Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI


RINGAN-SEDANG

Pembimbing :
dr. Winres Sapto Priambodo, Sp. A

Disusun oleh :
Maria Ellsa Primayana
406148082

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 2015 7 NOVEMBER 2015

LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Kesehatan Anak RS
Bhayangkara Semarang.
Nama

: Maria Ellsa Primayana

NIM

: 406148082

Fakultas

: Kedokteran Umum

Tingkat

: Universitas Tarumanagara Jakarta

Bidang Pendidikan

: Ilmu Kesehatan Anak

Judul

: Laporan Kasus Pasien dengan Diare akut dan


Dehidrasi ringan-sedang

Pembimbing

: dr. Winres Sapto Priambodo, Sp.A

Telah Diperiksa dan Disahkan Tanggal.

Pembimbing

dr. Winres Sapto Priambodo, Sp. A

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

I.

Nama

: An. Satrio Nur Hidayat

Umur

: 2 Tahun 9 Bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Komplek AKPOL M7 Semarang

Agama
Suku
Pekerjaan orang tua
Ruang
Masuk Rumah Sakit
Keluar Rumah Sakit
No.RM
Jaminan

:
:
:
:
:
:
:
:

Islam
Jawa
Polisi
Seruni, No. 209
10 September 2015
12 September 2015
15-09-123567
BPJS-Anggota

ANAMNESIS (Alloanamnesis dan Catatan medis 11-09-2015 Pukul 08:00 WIB)


Keluhan utama:
Diare sejak 6 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Anak RS Bhayangkara diantar oleh orang tuanya dengan keluhan
diare sejak 6 hari yang lalu. Diare terjadi 5 kali sehari, cair, ampas (-), darah (-), lender
(-). Pasien juga mengeluh ada mual dan muntah sebanyak 1 kali berisi cairan. Ibu
pasien juga mengeluh nafsu makan anaknya berkurang dan menjadi rewel namun
minum masih banyak. Pasien juga mengaku BAK dalam batas normal dan jumlahnya
banyak. Pasien menyangkal ada demam, batuk, maupun pilek. Pasien mengaku sudah
pernah berobat sebelumnya tapi keluhan tidak kunjung berkurang.
Riwayat penyakit dahulu:
Typhoid
: Disangkal
DBD
: Disangkal
Diare
: Pernah
ISPA
: Pernah
Kejang
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
Keluhan serupa : Disangkal

Typhoid
DBD
Diare
ISPA
Kejang
Alergi
TBC

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

Riwayat Pemeliharaan Perinatal :


Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke dokter setiap bulan
sampai usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil ibu mendapat imunisasi TT 2 kali di
dokter. Ibu mengaku hanya meminum vitamin selama kehamilan dan tidak pernah
menderita penyakit berat selama kehamilan.
Kesan : Riwayat pemeliharaan perinatal baik

Riwayat persalinan ibu:


Pasien merupakan anak laki-laki lahir dari ibu G1P1A0 dengan usia kehamilan 39
minggu, lahir secara normal, persalinan ditolong oleh dokter, anak lahir langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram. Panjang badan lahir 48 cm.
Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir spontan
Riwayat imunisasi :
BCG

: 1x

Hep B

: 3x

Polio

: 4x

DPT

: 3x

Campak

: 1x

Kesan : Imunisasi belum lengkap dengan jadwal Imunisasi IDAI 2014


Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2800 gram. Panjang badan lahir 48 cm. Berat badan saat ini 12
kg, Tinggi badan saat ini 90 cm.
Perkembangan :
Senyum

: 2 bulan

Berjalan

: 10 bulan

Miring

: 3 bulan

Bicara

: 12 bulan

Tengkurap

: 4 bulan

Gigi keluar

: 6 bulan

Duduk

: 7 bulan

Merangkak

: 8 bulan

Berdiri

: 10 bulan

Kesan: Pertumbuhan anak tidak diketahui hasil intrepretasinya dan Perkembangan


anak sesuai umur.

Riwayat asupan nutrisi :


-

ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan

Mulai usia 6 bulan, anak diberi susu formula dan bubur

Mulai usia 9 bulan, anak diberi bubur saring dan nasi tim

Mulai usia 12 bulan, anak diberi makanan keluarga, nasi dengan lauk pauk
dan sayur yang bervariasi diberikan 3x/hari

Kesan

: Diberikan ASI eksklusif


Kualitas & kuantitas makanan & minuman baik

II.

PEMERIKSAAN FISIK (11-09-2015 Pukul 08.15)

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
- HR
- Suhu
- RR
Data antropometri
- Berat badan
- Tinggi Badan
- Status gizi

: Tampak sakit sedang,


: Compos mentis
:
: 102 x/menit (kuat, regular)
: 36,4 C
: 20 x/menit (regular)
:
: 12 kg
: 90 cm
: (gizi baik)

Pemeriksaan Sistem
Kepala

: Normocephal

Mata

: Pupil bulat, isokor, cekung -/-, diameter 3/3mm, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), edema palpebral (-/-)

Hidung

: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (+/+) bening dan encer

Telinga: Bentuk normal, tanda peradangan (-/-), sekret (-/-)


Mulut

: Bibir kering (-), Bibir sianosis (-), Mukosa Hiperemis (-), lidah kotor (-)

Tenggorok

: T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (-),


kripta melebar (-), detritus (-)

Leher

: Tidak teraba pembesaran KGB

Thorax : simetris dan datar.


Jantung

Inspeksi
Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Paru paru

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial dari midclavicula
line sinistra
: Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan ICS VI sternal line dextra
Batas jantung atas ICS III parasternal line sinistra
: BJ I - II (N), regular, murmur (-), gallop (-).

Inspeksi

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Gerakan simetris dalam keadaan statis dan dinamis : simetris,


retraksi suprasternal (-), epigastrium (-), intercostalis (-)
: Stem fremitus dextra et sinistra sama kuat
: Sonor pada seluruh lapang paru
: Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: Datar
: Bising Usus (+) 12 x/ menit, peristaltik normal
: Timpani
: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), turgor baik

Abdomen

Ekstrimitas

: Akral hangat (+), oedema (-), petechie (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
Hemoglobin
Eritrosit
Trombosit
Leukosit

10-09-2015

11-09-2015

Nilai Normal

35,9
74,8
25,4
34,0
13,7
8,9
10,4
12,2
4,80
410.000
7800

33,6
75,3
25,6
33,9
13,4
8,7
10,0
11,4
4,46
262000
7400

37-43 %
80-97 m3
26,5-33,5 pg
31,5-35,0 g/dL
10,0-15,0 %
6,5 11,0 m3
10,0-18,0 %
10,0-18,0 g/dL
4,0-5,0 juta/mm3
150.000-450.000
4.000-11.000

IV.

PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak laki-laki usia 2 tahun 9 bulan , Berat badan 12 kg, Tinggi badan 90 cm.

BMI : 12/(0,9)2 : 14,81

V.

RESUME
Telah diperiksa pasien anak laki-laki berusia 2 tahun 9 bulan, berat badan 12 Kg, dan
tinggi badan 90 cm, diare sejak 6 hari yang lalu. Diare 5 kali sehari, cair, ampas (-),
darah (-). Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (+) 1 kali, isi cairan, nafsu makan
turun (+), batuk (-),pilek (-), nyeri perut (-). BAK normal, jumlahnya banyak, warna
kuning.
Hasil pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang,
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
:
- HR
: 102 x/menit (kuat, regular)
- Suhu
: 36,4 C
- RR
: 20 x/menit (regular)
Hasil pemeriksaan laboratorium : Normal

VI.

DIAGNOSIS BANDING
- Diare Akut, DD:
Infeksi virus, bakteri
- Dehidrasi, DD:
Ringan, Ringan-Sedang, Sedang, Berat

VII. DIAGNOSIS KERJA


- Diare Akut e.c Infeksi Virus
- Dehidrasi Ringan-Sedang
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Infus KAEN 3B 12 tpm
- Zinc tab 1x1
- L Bio 1x1
- Syr Antasid 3x1 cth
Kebutuhan cairan: 1000+100= 1100 cc/hari / 45,8 cc/jam / 11,46 tpm (12tpm)
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Banyak minum (susu)
- Makan sedikit tapi sering (6x/hari) dan rendah serat
IX.

EVALUASI
- Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Tanda- tanda dehidrasi
- Awasi timbulnya komplikasi

X.

KOMPLIKASI
- Diare persisten
- Dehidrasi berat
- Gangguan elektrolit

XI.

