PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes albopictus 1,2 yang tersebar luas di rumah-rumah dan tempat
umum di seluruh wilayah Indonesia kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000
meter dari permukaan laut.2 Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai
dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat mengakibatkan kematian.1
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.1 Data dari seluruh dunia menyatakan bahwa Asia dan Amerika Latin
merupakan jumlah penderita DBD terbanyak hampir setiap tahunnya. 3
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara.4,5
Demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968 6, di mana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk, hingga penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia.4,6
DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia selama 41
tahun terakhir.4,7 Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa
provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita
79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih.7 Telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD,
dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada
tahun 2009. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun
1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009.4
Berdasarkan data dan laporan DBD yang berhasil dikumpulkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Riau sepanjang tahun 2007 (data terakhir 3 Januari 2008)
jumlah kasus DBD cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2005 berjumlah 1897 kasus (IR = 42,2
per 100.000 penduduk), tahun 2006 berjumlah 948 kasus (IR = 21,3 per 100.000
penduduk), dan tahun 2007 berjumlah 759 kasus (IR = 17,6 per 100.000
penduduk).6
Faktor-faktor yang berkaitan dalam penularan demam berdarah
diantaranya kepadatan penduduk, kualitas perumahan, pembuangan sampah dan
juga perilaku hidup masyarakat.7,8 Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan
kejadian DBD adalah perilaku masyarakat yang mencakup pengetahuan, sikap
dan tindakan. Masyarakat yang paling berperan dalam penularan demam berdarah
adalah ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga yang berperan aktif
membersihkan dan mengatur lingkungan rumah tangga.9
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 di Kota Medan dan di
Pekanbaru pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan, sikap
dan tindakan masyarakat mengenai DBD berada dalam kriteria sedang. Kriteria
sedang tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya tahu tentang
penyakit DBD.9,10 Perubahan pola prilaku untuk hidup bersih dan sehat dapat
mencegah penularan demam berdarah.8,11,12
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian P2M Puskesmas
Selatpanjang Kota, diketahui bahwa tidak adanya data mengenai tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang DBD.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang DBD di
Posyandu sukaramai wilayah kerja UPT Puskesmas Selatpanjang Kota.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang DBD di
Posyandu Sukaramai wilayah kerja UPT Puskesmas Selatpanjang Kota?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang
DBD di posyandu Sukaramai wilayah kerja UPT puskesmas Selatpanjang Kota.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan informasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan ibu di posyandu
Sukaramai wilayah kerja UPT selatpanjang Kota.
2. Bagi peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga
dalam pendidikan khususnya tentang penyakit DBD.
1.5. Orisinalitas
No
1.
Desain
Hasil
masyarakat terhadap
banjarbaru kalimantan
Puskesmas Cempaka,
2.
Eksperimental
perilaku baik.
Dari penelitian ini
penyuluhan terhadap
tingkat pengetahuan
pengetahuan warga
Aedes aegypti di
setelah diberikan
penyuluhan. Meskipun
Banten
demikian, peningkatan
pengetahuan tidak diikuti
dengan penurunan
kepadatan dan penyebaran
Ae. aegypti yang berarti
penyuluhan saja tidak cukup
menghasilkan perubahan
perilaku.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian di atas
adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
Kedua spesies nyamuk tersebut termasuk ke dalam genus Aedes dan famili
Culicidae. 16,17,18
Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, hidup
optimal pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut,16 tapi dari beberapa
laporan dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian sampai dengan 1.500
meter,15 bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan pada ketinggian 2.121 meter
serta di Kolombia pada ketinggian 2.200 meter.18 Secara morfologi keduanya
sangat mirip, namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada
skutumnya.2 Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan strip putih sejajar di
bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih
sedangkan skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu
garis putih tebal di bagian dorsalnya.19 Nyamuk Aedes aegypti mempunyai dua
subspesies yaitu Aedes aegypti queenslandensis dan Aedes aegypti formosus.
