Anda di halaman 1dari 48

ASSALAMUALAIKUM WR.

WB

SKENARIO 3
BLOK MUSKULOSKELETAL

Kelompok A-11

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke UGD Rumah


Sakit dengan keluhan nyeri
panggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi. Sejak terjatuh
tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada
panggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan
darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekuensi napas
24x/menit. Terdapat hematom pada art. coxae dextra, posisi
tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi dan eksorotasi.
Ditemukan krepitasi tulang dan nyeri tekan juga pemendekan
ekstremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Neurovascular distal
baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femuris
tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

KATA SULIT
1.Hematom : Pengumpulan setempat ekstravasasi darah,
biasanya membeku, di dalam organ, ruang, atau jaringan
2.Neurovascular : Berhubungan dengan elemen syaraf dan
elemen vascular atau berhubungan dengan syaraf yang
mengendalikan caliber pembuluh darah
3.Krepitasi : Bunyi yang terdengar akibat pergesekan antara
ujung patahan tulang
4.Compos mentis : Keadaan sadar
5.Fraktur : Pemecahan/ patahnya suatu bagian terutama tulang

PERTANYAAN
1.Apa yang dimaksud dengan pemendekan ekstremitas dan
mengapa dapat terjadi?
2.Apa yang dimaksud keadaan umum sakit berat?
3.Mengapa pada pasien terjadi peningkatan tekanan darah,
denyut nadi, dan frekuensi pernapasan?
4.Mengapa terjadi hematom?
5.Bagaimana penanganan pertama fraktur?
6.Mengapa neurovaskular distal dikatakan baik padahal pada
kondisi hematom?

7.Apakah ada hubungan antara fraktur dengan usia dan jenis


kelamin?
8.Apa saja penyakit tulang yang umum terjadi di usia lanjut?
9.Apa perbedaan fraktur terbuka dan tertutup?
10.Apa saja faktor risiko terjadinya fraktur?
11.Bagaimana klasifikasi fraktur?
12.Pemeriksaan apa saja yang dapat mendiagnosis fraktur?
13.Bagian ekstremitas apa saja yag terganggu pada kasus ini?
14.Mengapa dokter menyarankan operasi, operasi apa yang
disarankan dokter dan apaka ada cara lain selain operasi dan
berisikokah pasien yang berusia lanjut jika dilakukan operasi?

JAWABAN

1.Karena posisi fleksi pada tulang yang fraktur


Posisi fraktur p. tungkai atas jadi sedikit fleksi
2.Rasa nyeri dalam skala 8-10
3.Karena pasien sedang kesakitan
4.Karena ada pecahnya pembuluh darah
Pasien jatuh tulang patah fragmen tulang mengenai pembuluh
darah pembuluh darah pecah menggumpal di jaringan (hematom)
5.Balut bidai, dilakukan imobilisasi, diberi analgesik, kompres air
dingin untuk mengurangi rasa yeri
6.Saat terjadi penyumbatan di bagian pembuluh darah , darah
tersebut akan melewati jalur lain, sehingga neurovascular distal
dapat dikatakan baik meskipun terjadi hematom

7.Ada, karena pada lansia konsi tulang kurang baik sehingga


cenderung rapuh, dan pada jenis kelamin berpengaruh juga
terutama pada wanita saat menopouse yaitu hormon estrogen
8.Osteoporosis. gout arthritis, osteo arthritis, osteomalasia
9.Fraktur terbuka yaitu fraktur yang menyebabkan pendarahan
menembus kulit, dapat terjadi komplikasi spt osteo sarcoma.
Fraktur tertutup yaitu fraktur di tulang tidak sampai menembus
kulit
10.Aktivitas, penyakit, dan warna kulit

11.Menurut garden, fraktur terbagi berdasarkan :


Luas dan garis fraktur
Tempat
Bentuk dan jumlah garis patah
Posisi fragmen
Hubungan fraktur dengan dunia luar
Bentuk garis fraktur dan hubngan dengan mekanisme trauma
Kedudukan tulang
12.Inspeksi apakah terjadi pembengkakakan
Palpasi apakah terjadi pembengkakam, defekasi, pemendekan
ekstremitas
13.Ekstremitas bawah bagian dextra, articulatio coxae dextra,
articulatio genus
14.Berisiko, tetapi secara medis dilihat dari kondisi

HIPOTESIS
Fraktur adalah pemecahan/ patahnya suatu bagian terutama
tulang. Faktor-faktornya antara lain aktivitas yang dilakukan
pasien, penyakit, warna kulit, usia dan jenis kelamin. Fraktur
dapat menyebabkan hematom karena adanya pemecahan
pembuluh darah yang menyebabkan darah menggumpal di
jaringan. Meskipun terjadi hematom, neurovascular distal tetap
baik karena saat terjadi penyumbatan di bagian pembuluh
darah, darah tersebut akan melewati jalur lain. Pada pasien
dilakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi apakah terjadi
pembengkakan dan defekasi, sehingga dilakukan penanganan
diantaranya balut bidai, imobilisasi, pemberian analgesik,
kompres air dingin bahkan tindakan operasi.

SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Os Coxae & Os
Femur
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis
LO 1.3. Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur

SASARAN BELAJAR
LI 3.

Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris

LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Femoris


LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Femoris
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Fraktur Femoris
LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Femoris
LO 3.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Femoris
LO 3.6.Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Femoris
LO 3.7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Fraktur Femoris
LO 3.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Femoris
LO 3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur Femoris

LI 1.Memahami dan Menjelaskan


Anatomi Os Coxae & Os Femur
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis
1.OS FEMUR
Femur adalah tulang paling panjang dan paling berat pada
tubuh. Femur terdiri dari corpus dan 2 ujung, superior atau
maksimal dan inferior dari caput, collum dan dua trochanter
(major dan minor). Caput femoris yang bulat merupakan
duapertiga sferis yang ditutupi oleh kartilago articularis, kecuali
untuk bagian depresi atau cekungan yang terletak dimedial,
fovea capitis femoris. Collum femoris berbentuk trapezoid,
dengan ujung sempitnya yang menopang caput dan dasarnya
yang lebih luas berlanjut dengan korpus.

2. OS COXAE

Os Coxae adalah tulang panggul besar dan rata yang terbentuk


melalui fusi tiga tulang primer-ilium, ischium, dan pubis.

LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis


Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi
oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut
sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat. Tulang
panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang
spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang
terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan
lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang
spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan dan
tidak padat

Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis.


Diaphyisis lebih banyak disusun oleh tulang kompakta,
sedangkan bagian epiphysis lebih banyak disusun oleh tulang
spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan
(pertumbuhan).

Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga


gambaran umum yakni :
1.Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas
periosteum dan endoosteum.
2.System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar
tulang kompakta. Lapisan lamellar 4-20 tersusun secara
konsentris disekitar ruang vascular.
3.System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel
lamel, secara garis besar membentuk segitiga dan segiempat.
Pada tulang kompakta juga terdapat kanal Havers, kanal
Volkman, lacuna dan kanalikuli

Sel-sel pada tulang spongiosa adalah

Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid

Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.


Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan
merupakan bagian yang penting.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang
menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada
permukaan dalam jaringan tulang.

LO 1.3. Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi


Articulatio Coxae
Tulang: Antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi: enatrhosis spheroidea
Penguat sendi: terdapat pada tulang rawan pada fasies lunata
Ligamentum:
Lig. Iliofemorale berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi,
menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang
pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi untuk
mempertahankan posisi tegak.
Lig. Ischiofemorale berfungsi untuk mencegah rotasi interna
Lig. Pubofemorale berfungsi mengcegah abduksi, ekstensi dan rotasi
eksterna.
Selain itu diperkuat juga oleh lig. Transversum acetabuli dan lig.
Cavitisfemoris

LI 2.Memahami dan Menjelaskan


Fraktur
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur
Fraktur didefinisikan sebagai gangguan pada kontinuitas tulang,
tulang rawan (sendi), dan lempeng epifisis. (Kapsel, 2014)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. (Patofisiologi Lorraine, 2005)

LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur


a.Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1) Faktur Tertutup (Closed)
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound)
b.Berdasarkan komplit atau fraktur inkomplet
1) Fraktur Komplit
2) Fraktur Inkomplit

Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

Buckle atau Torus Fraktur,

Green Stick Fraktur

c.Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan


mekanisme trauma
1) Fraktur Transversal
2) Fraktur Oblik
3) Fraktur Spiral
4) Fraktur Kompresi
5) Fraktur Avulsi
d.Berdasarkan jumlah garis patah
1)Fraktur Komunitif
2)Fraktur Segmental
3)Fraktur Multiple

e.Berdasarkan pergeseran fragmen tulang


1)Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)
2)Fraktur Displaced (bergeser)
Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).

f.Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang


1)1/3 proksimal
2)1/3 medial
3)1/3 distal

g.Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulangulang.


h.Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1)Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2)Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3)Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4)Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

LI 3.Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris


LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur
Femoris
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
pendertia jatuh dalam syok.

LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur


Femoris
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
A.)Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1.Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit di atasnya.
2.Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3.Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.

B.)Fraktur Patologik
1.Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
2.Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri.
3.Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet
lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
C.)Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi


Fraktur Femoris
Pertumbuhan
Kejadian patah tulang pinggul 2-3 kali lebih besar pada orang
berkulit putih disbanding yang tidak, terutama karena
peningkatan kejadian osteoporosis pada orang bekulit putih.

Jenis Kelamin
Angka kejadian fraktur pada tulang pinggul 2-3 kali lebih
banyak pada wanita daripada laki-laki. Setidaknya 75% fraktur
tulang pinggul terjadi pada wanita. Resiko fraktur tulang
pinggul pada wanita dan laki laki adalah 15% dan 5%. Fraktur
kolum femur biasanya terjadi pada wanita daripada laki-laki
dengan rasio 4:1, dimana fraktur intertrochanterica biasanya
terjadi pada wanita dengan rasio 5:1.

LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur


Femoris

LO 3.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis


Fraktur Femoris
Spasme otot
Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur
lengan atau tungkai
Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagi akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
faktur
Pemendekan tulang terjadi karena kontrakasi otot yang melekat
di atas dan bawah tempat fraktur
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tidak bisa menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Krepitasi
Pergerakan abnormal
Rontgen abnormal
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi
berubah,
bengkak/edema , kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka,
deformitas, echimosis (memar)

LO 3.6. Memahami dan Menjelaskan


Diagnosis Fraktur Femoris
a. Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma
harus diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya,
berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan
lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut

b. PemeriksaanUmum
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur
multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis
pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang dilakukan
untuk fraktur adalah:
Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.
Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah
pencitraan menggunakan sinar Rontgen (X-ray) untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu
antero posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk
memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya
superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk
melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu
tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung persendian).

LO 3.7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Fraktur


Femoris
1. Proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi
2. Imobilisasi luar tanpa reposisi
3. Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan
imobilisasi
4. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu
5. Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar

6 . Reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan


fiksator tulang secara operatif
7 . Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna

LO 3.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Femoris


1.Malunion :Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya.
2.Non-union :Kegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga
tulang tak dapat menyambung.
3.Delayed union :Proses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama
dari waktu yang diperkirakan.
4. Infeksi :Paling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang
dijumpai dapat melalui logam bidai.
5.Cidera vaskuler dan saraf :Kedua organ ini dapat cidera akibat ujung
patahan tulang yang tajam.
6. Fat-embolic syndrome/embolik lemak
Terjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress pernapasan,
tachikardi, tachipnoe, demam, edema paru, dan akhirnya kematian.

7.Gangren gas :Yang berasal dari infeksi yang disebabkan oleh


bacterium saphrophystik gram positif anaerob antara lain
clostridium weichii/clostridium perfingers. Clostridium biasanya
akan tubuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai
O2 karena trauma otot.
8.Reflek symphathetic dystrophy :Karena tidak stabilnya
vasomotor yang mengakibatkan tidak normalnya sistem saraf
simpatik yang hiperaktif sehingga menyebabkan terjadinya
perlukaan.
9.Thrombo embolic complication :Terjadi pada individu yang
immobilisasi dalam waktu yang lama.
10. Pressure sore (borok akibat tekanan) :Akibat gips/bidai yang
memberi tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan superficial

11.Osteomyelitis :Infeksi dari jaringan tulang yang mencakup


sumsum/korteks tulang dapat berupa hematogenous. Pathogen masuk
melalui luka fraktur terbuka, luka tembus atau selama operasi.
12.Nekrosis avaskuler :Fraktur mengganggu aliran darah ke salah satu
fragmen sehingga fragmen tersebut mati. Sering terjadi pada fraktur caput
femoris.
13.Kerusakan arteri :Ditandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan
distal fraktur, nyeri, pengisian kapiler yang buruk. Kerusakan arteri dapat
disertai cidera pada kaki, saraf dan otot visera (thoraks dan abdomen).
14.Syock :Perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini
dapat hebat sehingga terjadilah syock.
15. Syndrome compartment :Terjadi saat satu atau lebih compartement
ekstremitas meningkat, saat peningkatan tekanan jaringan pada ruangan
tertutup diotot yang berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot, ditandai dengan edema, tidak adanya denyut, nyeri
terutama ketika area luka ditinggikan atau digerakkan, pucat atau cyanosis,
kaku dan paresis.

LO 3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur


Femoris
Dilaporkan tingkat mortality pada fraktur tulang pinggul adalah 15-20%,
pada pasien yang lanjut usia meningkat sampai 36%. Penundaan operasi
juga berefek pada mortality. Pasien yang operasinya ditunda hingga 2 hari
atau lebih, memiliki tingkat mortality 17% lebih tinggi.
Morbiditas yang terkait dengan fraktur tulang pinggul dari imobilisasi adalah
deep vein thrombosis, emboli paru, pneumonia. Morbidity dari operasi
adalah komplikasi anastesi, infeksi pascaoperasi, hilangnya fiksasi, malunion
atau nonunion. Sebanyak 20% pasien kembali ke UGD karena morbiditas
dari fraktur tulang pinggul. Penundaan operasi selama 2 hari juga dapat
meningkatkan morbidity dan mortality.
Fraktur tulang pinggul yang terjadi akinat trauma dikaitkan dengan cedera
tulang dan jaringan lunak, intra-abdominal dan intra-pelvic, kehilangan
darah, cedera pada kepala dan leher dan cedera pada ekskremitas yang
lain.

DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko,V.P. (2008). Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11.
Jakarta:EGC
Paulsen, F. and J.Waschke (2012). Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. EGC: Jakarta
Sjamsuhidajat,R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-DeJong Edisi 3). EGC:
Jakarta
Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Bagian Anatomi.
(http://emedicine.medscape.com/article/825363-overview#a9)

WASALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai