iklim mikro yang cocok bagi komponen lain
Menghasilkan senyawa kimia untuk mendorong komponen yang

diinginkan atau menekan komponen yang berbahaya


Menurunkan populasi hama
Pengendalian gulma
Memproduksi tanaman obat-obatan
Memproduksi dan memobilisasi unsur hara
Memproduksi biomassa tumbuhan atau limbah sebagai makanan

untuk tumbuhan atau hewan lain


Memproduksi
pelapis
tanah

atau

struktural

akar

untuk

meningkatkan konservasi air dan tanah


Mengusahakan sistem akar yang dalam untuk meningkatkan daur
ulang air dan unsur hara yang telah merembes atau yang tidak
berada dalam jangkauan tanaman
Meningkatkan kondisi pertumbuhan bagi komponen lain
Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat
yang maksimal mengakibatkan sistem pertanian yang kompleks dan
terpadu yang menggunakan sumber daya dan input yang ada secara

optimal.

Tantangannya

adalah

menemukan

kombinasi

tanaman,

hewan, dan input yang mengarah pada produktivitas yang tinggi,


keamanan produksi serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai
dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.

2.
Wawasan
agroekosistem
kekayaan,
kendala,
dan
penanganannya
Tabel Kriteria dan faktor penciri dalam perwilayahan agro
ekosistem secara praktis
Tipe
lahan/agroekosistem Simbol
praktis

Penciri Utama

1. Lahan
sawah
(Irrigated lowland)

beririgasi IR

2. Lahan sawah tadah


(Rainfed lowland)

hujan TH

Potensi air irigasi > 5 bulan


Ketersediaan
air
tidak
tergantung kepada curah
hujan
Elevasi < 700 mdpl

3. Lahan kering beriklim basah KB


(dryland-wet climate)

Potensi irigasi < 5 bulan


Ketersediaan
air
sangat
dipengaruhi
oleh
curah
hujan
Elevasi < 700 mdpl

KK

Curah hujan < 2000 mm/th


Masa bertanam < 6 bulan
Elevasi < 700 mdpl

Curah hujan < 2000 mm/th


Masa bertanam < 6 bulan
Elevasi < 700 mdpl

Elevasi > 700 mdpl

Ada lapisan bahan organik


Terpengaruh
pasang
surutnya
permukaan
air
sungai dan laut

4. Lahan kering beriklim kering


(dryland-dry climate)

5. Lahan dataran
altitude area)

tinggi

(high

6. Rawa lebak dan pasang surut


(swampy/tidal areas)

DT
RP

Potensi sulfat masam

Perhatian terhadap ekosistem pertanaman padi dan palawija yang


bersifat
pertanian

unfavorable
berbasis

diperkuat
ekologi

oleh

atau

saran

ADB

ecological

(2000)

farming

bahawa
(disingkat

ecofarming) harus bersifat broad base, dalam arti:


Memperhatikan ekosistem dalam skala mikro dan makro
Memberi prioritas kepada ekosistem yang merupakan konsentrasi
penduduk miskin

Tabel Inventarisasi kendala/masalah dan penanganannya


Agroekosistem pertanaman padi dan faktor Penanganan
penghambat
sulit
mudah
Lahan sawah irigasi
Terbentuknya tapak bajak (water logging,
reductive)
Ketidakseimbangan hara
Serangan OPT
Lahan sawah tadah hujan
Ketersediaan air (unpredictable rainfall)
Penanganan ketersediaan air yang tidak
menentu
Serangan OPT
Kesuburan tanah
Keterbatasan modal
Tekanan penduduk (ketenagakerjaan)
Lahan kering
Ketersediaan air
Kesuburan tanah rendah
Serangan penyakit blas
Pengendalian erosi (tanah miring)
Keterbatasan modal dan akses pasar
Tekanan penduduk
Lahan rawa
Kedalaman air tidak dapat diduga
Kesuburan tanah

Serangan OPT, khususnya gulma


Ketersediaan modal
Ketersediaan tenaga kerja
Lahan pasang surut
Kemasaman tanah
Pengelolaan air
Ketidakseimbangan hara
Serangan OPT, khususnya gulma
Keterbatasan modal dan akses ke pasar
Ketersediaan tenaga kerja

3. Agroekosistem yang Merangsang Ekosistem Alami


LEIA membutuhkan beragam produk, biomassal perrenial

dan

keanekaragaman

fungsi

merupakan

kunci

dan

mengembangkan

sistem

pertanian,

pada

merupakan

agroforestri.