Subspesies Aedes aegypti queenslandensis hidup bebas di Afrika, sedangkan
subspesies Aedes aegypti formosus hidup di daerah tropis yang dikenal efektif
menularkan virus DBD dan lebih berbahaya dibandingkan dengan subspesies
Aedes aegypti queenslandensis.19,20
2.1.4
Berdasarkan teori infeksi sekunder, infeksi dengan satu tipe virus dengue saja,
hanya akan menimbulkan demam dengue (DD) 2,14,21 sedangkan seseorang
dikatakan terserang DBD jika terjadi infeksi ulangan dengan virus dengue tipe
yang berlainan dengan infeksi sebelumnya, misalnya infeksi pertama dengan virus
DEN-1, infeksi kedua dengan virus DEN-2.2,21
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. 2,13 Di tubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit.1,2,13,15 Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2
hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.13,15 Kemudian virus yang
berada di kelenjar liur nyamuk berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat
gigitan berikutnya.1,2,13
2.1.5 Faktor Resiko Penularan DBD
Salah satu faktor resiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi serta terganggu atau melemahnya pengendalian
populasi.21,22,23
Faktor resiko lainnya adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak
mempunyai kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat,
pasokan air minum dan pembuangan sampah yang benar. 19,20,24 Tetapi di lain
pihak, DBD juga bisa menyerang penduduk yang lebih makmur terutama yang
biasa berpergian.22,24,24,26
2.1.6
Perdarahan berat
2.1.7
10
b. Pemberantasan jentik
Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dilakukan dengan cara :15,20,29
o Kimia : pemberantasan larva dilakukan dengan larvasida yang dikenal dengan
istilah abatisasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temefos. Formulasi
temefos yang digunakan adalah granules (sandgranules). Dosis yang
digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter
air. Abatisasi dengan temefos tersebut mempunyai efek residu 3 bulan.
o Biologi : misalnya memelihara ikan pemakan jentik (seperti ikan kepala
timah, ikan guppy).
o Fisik : cara ini dikenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)
yaitu menguras bak mandi, bak WC, menutup penampungan air rumah tangga
(tempayan, drum, dan lain-lain), serta mengubur atau memusnahkan barang
bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain). Pengurasan tempat penampungan
air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali
agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu.
Selain hal tersebut diatas, upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD
dilakukan dengan cara :
11
a. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung
seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur atau jentik nyamuk.
b. Mencegah barang-barang atau pakaian-pakaian yang bergelantungan
diruangan.
c. Melindungi diri dari gigitan nyamuk antara lain dengan menggunakan
pakaian pelindung, menggunakan anti nyamuk bakar, anti nyamuk lotion
(repellent), anti nyamuk semprot atau listrik, dan menggunakan kelambu
baik yang dicelup larutan insektisida maupun tidak.
d. Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang memadai.
e. Memasang kawat kasa
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.30,31
Pengetahuan juga termasuk mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
tertentu. 32,33
2.2.2
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:30
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
12
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang upaya yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, mencontohkan, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi
dan masih ada kaitan suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat mengambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada.
13
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3 Sumber Pengetahuan
Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari:30
1. Media cetak : koran, makalah, jurnal, selebaran dan sebagainya.
2. Media elektronik : televisi, radio, internet dan sebagainya.
3. Spanduk, umbul umbul dan sebagainya.
4. Bermacam macam papan nama.
2.2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:30
1.
Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik,
dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan dan masa
depannya dibandingkan mereka yang bersal dari keluarga dengan status ekonomi
rendah.
masyarakat
2. Tindakan
Sosial budaya
15
2.3 Sikap
2.3.1 Definisi
Sikap (attitude) adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku
merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif
dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk
berprilaku.33
2.3.2 Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan antara lain :
a. Menerima (Receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan
segala resiko.
2.3.3 Cara Mengukur Sikap
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung yang dapat dinyatakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
2.4 Tindakan
16
2.4.1 Definisi
Tindakan (practice) merupakan salah satu domain operasional dari prilaku
kesehatan.30 Tindakan merupakan overt behavior atau suatu respon nyata
seseorang terhadap adanya stimulus. Tindakan yang dilakukan seseorang setelah
mengetahui dan menilai suatu stimulus.34
2.4.2 Tingkatan Tindakan
Berdasarkan kualitasnya, tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan
yaitu35 :
1. Tindakan terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan suatu kegiatan tetapi masih tergantung
tuntunan maupun panduan orang lain.
2. Tindakan secara mekanisme (mechanisme response)
Apabila seseorang telah melakukan suatu kegitaan secara otomatis,
Tindakan ini dilakukan tanpa perintah dari orang lain.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi merupakan tindakan yang tidak sekedar rutinitas, sudah
berkembang dan dilakukan modifikasi, sehingga menjadi prilaku yang berkualitas.
Berikut ini merupakan bentuk tindakan kesehatan :36
1. Tindakan sehubungan dengan penyakit (mencakup pencegahan maupun
penyembuhan penyakit).
2. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
3. Tindakan kesehatan lingkungan
2.4.3 Cara Mengukur Tindakan
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.11
Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:31,37
17
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh
pertanyaan.
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh
pertanyaan.
c. Rendah : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
2.5 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Terjadinya
DBD
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan DBD
berpengaruh pada sikap dan tindakan masyarakat yang mengakibatkan kurangnya
pemberantasan sarang nyamuk. Akibat kurangnya pemberantasan sarang nyamuk
menyebabkan meningkatnya jumlah kasus dan bertambahnya wilayah yang
terjangkit DBD.38
Tingkat Pendidikan
Tindakan ibu
Pengalaman
Lingkungan
Pengetahuan ibu
tentang DBD
Sosial ekonomi
DBD
18
Usia
3.1. Penelitian
3.1.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi studi analisis deskriptif
dengan menggunakan data primer untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap
dan tindakan ibu tentang DBD di Posyandu Sukaramai wilayah kerja Puskesmas
selatpanjang Kota.
3.1.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Sukaramai Selatpanjang Kota, dan
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.
3.1.3. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang berkunjung ke
posyandu Sukaramai wilayah kerja UPT Puskesmas Selatpanjang pada bulan
19
3) Tabulating
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian
dimasukkan ke dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah
diberi nilai, hasilnya dijumlahkan sesuai dengan jumlah pertanyaan dalam
kuesioner.
4) Penetapan Skor
Penilaian data dengan memberikan skor untuk pernyataan yang
menyangkut variabel penelitian. Untuk tiap variabel, skor yang ada dijumlahkan,
dan masing-masing responden mendapatkan total skor untuk setiap variabel.
3.1.6 Analisis Data
1) Analisis univariat
Analisis univariat menggunakan analisis persentase dari seluruh responden
yang dilibatkan dalam penelitian, yang menggambarkan komposisi karekteristik
responden yang ditinjau dari berbagai segi. Karekteristik masyarakat yang
dianalisis adalah pengetahuan, sikap dan tindakan tentang DBD. Hasil analisis
univariat digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi dan kemudian dilakukan
pembahasan.
Variabel
Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
Definisi Operasional
21
Variabel
Definisi
Skala
Operasional
Ukur
Tingkat
Pengetahuan ibu
pengetahuan
mengenai
ibu tentang
penyakit demam
responden baik
DBD
berdarah dengue
jika (76-100%),
(berdasarkan skor
cukup (56-75%),
kuesioner)
rendah (<56%)
Sikap ibu
Tanggapan atau
Kuesioner
Tingkat
Ordinal
pengetahuan
Kuesioner
sikap
responden Ordinal
baik
jika
(76-
mengenai
100%),
cukup
pencegahan DBD
(56-75%), rendah
(<56%)
Tindakan
Segala sesuatu
Kuesioner
tindakan
Ordinal
ibu tentang
yang telah
responden
DBD
dilakukan
jika
responden yang
cukup (56-75%),
berhubungan
rendah (<56%)
baik
(76-100%),
dengan
pencegahan DBD
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Instrumen
Kuesioner
Berisi identitas responden dan pernyataan-pernyataan untuk mengukur
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang DBD, jika responden
menjawab benar maka mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban salah mendapatkan
nilai 0.
22
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari responden
melalui kuesioner.
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari Puskesmas
Selatpanjang Kota mengenai kondisi tempat penelitian, jumlah warga dan
jumlah kejadian DBD setiap tahunnya yang berada di wilayah kerja UPT
puskesmas Selatpanjang Kota.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
23
Usia (tahun)
18
45
35,7
Jumlah (orang)
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
DIII
S1
S2
S3
Total
2
4
2
10
4
6
0
0
28
24
Rendah
Cukup
Baik
Total
Jumlah (orang)
Persen
3
10
15
28
10.7 %
35,7%
53.6%
100 %
Jumlah (orang)
9
Persen (%)
32,2
25
Cukup
Baik
Total
13
6
28
46,4
21,4
100
BAB V
PEMBAHASAN
26
27
28
kesehatan.44
Ada kemungkinan bahwa hasil penelitian ini sebagian tidak sesuai dengan
teori HBM, karena variabel pengetahuan lebih menekankan kepada aspek persepsi
keseriusan terhadap penyakit DBD menurut pengetahuan respondennya. Namun
aspek persepsi kerentanan yang dirasakan terhadap DBD rendah, sehingga tidak
berpengaruh terhadap kepercayaan responden. Sebagai contoh, responden
menganggap DBD berbahaya, tetapi mereka berkeyakinan tidak mungkin terkena
penyakit DBD sehingga mereka tidak akan melaksanakan tindakan pencegahan.44
Seseorang dapat bertindak atau berperilaku tanpa mengetahui terlebih
dahulu makna stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang
tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Akan tetapi perilaku yang didasari
oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.45
Tindakan paling berpengaruh terhadap angka kejadian DBD dibandingkan
pengetahuan dan sikap. Tindakan adalah sesuatu yang terlihat dan merupakan
aplikasi dari pengetahuan dan sikap. Walaupun seseorang mengetahui tindakan
tentang DBD, tanpa diiringi kepedulian terhadap lingkungannya, akan
menyebabkan tidak adanya tindakan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan pencegahan terhadap DBD.43
29
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Mayoritas responden di Posyandu Sukaramai wilayah kerja UPT pusekasmas
selatpanjang Kota mempunyai pengetahuan yang baik tentang DBD.
2. Mayoritas responden di Posyandu Sukaramai wilayah kerja UPT pusekasmas
selatpanjang Kota mempunyai sikap yang baik tentang DBD.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Shepherd S M. Dengue Hemorhagic fever. Medscape Medical. feb 3 2014.
[Accessed february 14, 2014] Available from
www.emedicine.medscape.com/article/215840-overview#a0101
2. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Pencegahan dan Pemberantasan
DBD di Indonesia. Jakarta. Dirjen PP-PL;2005
3. WHO. Dengue and Severe Dengue. World Health Organization. Sep 2013.
Accessed february 14, 2014 . Available at
fromwww.who.int/mediacentre/factsheets
4. Fahmi. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. 2010
31
17. Noor R. Nyamuk aegypti. 2009 [dikutip 5 Februari 2014]; didapatkan dari
:http:/id.shvoong.com
18. WHO. Insect and Rodent Control Through Environmental Management.
Geneva : World Health Organization; 2009
19. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne dengue
fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural resources
Defense Council Issue Paper; 2009
20. WHO. Dengue and Severe Dengue. [ cited 5 Februari 2014. Available from
www.who.int/mediacentre/factsheet/fs117/en/
21. Wilder-smith A, Gubler D. Geographic Expansion of Dengue: the Impact of
International Travel. Med Clin Nam. 2008; Vol.92: p. 1377-90
22. U.S.T.D. International Travel and Transportation Trends. Washington D.C:
Bureau of Transportation Statistics of U.S. Department of Transportation;
2006
23. Roose A. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian
Demam Berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Medan: Universitas Sumatera utara. 2008
24. Silva-Nunes MD, Souza V, Pannuti CS, Speranca MA, Terzian ACB,
Nogueira ML. Risk Factors For Dengue Virus Infection in Rural Amazonia:
Population-based Cross-Sectional Surveys. Am J Trop Med Hyg. 2008; Vol
79 (4): p. 485-94
25. WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah dengue. Jakarta: WHO& Departemen Kesehatan RI; 2003
26. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarata MK, Setiati S, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jil. III. Ed.V.Jakarta: Interna Publishing.
