Anda di halaman 1dari 2

Desain Pelat Beton Satu Arah

Pelat beton bertulang bisa dibagi menjadi beberapa kategori, salah satunya adalah pelat beton satu
arah. Disebut satu arah karena pelat ini lebih suka menyalurkan berat beban hanya pada balokbalok yang searah saja, yaitu balok-balok yang letaknya saling berdekatan, dibandingkan
menyalurkan beban-beban pada balok yang letaknya berjauhan.
Desain pelat beton satu arah hampir sama dengan desain balok. Hanya saja, ada beberapa hal yang
berbeda seperti menentukan tebal pelat.
Untuk perhitungan sederhananya, tebal pelat bisa ditentukan berdasarkan SNI beton 03-2847-2002.
Dengan menggunakan SNI ini, kita tidak perlu lagi memperhitungakan lendutan yang terjadi pada
pelat. Bisa saja kita tidak mengikuti aturan SNI dan menghitung sendiri tebal optimum yang
dibutuhkan pelat, namun lendutan akibat beban pada pelat harus kita perhitungakan.
Tebal pelat bisa mengikuti aturan SNI seperti gambar di bawah ini.

Tebal pelat minimum tanpa memperhitungkan lendutan pada pelat

Setelah menghitung tebal pelat minimum, kita bisa menghitung kebutuhan tulangan perlu akibat
tarik pada bagian bawah pelat. Penyederhanaan perhitungan bisa dilakukan dengan menghitung
kebutuhan tulangan bawah saja (tidak memperhitungkan tulangan atas). Perhitungan tulangan perlu
ini sama dengan perhitungan tulangan pada balok.
Langkah pertama adalah menghitung lengan momen untuk gaya tarik yang bekerja. Nilai d adalah
jarak efektif antara serat terluar tekan beton dan titik berat tulangan tarik. Sedangkan nilai a
adalah tebal beton yang membatasi daerah tekan beton (yang telah disederhanakan).

(1)
(2)

Karena jika menggunakan rumus jd di atas, tidak akan bisa menghasilkan sebuah nilai, maka untuk
nilai awal, nilai jd bisa diambil sebesar

(3)
Langkah kedua adalah menghitung nilai luas tulangan tarik perlu.
(4)
Langkah ketiga adalah mencari nilai a yang baru
(5)
Langkah keempat adalah menghitung nilai momen nominal beton bertulang. Nilai jd dalam
perhitungan di bawah ini adalah nilai yang telah menggunakan nilai a pada langkah ke tiga
sebelumnya dan dihitung menggunakan rumus jd pada langkah satu, jadi bukan nilai jd estimasi.
(6)
Langkah kelima adalah mengecek apakah nilai *Mn > Mu. Jika ternyata selisihnya sangat jauh, kita
bisa menghitung kembali tulangan perlu pada langkah kedua tapi dengan menggunakan nilai jd yang
baru. Cara ini bisa dilakukan dengan berulang-ulang sampai kita peroleh nilai *Mn dan Mu yang
hampir sama (cara ini digunakan untuk memperoleh nilai perhitungan yang hemat biaya).

Anda mungkin juga menyukai