Penurunan berat badan


Gagal tumbuh

EDUKASI
- Memberitahu orang tua untuk mengawasi anak dari tanda-tanda dehidrasi berat
berupa penurunan kesadaran, mukosa bibir sangat kering, mata sangat cekung, cubitan
kulit perut kembalinya sangat lambat dan akral dingin.
- Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan perawatan dirumah:
Beri cairan tambahan
Beri tablet zinc selama 10 hari
Lanjutkan pemberian makan/minum
Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
o Anak tidak bisa atau malas minum
o Kondisi anak memburuk
o Anak demam
o Terdapat darah dalam tinja

- Preventif:
Jaga kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Menjaga kebersihan lingkungan, BAB di jamban
Penyediaan air minum yang bersih
Makanan dimasak sampai matang
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal
Jam
Keluhan

11-09-2015
07.00 WIB
Diare (-), muntah (-)

12-09-2015
07.00
Diare(-),muntah (-)

KU/KES
TTV:
RR
HR
S
Kepala

TSR/CM

TSR/CM

20 x/menit
102 x/menit
36,7 C
Dbn

18x/menit
101x/menit
36,2 C
Dbn

Kulit

Dbn

Dbn

Mata

Dbn

Dbn

Telinga

Dbn

Dbn

Hidung
Mulut

Dbn
Dbn

Dbn
Dbn

Thorax :
Cor
Pulmo
Abdomen

Dbn
Dbn
Dbn

Dbn
Dbn
Dbn

Ekstremitas

Dbn

Dbn

TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG
A. Diare Akut

I.

Definisi

Perubahan konsistensi tinja yang terjadi secara tiba-tiba akibat kandungan


air di dalam tinja melebihi normal (10mL/kgBB/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari
14 hari. Namun pola defekasi pada neonatus dan bayi hingga usia 4-6 bulan
lebih dari 3 kali/hari dan konsistensinya cair atau lembek masih dianggap
normal selama tumbuh kembangnya baik.
Pada kasus ini pasien mengalami diare lebih dari 5 kali dalam 1 hari dan
sudah berlangsung selama 6 hari.
II.

Etiologi

Diare akut paling sering disebabkan oleh infeksi virus, seperti rotavirus,
adenovirus, Norwalk, bakteri, seperti Shigella sp., Salmonella sp., E. Coli,
Vibrio sp., parasit yang terdiri dari protozoa, seperti E. Histolytica, G. Lamblia,
Balantidium coli, cacing, seperti Ascaris sp., Trichuris sp., Strongyloides sp.,
dan jamur, seperti Candida sp. Selain itu juga dapat disebabkan oleh alergi
makanan seperti, alergi susu sapid an protein kedelai, malabsorbsi seperti
intoleransi laktosa, lemak, dan protein, keracunan makanan, dan obat-obatan
seperti antibiotik dan kelainan struktur.

III.

Klasifikasi dan manifestasi klinis


Diare pada anak dibagi berdasarkan derajat dehidrasi :

1. Dehidrasi Berat ( Kehilangan cairan >10% berat badan)


Dua atau lebih tanda berikut yaitu kondisi umum lemah. letargis/tidak
sadar, ubun-ubun besar, mata sangat cekung, malas minum/tidak dapat minum,
cubitan perut kembali sangat lambat (>=2detik).
2. Dehidrasi Ringan-Sedang ( Kehilangan cairan >5-10% berat badan)

Dua atau lebih tanda berikut yaitu rewel, gelisah, cengeng, ubun-ubun
besar, mata sedikit cekung, tampak kehausan, minum lahap, cubitan perut
kembali lambat.
3. Tanpa dehidrasi ( Kehilangan cairan <5% berat badan)
Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dua kriteria diatas.
Pada kasus ini didapatkan pasien rewel dan cengeng serta tampak kehausan.
Sehingga pasien termasuk dalam klasifikasi Dehidrasi Ringan-Sedang.
IV.

Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi sebagai
berikut yaitu osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik,
sekresi cairan dan elektrolit meninggi disebut diare sekretorik, malabsorbsi
asam empedu, malabsorbsi lemak, defek system pertukaran anion/transport
elektrolit aktif di eritrosit, motilitas dan waktu transit usus abnormal,
gangguan permeabilitas usus, inflamasi dinding usus, disebut diare
inflamatorik, infeksi dinding usus disebut diare infeksi.
Diare osmotik: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat atau zat kimia yang
hiperosmotik (MgSO4, Mg (OH)2, malabsorbsi umum dan defek dalam
absorbs mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air
dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu
secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare
tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
vibrio cholera, atau Escherichia coli , penyakit yang menghasilkan hormone
(VIPoma), reseksi ileum ( gangguan absorbsi garam empedu), dan efek obat
laksatif.
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakitpenyakit saluran bilier dan hati.
Defek system penukaran anion/tranpor elektrolit aktif di enterosit: diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+
ATPase di enterosit dan absorbs Na+ dan air yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal : diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbs

yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain


diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas
usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel
spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)L diare tipe ini disebabkan
adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi
produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam
lumen, gangguan absorbsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat
disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan
penyakit Crohn).
Diare infeksi: Infeksi oleh bakteri merupakan penyabab tersering dari
diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasive
(tidak merusak mukosa) dan invasive (merusak mukosa). Bakteri non-invasif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yaitu
disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik yaitu kolera (Eltor).
Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera/eltor merupakan protein
yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosine
monofosfat siklik (AMF Siklik) didinding usus dan menyebabkan sekresi
aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan
kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melaluin mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya
absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat,
klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa
yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.