2009. h: 2776.
27. Chuansumrit A, Tangnararratchakit K. Pathophysiology and Management of
dengue Hemorrhagic Fever. Bangkok: Department of Pediatrics, Faculty of
Medicine, Ramathibodi Hospital, Mahidol University, 2006
28. Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, Soerososo t, Waryadi S. Tata Laksana
demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen PPM & PL Depkes &
Kesos R.I: 2005. 28
33
29. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. h: 265.
30. Notoadmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. h :
16, 27-28.
31. Suharsini A. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta;
Jakarta, 2008.
32. Meliono, Irmayanti, editors. Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FEUI; 2007
33. Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar
Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta: 2007.
34. Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2003.p.114-34).
35. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta,2003.p.43-80
36. Tran TT, Nguyen TH, Nguyen TL, Le TC, Nguyen PC, et al. The impact of
Health Education on Mothers Knowledge, Attitude and practice (KAP) of
dengue Haemorragic Fever. Am J Med. 2003; 27:p.174-80.
37. Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan dan Sikap Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010. h. 11-68.
38. Rosdiana. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Prilaku dengan
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di RT
02 Desa Loa Janan Ulu Wilayah Kerja Puskesmas Loa Janan Kabupaten
Kutai Kartenegara, Provinsi Kalimantan Timur. 2010. Digital Library
Universitas Sebelas Maret [online]. http://digilib.uns.ac.id [akses 28 Februari
2014]
39. Akhmadi. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap Demam
Berdarah Dengue di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2012. 2012
40. Marini D. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai DBD pada
Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Medan Sumatra Utara Tahun 2009.
(Skripsi). Medan : Fakultas Kedokteran Sumatra Utara; 2009.
41. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Tata Laksana Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta : Ditjen PPM & PLP; 2001.
42. Suhardiono.Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah
34
Lampiran
Lampiran 1. Informed Consent Penelitian
INFORMED CONSENT PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU TENTANG
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI POSYANDU SUKARAMAI
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SELATPANJANG KOTA
35
Umur :
Alamat:
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh dokter instersip Puskesmas Selatpanjang Kota Kabupaten
Kepulauan Meranti.
Selatpanjang, September 2015
Responden
(.)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden
2. Nama Responden
3. Jenis Kelamin
4. Umur
:
36
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan
7. Alamat
II. PERTANYAAN
A. Pengetahuan responden tentang DBD
Petunjuk : Pilih jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan tanda ()
pada kolom pilihan jawaban!
No
Pernyataan
1.
2.
3.
penyakit DBD
Penderita DBD mengalami demam yang mendadak
4.
5.
6.
7.
8.
9.
atau otot
Penderita DBD dapat mengalami Nyeri ulu hati
Air yang keruh merupakan sarang nyamuk DBD
Penderita DBD tidak bisa mengalami perdarahan
Pilihan
Ya
Jawaban
Tidak
hidung
10. Mengubur / menyingkirkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air dapat mencegah
terjadinya DBD
11. Penderita DBD dapat mengalami perdarahan gusi
12. DBD menyebar melalui gigitan nyamuk yang
sebelumnya telah menggigit penderita DBD
13. Penderita DBD tidak bisa mengalami muntah darah
14. Penyakit DBD merupakan penyakit yang tidak
menyebabkan kematian
15. Penderita DBD dapat mengalami nyeri kepala
16. Membersihkan parit/selokan dapat mencegah DBD
17. Penderita DBD dapat mengalami Perdarahan
37
No
Pernyataan
Pilihan Jawaban
Tidak
Setuju
setuju
1.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
38
Ya
1
2.
5
6
penyimpanan air
Saya tidak menggantung pakaian dirumah
Saya menggunakan pakaian yang tertutup untuk
Tidak
gigitan nyamuk
Saya tidak melaporkan kepada petugas kesehatan
39