Agroforestri

untuk
daerah

dirancag

melindungi
tropis

untuk

biasanya

meniru

cara

ekosistem alam menyelamatkan atau mengakumulasikan unsur hara


terhadap kekuatan kekuatan erosi, api, perembesan dan penguapan
hingga menjamin pergantian unsur hara secara terus menerus.
Mekanisasi unsur hara secara alami menurut Woudmansee, 1984 adalah :
-

Penutupan tanah dengan tumbuhan yang terus menerus


Lapisan seresah diatas tanah
Aktivitas mikroba dan tanaman yang serempak
Penyimpanan unsur hara ekosistem dalam jumlah besar dalam

jaringan jaringan hidup khususnya dalam sistem lahan basah


Keragaman yang luas dalam struktur perakaran

Dalam rancangan agroforestri, ekosistem alami digabungkan dengan


kebutuhan

usaha

tani,

hasil

gabungan

ini

akan

meningkatkan

keanekaragaman spesies tanaman dengan ciri tajuk dan perakaran yang


berbeda, dapat meningkatkan sumberdaya yang tersedia datas dan
dibawah permukaan tanah dan bisa dimanfaatkan secara lebih efisien.
Ciri ekosistem alami yaitu menyimpan unsur hara dalam jumlah besar
dalam jaringan hidup, termasuk dalam sistem pertanian, namun sistem ini
dapat terus berfungsi hanya jika hilangnya unsur hara terdaur ulang dan /
atau digantikan secara memadai.

PENGEMBANGAN
SISTEM LEISA
Dalam
pengembangannya,

Sistem

LEISA

memiliki

hambatan yang dapat membatasi peluang. Sehingga perlu dalam


penyusunan strategi dalam menuju sistem pertanian berbasis LEISA dan
mengetahui peluang yang ada. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut
mengenai peluang, keterbatasan, dan strategi menuju sistem pertanian
berbasis LEISA :

Pengembang
an Sistem
LEISA

Hambatan
Lahan

Peluang dan
Keterbatasa
n

Strategi

Hambatan
Tenaga Kerja

Meningkatka
n
Sumberdaya

1. Peluang dan Keterbatasan

Permasalahan yang dapat menghambat pengembangan sistem


usaha tani berkelanjutan timbul dapat disebabkan pada proses ekologis,
sosioekonomis, budaya, dan politis. Namun hal itu dapat diatasi dengan
strategi yang terpadu yang mencakup komponen teknis, komersial,
legislatif, motivasi, pendidikan, dan kebijakan. Untuk mengidentifikasi
keterbatasan dan peluang suatu sistem usaha tani dengan pertimbangan
sistem pertanian berkelanjutan, perlu dilakukannya evaluasi tujuan rumah
tangga petani dan sistem teknologi khusus dengan melalui proses seleksi,
percobaan, penyesuaian dan pengembangan teknologi secara lokal.
Sering kali, pennggunaan input buatan mengutamakan hanya dari
produktivitas,

mengabaikan

penilaian

keberlanjutan.

Maka

dari

itu

terdapat peluang dan tantangan yang tergantung pada faktor lahan,


tenaga kerja, uang, dan sumber daya yang semakin langka. Berikut
penjelasan rincinya :
a. Menghadapi Hambatan Lahan
Dewasa ini, peningkatan

populasi

penduduk

berakibat

pada

penggunaan lahan yang semakin diprioritaskan sebagai tempat tinggal.


Sehingga hal tersebut menjadi permasalahan dalam ketersediaan lahan
bagi pertanian karena terdapat alih fungsi lahan yang berasal dari lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian atau komersil. Dengan fenomena
tersebut Penggunaan sistem pertanian dilakukan dengan cara intensifikasi
yang mengoptimalkan penggunaan lahan. Sebuah contoh intensifikasi
yang khas adalah perubahan dari budidaya ladang berpindah ke usaha
tani permanen / semi permanen. Proses pemberaan alami digantikan oleh
sistem pengelolaan yang memerlukan input bagi suplai unsur hara dan
perlindungan tanaman. Input dapat berasal dari dalam lahan tersebut
atau dari luar. Namun, penggunaan input bagi kesuburan tanah yang
diintensifikasikan lebih baik mengutamakan keberlanjutan. Dalam sistem
pertanian

berbasis

LEISA,

tidak

ada

panduan

teknis

untuk

mengintensifkan penggunaan lahan dalam kondisi input luar rendah,


tetapi terdapat teknik teknik yang diterapkan dalam mengutamakan
pelestarian tanah dan air secara terpadu, penggunaan sumber daya
genetik

pelengkap,

memanfaatkan

fiksasi

nitrogen

dari

atmosfir,

pemanfaatan

input

luar

yang

berkelanjutan.

Di

dalam

Ecozone,

memperbaiki kesuburan tanah dan perlindungan tanah akan menjadi


sentral untuk mengintensifkan penggunaan lahan. Maka dari itu hal yang
perlu dilakukan adalah dengan memanfaatkan seoptimal mungkin lahan
yang tersedia dan tetap menjaga kesuburan lahan tersebut agar tidak
terjadi degradasi tanah.
b. Menghadapi Hambatan Tenaga Kerja
Usaha tani seringkali bersaing dengan sumber pendapatan yang
lebih menarik dan lebih besar, sehingga usaha tani sering kali kalah
bersaing dalam penyerapan tenaga kerja. Di beberapa daerah, seperti
bagian Amerika dan Afrika yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
yang rendah, tenaga kerja seringkali lebih langka dariapda ketersediaan
lahan. Di dalam LEIA, intensifikasi bergantung kepada energi manusia dan
hewan, karena energi yang berasal dari bahan bakar minyak langka dan
tidak terjangkau. Pilihan lain untuk meningkatkan produktivitas tenaga
kerja

adalah

dengan

mekanisme

berdasar

pada

peralatan

yang

dioperasikan dengan tangan atau tenaga hewan.


c. Meningkatkan sumber daya melalui penggunaan Input Luar
Input luar seperti tambahan unsur hara, pestisida, teknologi
pengairan akan sangat diperlukan dalam penerapan sistem pertanian
yang berkelanjutan. Input luar ini memiliki peran dalam meningkatkan
keseluruhan hasil lahan pertanian, meningkatkan produktivitas lahan,
menyeimbangkan
produktivitas

sistem

tenaga

usaha

kerja.

tani,

Terpenting

dan

dapat

adalah

meningkatkan

penerapan

dan

penggunaannya yang efektif dan efisien. Namun sama halnya dengan


kebutuhan input luar yang sangat tinggi, akan lebih bijaksana jika
pembelian input luar diimbangi dengan proses daur ulang sampah organik
kembali ke sistem pertanian dengan meningkatkan efisiensi penggunaan
input dari dalam.
2. Strategi Transisi Menuju LEISA

Transisi merupakan proses perubahan dari suatu sistem usaha tani


konvensional atau tradisional yang tidak seimbang ke sistem usaha tani
yang seimbang secara ekonomis, ekologis dan sosial (LEISA). Karena
memulihkan keseimbangan ekologi memerlukan waktu bertahun-tahun,
khususnya ketika melibatkan pohon-pohon yang sedang tumbuh dan
hewan-hewan biakan, suatu proses transisi, daya dukung petani untuk
menyesuaikan

dengan

perubahan

ini

akan

sangat

penting

untuk

keberhasilan transisi. Secara keseluruhan, proses transisi dilakukan


dengan sadar dan disesuaikan segala kontennya agar menciptakan
pertanian yang seimbang dan berkelanjutan.
Investasi Tenaga
Kerja

Transisi

Investasi Lahan
dan/atau Uang
Pengambilan
Resiko

Penentuan
secermat

strategi

mungkin

dalam

dengan

melakukan

transisi

mempertimbangkan

harus

banyak

dilakukan
hal.

Pada

dasarnya strategi transisi akan tergantung pada ecozone (kering/lembah,


dataran rendah/dataran tinggi, status sosial ekonomi, dan tingkat
teknologi yang tersedia. Transisi harus dilakukan oleh petani dengan
sebaik mungkin, titik mula suatu proses transisi akan berhasil tergantung
pada langkah awal pembuka jalan yang dipilih oleh petani tersebut.
Penentuan strategi transisi harus dilakukan melalui tahapan diskusi
dengan keluarga petani, karena setiap sistem pertanian akan memiliki
keunikan tersendiri dari pelaku pertanian tersebut. Terlebih lagi adalah
para petani ini yang paling mengetahui kondisi nyata dan keunggulan dari
pertanian yang mereka telah usahakan. Penerapan Teknologi Partisipatoris
merupakan

suatu

mengembangkan

pendekatan
metode

sistematik

LEISA

di

untuk
tingkat

menerapkan
pertanian

dan
desa.

Pendokumentasian transisi yang dilakukan pada metode HEIA dan LEIA

menuju LEISA sangat minim, maka dari itu perlu adanya peningkatan
wawasan yang luas pada seluruh komponen pertanian agar strategi yang
diterapkan akan efektif walaupun berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Reintjes, et al. 1992. Pertanian Masa Depan untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input
Luar Rendah. Kanisius. Jakarta.
Yuwariah, yuyun. 2012. Sistem Pertanian Berkelanjutan II. Fakultas Pertanian UNPAD.

Anda mungkin juga menyukai