V.

Diagnosis
1. Anamnesis
Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekuensi, lama diare berlangsung,
warna, konsistensi tinja, adanya lender/darah dalam tinja), adanya
muntah, tanda dehidrasi (rasa haus, anak rewel/lemah, BAK terakhir),
demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat makan dan minum,
penderita sekitar, pengobatan yang diterima, dan gejala invaginasi
(tangisan keras dan bayi pucat).

2. Pemeriksaan fisik
Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan berat badan. Selidiki
tanda-tanda dehidrasi, rewel/gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata
cekung, cubitan kulit kembali lambat (turgor abdomen), haus/minum
lahap, malas/tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, air mata
berkurang/tidak ada, keadaan mukosa mulut. Tanda-tanda
ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit yaitu kembung akibat
hypokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan dalam
akibat asidosis metabolik.
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan fisik yaitu tanda-tanda
dehidrasi, anak rewel atau cengeng.
VI.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan darah tepi lengkap
( hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit
serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA
(Enzym linked imunosorbent assay) mendeteksi giardiasis dan test serologic
amebiasis, dan foto x-ray abdomen.
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung
jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri
terutama pada infeksi bakteri yang invasive ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul
pada salmonellosis.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan
volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya
telur cacing dan parasit dewasa.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan
sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa
tinja untuk pengukuran toksin Clostridium defficile.
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien yang
toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut
persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat
sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare,
kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau
limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika
mukosa terlihat inflamasi berat.

Pada kasus ini kemungkinan diare akibat infeksi virus karena dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil masih dalam batas normal.

VII.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat
memberikan pengobatan yang lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas
diare akut yang disertai demam/tinja berdarah dan diare akut yang tidak
disertai demam/tinja berdarah.
1. Pasien diare akut disertai demam dan tinja berdarah
Observasi umum: diare sebagai akibat mikroorganisme invasive, lokasi
sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering tapi jumlah voume sedikit,
sering diawali diare air.
Patogen: Shigella sp., (disentri basiler, shigellosis), Campylobacter
jejuni, Salmonella sp., Aeromonas hydrophila, V. parahaemolyticus,
Plesiomonas shigelloides, Yersinia.
Diagnosis: Diferensiasi klinis sulit, terutama membedakan dengan
penyakit usus inflamatorik idiopatik non infeksi. Banyak leukosit di tinja
(pathogen invasif), kultur tinja untuk Salmonella, Campylobacter, Yersinia,
dan darah tebal untuk malaria.
2. Diare akut tanpa demam ataupun darah tinja
Observasi umum: pathogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada
leukosit di tinja), sering disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering
manifestasi dari diare turis, pada kasus kolera, tinja seperti cucian beras,
sering disertai muntah.
Patogen: ETEC merupakan penyebab tersering dari diare turis. Giardia
lamblia, rotavirus, virus Norwalk, eksotoksin preformed dari S. Aureus,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens (Tipe A), diare disebabkan toksin
dikarakterisasi oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam. Penyebab lain yaitu
Vibrio parahaemolyticus (ikan laut dan shell fish yang tidak cukup
didinginkan), Vibrio cholera (kolera), bahan toksik pada makanan seperti
logam berat kaleng, nitrit, pestisida, histamine pada ikan, jamur.
Diagnosis: Tidak ada leukosit dalam tinja, kultur tinja (sangat rendah
pada diare air), tes untuk ETEC tidak biasa, tersedia pada laboratorium rutin,
pemeriksaan parasit untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan ulangan
dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia.

VIII.

Penatalaksanaan
Pada prinsipnya ada lima pilar tata laksana diare menurut WHO, yaitu:
dehidrasi, dukungan nutrisi, pemberian antibiotik sesuai indikasi, pemberian
zinc dan edukasi pada orang tua. Berikut alur tatalaksana diare sesuai derajat
dehidrasinya.

