Anda di halaman 1dari 6

Nurhidayati

Assalamu'alaikum....

Kamis, 21 April 2011


Destilasi

DESTILASI
A. Sejarah
Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama
masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan
akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat
untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan
secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi
pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah,
terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni
melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang
memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat
terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu
Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan
banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat
kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
B. Definisi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Sebenarnya distilasi tidak 100 % memisahkan campuran tetapi hanya meningkatkan
konsentrasi atau kemurnian dari suatu larutan.
Pemisahan dengan cara distilasi tidak hanya berdasarkan pada titik didih dari komponenkomponennya saja, tetapi tergantung juga pada karakteristik kolom serta besaran-besaran
operasi. Karakteristik kolom dipengaruhi oleh jenis kolom (plate, packed, vigruez) serta
panjang kolom. Sedangkan besaran-besaran operasi meliputi laju uap naik, laju cairan turun
(refluks), luas permukaan kontak antara fasa gas] dan cair, dan koefisien perpindahan massa.
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran zat cair berada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka komposisi uap dan
cairannya berbeda. Uapnya akan mengandung lebih banyak komponen yang mudah
menguap, sedangkan cairannya akan mengandung lebih sedikit komponen yang lebih mudah
menguap. Bila uapnya dipisahkan dari cairannya dan uap tersebut dikondensasikan,
didapatkan cairan yang didapatkan dari kondensasi uap tersebut mengandung lebih banyak

komponen yang lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak
teruapkan.
Pemisahan senyawa dengan destilasi juga bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika
suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama
dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada
saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan
yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai
titik didih lebih rendah daripada tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika cairan yang campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan
tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang
lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan
terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan
komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai
titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan
mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
Pada umumnya, proses distilasi dilaksanakan pada tekanan konstan, maka untuk
memperkirakan komposisi, suhu, dan tekanan tersebut, didasarkan pada tekanan yang
konstan.
C.Jenis-Jenis Destilasi
1. Destilasi sederhana
Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya
rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu
wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena
hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau
minyak.
Alat Destilasi Sederhana
Gambar : alat destilasi atau yang disebut destilator.
Yang terdiri dari :
thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung
destilat
Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang
didestilasi selama proses destilasi berlangsung.
Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat
suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat
pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi
sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar
yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran.

Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa,
tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan
air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna.
Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi
tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun
mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
Contoh destilasi sederhana:
Destilasi sederhana digunakan untuk pemurnian senyawa yang biasanya telah diekstraksi.
Misalnya ekstraksi padat-cair dan.pada sintesis kloroform. Pada dasarnya prinsip atau metode
pemisahannya sama. Sintesis koroform tanpa ekstraksi, dengan mereaksikan kaporit dan
aseton yang akan menghasilkan kloroform.
Mula mula
kaporit dihaluskan menggunakan lumpang porselen dengan
penambahan akuades sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan
kaporit sehingga mudah bereaksi. Setelah halus kaporit dituangkan ke dalam labu destilasi.
Kemudian dimasukkan aquades ke dalam penampung destilasi. Aquades berfungsi untuk
mengurangi penguapan destilat. Selanjutnya aseton dituang ke dalam corong pisah dan
diencerkan dengan aquades yang berfungsi sebagai media reaksi. Selanjutnya aseton
diteteskan ke dalam labu destilasi yang berisi kaporit. Dilanjutkan dengan pemanasan pada
suhu 60 C. Campuran yang menguap mengandung kloroform dan air. Uap ini mengalir
melewati tabung kondensor dan mengembun. Embun ini mencair dan mengalir ke dalam
penampung destilat yang telah berisi aquades. Destilat didinginkan di dalam baskom berisi es
untuk mengurangi penguapan klorofom. Klorofom yang masih mengandung air dipisahkan
dengan penambahan NaOH dalam corong pisah sehingga terbentuk lapisan dimana klorofom
lapisan bawah karena masa jenisnya lebih kecil. Kloroform selanjutnya diteteskan kedalam
CaCl anhidrat untuk mengikat air pada kloroform dan disaring.
2. Destilasi bertingkat (fraksionasi)
Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan.Pada
dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang
bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena
melewati kondensor yang banyak. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama
mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat.
Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses destilasi berulang.Proses berulang
ini terjadi pada kolom fraksional.Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada
setiap plat terjadi pengembunan.Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak
mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang
atsiri lebih banyak dalam kondensat.Bila perbedaan titik didih A dan B kecil, distilasi
fraksional harus diulang-ulang untuk mendapatkan pemisahan yang lebih baik.
Kolom distilasi yang panjang dari alat distilasi digunakan di laboratorium (Gambar 12.2)
memberikan luas permukaan yang besar agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun
dapat bersentuhan. Di puncak kolom, termometer digunakan untuk mengukur suhu fraksi
pertama yang kaya dengan komponen yang lebih mudah menguap A. Dengan berjalannya
distilasi, skala termometer meningkat menunjukkan bahwa komponen B yang kurang mudah
menguap juga ikut terbawa. Wadah penerima harus diubah pada selang waktu tertentu.
Contoh destilasi bertingkat: adalah pemisahan campuran alkohol-air (lihat gambar di
bawah),titik didih alkohol adalah 78*C dan titik didih air adalah 100C.Campuran
tersebut dicampurkan dalam labu didih.Pada suhu sekitar 78*C alkohol mulai mendidih
tetapi sebagian air juga ikut menguap.Oleh karena alkohol lebih mudah menguap,kadar

alkohol dalam uap lebih tinggi daripada kadar alkohol dalam campuran semula.Ketika
mencapai kolom fraksionasi,uap mengembun dan memanaskan kolom tersebut.Setelah
suhu kolom mencapai 78*C,alkohol tak lagi mengembun sehingga uap yang mengandung
lebih banyak alkohol naik ke kolom di atasnya,sedangkan sebagian air turun ke dalam
labu didih.Proses seperti itu berulang beberapa kali (bergantung pada banyaknya plat
dalam kolom),sehingga akhirnya diperoleh alkohol yang lebih murni.Contoh lain dari
Destilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi,yaitu memisahkan gas,bensin,minyak
tanah, dan sebagainya dari minyak mentah.
3. Destilasi azeotrop
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran
dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan
tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran
azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa
cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai
azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan
uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat
kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik
azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada
gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor
dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Contoh destilat azeotrop:
PFD Diagram: Simulasi distilasi biner campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan
menggunakan HYSYS.
Dalam pemisahan campuran propanol-athyl acetate, digunakan metode pressure swing
distillation. Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda,
komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut,
distilasi dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan
yang berbeda. Kolom distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom
distilasi kedua.
Produk bawah kolom pertama menghasilkan ethyl acetate murni sedangkan produk
atasnya ialah campuran propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi
azeotropnya. Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom
yang bertekanan lebih rendah (kolom kedua). Produk bawah kolom kedua menghasilkan
propanol murni sedangkan produk atasnya merupakan campuran propanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya. Berikut ini gambar kurva kesetimbangan
uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan tinggi dan rendah.
Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada temperatur 108,2 C dengan
komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm), komposisi azeotrop yaitu sebesar
0,5 sehingga distilat yang diperoleh berkisar pada nilai tersebut sedangkan bottom yang
diperoleh berupa ethyl acetate murni
4. Destilasi vakum(destilasi tekanan rendah)

Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bisa rusak pada pemansan
yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka
destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu
rendah dengan menurunkan tekanan.
Distilasi vakum terjadi ketika tekanan pada larutan yang didistilasi hingga mencapai
distilat, berkurang hingga dibawah tekanan uapnya (biasanya kurang dari tekanan atmosfer)
yang disebabkan evaporasi dari banyaknya volatile yang terbentuk. Destilasi ini digunakan
untuk zat yang tak tahan suhu tinggi atau bisa rusak pada pemansan yang tinggi. Sehingga
dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya
harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan
menurunkan tekanan
5.
Destilasi kering
Distilasi kering adalah suatu metoda pemisahan zat-zat kimia Dalam proses distilasi kering,
bahan padat dipanaskan sehingga menghasilkan produk-produk berupa cairan atau gas (yang
dapat berkondensasi menjadi padatan). Produk-produk tersebut disaring, dan pada saat yang
bersamaan mereka berkondensasi dan dikumpulkan. Distilasi kering biasanya membutuhkan
suhu yang lebih tinggi dibanding distilasi biasa.
Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh bahan bakar cair dari batubara dan kayu.
Selain itu, distilasi kering juga digunakan untuk memecah garam-garam mineral. Misalnya
pemecahan sulfat melalui termolisis, menghasilkan gas sulfur dioksida dan sulfur trioksida
yang dapat dilarutkan dalam air membentuk asam sulfat. Pada awalnya, ini adalah cara yang
umum untuk memproduksi asam sulfat.
Prinsipnya memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Contohnya
untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.
D. Aplikasi
1. Desalinasi ( Menguapkan Air Laut menjadi Air Tawar )
Ada beberapa peralatan yang mendukung proses destilasi ini. Antara lain adalah
heater, kondensor, ejektor air, pompa ejektor, pompa kondensat, indikator salinitas, dan
peralatan kontrol.Proses kerja destilasi ini mulanya air laut dihisap oleh pompa ejektor yang
terdapat dipantai. Kemudian, air laut tersebut dimasukan ke dalam alat penukar gas (heat
exchanger). Pada tahap ini, air laut dipanasi oleh air panas dari panas buang diesel atau boiler
limbah biomassa pada suhu 80 derajat C.
Selanjutnya, air tersebut divakumkan pada tekanan udara kurang dari 1 atm.Pada
kondisi hampa udara (vakum) yang tinggi dan suhu rendah itulah, sebagian dari air laut
menguap. Dimana, uap bertekanan rendah dari tempat lain mendapat pendinginan dari air laut
yang dimasukkan dari cerobong terpisah. Pada saat itulah, uap berkondensasi menjadi air
tawar. Air laut yang sudah hangat akan mengalir dari saluran keluar pendingin. Dan
selanjutnya akan masuk ke dalam heat exchanger sebagai air umpan. Uap tekanan rendah
yang timbul di dalam heat exchanger mengalir masuk ke dalam evaporator. Begitu pula
dengan air sisa buangan yang kental.Selanjutnya, uap air itu didinginkan oleh air laut dan
berkondensasi menjadi air tawar.
Hasil air tawar di kondensor itu kemudian dipompa keluar oleh condensatepump.
Kemudian, air tersebut dialirkan ke tangki persedian air tawar. Sementara sisa air buangan
dikeluarkan secara teratur oleh water ejector.Sedangkan mengenai kadar garam dari air

destilat (air yang dihasilkan dari proses destilasi inired) secara terus menerus dipantau oleh
salinity indicator. Sebuah solenoid valve dipasang pada saluran keluar pompa air destilasi.
2. Pengolahan Minyak Bumi
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponenkomponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon.
Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan
penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman
suling.
Menara destilasi Dimenara inilah terjadi proses destilasi. Yaitu proses
pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah. Syarat utama agar
terjadinya proses destilasi adalah adanya perbedaan komposisi antara fase cair dan
fase uap. Dengan demikian apabila komposisi fase cair dan face uap sama maka
proses destilasi tidak mungkin dilakukan. Proses destilasi pada kilang minyak bumi
merupakan pengolahan secara fisika yang primer sebagai awal dari semua proses
memproduksi BBM (Bahan Bakar Minyak).

Anda mungkin juga menyukai