- Diare akut Dehidrasi Berat


1. Rehidrasi intravena, 100cc/kgBB cairan ringer laktat atau ringer
asetat (jika tidak ada gunakan salin normal) dengan ketentuan berikut:
Pertama, berikan
30cc/kgBB dalam

Selanjutnya, 70cc/kgBB
dalam

Umur < 12 bulan

1 jam

5 jam

Umur 12 bulan

30 menit

2 jam

Diikuti rehidrasi oral jika sudah dapat minum, dimulai 5cc/kgBB/jam


selama proses rehidrasi.
2. Periksa kembali status hidrasi anak setiap 15-30 menit, klasifikasikan
ulang derajat dehidrasi setelah 3 jam (untuk anak) atau 6 jam (untuk bayi). Tata
laksana selanjutnya diberikan sesuai derajat dehidrasi tersebut.
3. Jika tidak ada fasilitas intravena, pasang pipa nasogastric dan beri
20cc/kgBB/jam selama 6 jam atau rujuk segera kerumah sakit.

- Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang


1. Pasien dapat dipantau dipuskesmas/rumah.
2. Berikan larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama sebanyak
75mL/kgBB , ajarkan ibu memberi oralit sedikit-sedikit tapi sering (small
but frequent) dengan sendok teh, cangkir, mangkok atau gelas. Bila anak
muntah tunggu 10 menit, lalu lanjutkan dengan lebih lambat. Jika
kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit.
3. Lanjutkan pemberian ASI dan makanan
4. Periksa kembali dan klasifikasikan ulang setelah 3 jam
5. Beri tablet zinc selama 10 hari, < 6 bulan diberikan tab (10mg) dan
>6 bulan di berikan 1 tab (20mg) sehari

6. Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika terdapat tanda seperti: anak
tidak bisa atau malas minum atau menyusu, kondisi anak memburuk, anak
demam, terdapat darah dalam tinja anak.

- Diare Akut Tanpa Dehidrasi


Dapat dilakukan terapi rawat jalan dengan empat aturan perawatan
dirumah sebagai berikut (juga berlaku untuk diare dengan dehidrasi
setelah perawatan) :
1. Beri cairan tambahan, seperti ASI yang lebih sering dan lama. Jika
anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit, air matang, atau
cairan makanan (kuah sayur, air tajin). Pada kasus diare dengan dehidrasi,
berikan 6 bungkus oralit (@200cc), berikan 100 cc tiap kali BAB.
2. Beri tablet zinc selama 10-14 hari, yaitu tablet (10mg/hari) untuk
anak <6bulan dan 1 tablet (20mg/hari) untuk anak >6 bulan. Zinc
bermanfaat untuk menurunkan frekuensi BAB dan memperbaiki volume
tinja, mengurangi lama diare, serta menurunkan kejadian diare pada
bulan-bulan berikutnya.
3. Beri makanan segera setelah anak dapat makan. Lanjutkan pemberian
makan atau ASI dengan pola sedikit tapi sering (sekitar 6 kali/hari)
4. Edukasi kapan harus kembali (jika keadaan anak memburuk, tidak
dapat/malas minum, timbul demam, timbul darah dalam tinja, atau tidak
membaik setelah 5 hari).
Antibiotik dapat digunakan secara rutin dan hanya bermanfaat pada anak
dengan diare berdarah (disentri), suspek kolera, dan infeksi berat lain yang tidak
berhubungan saluran pencernaan. Penggunaan antibiotik tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora usus sehingga memperpanjang diare menjadi
persisten, mempersulit penyembuhan, dan meningkatkan kemungkinan
penularan. Selain itu juga menyebabkan resistensi kuman terhadap antibiotik.
Obat antiprotozoal jarang digunakan.
Obat-obatan antidiare tidak boleh diberikan pada anak karena tidak
mencegah dehidrasi maupun meningkatkan status gizi anak, namun memiliki
efek samping berbahaya hingga fatal.
Probiotik dapat bermanfaat mempersingkat lama diare pada anak dan
mencegah diare pada bayi.

IX.

Komplikasi

Dehidrasi, gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh,


serta diare yang lebih berat dan sering terjadi.

X.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan tetap memberikan ASI, menjaga


kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, menjaga
kebersihan lingkungan, BAB di jamban, melakukan imunisasi campak,
memberikan makanan penyapihan yang benar dan penyediaan air minum
bersih serta makanan yang selalu dimasak secara adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A. 2011. Diare dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi I. Media


Aesculapius Fakultas Kedkteran UI. Jakarta.
2. WHO. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta.
3. IDAI. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta
4. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai