Anda di halaman 1dari 10

POTENSI PERSEBARAN FORAMINIFERA DI PERAIRAN PULAU

NUNUKAN DAN SEBATIK


Diajukan untuk memenuhi tugas II Mikropaleontologi

Reno Virgianto
141.10.1083
Mikropaleontologi ( A, Kamis 15.00-16.40)

Institut Sains & Teknologi AKPRIND


Yogyakarta
2015-2016

ADA APA DI DASAR LAUT SEKITAR P. NUNUKAN-SEBATIK,


KALIMANTAN TIMUR ?

Kresna Tri Dewi, Noor C.D Aryanto dan Yogi Noviadi


Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan

Pada umumnya, dasar laut yang disajikan dalam media cetak dan elektronik
digambarkan sebagai pelamparan terumbu karang, padang lamun, kerangkerangan dan biota lain yang beraktivitas di sekitar dasar laut. Selain biota, dasar
laut juga digambarkan sebagai pelamparan pasir atau lumpur yang oleh orang
awam dianggap seragam di satu tempat dengan di tempat lain. Kenampakan dasar
laut tersebut dapat dilihat secara langsung baik misalnya saat menyelam maupun
secara tidak langsung melalui hasil dokumentasi atau dideteksi dengan
menggunakan teknologi inderaja untuk mendapatkan data batimetri dan kondisi
terumbu karang. Namun sejauh ini kenampakan mikroskopis dasar laut belum
terlihat bagi orang awam dan hanya dinikmati terbatas oleh komunitas ilmuwan
tertentu. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami sajikan kenampakan material
dasar laut secara mikroskopis dengan harapan dapat memberi informasi dan
gambaran yang lebih spesifik.

Gambar 1.

Pendahuluan
Pada umumnya, dasar laut yang disajikan dalam media cetak dan elektronik
digambarkan sebagai pelamparan terumbu karang, padang lamun, kerang2

kerangan dan biota lain yang beraktivitas di sekitar dasar laut. Selain biota, dasar
laut juga digambarkan sebagai pelamparan pasir atau lumpur yang oleh orang
awam dianggap seragam di satu tempat dengan di tempat lain. Kenampakan dasar
laut tersebut dapat dilihat secara langsung baik misalnya saat menyelam maupun
secara tidak langsung melalui hasil dokumentasi atau dideteksi dengan
menggunakan teknologi inderaja untuk mendapatkan data batimetri dan kondisi
terumbu karang. Namun sejauh ini kenampakan mikroskopis dasar laut belum
terlihat bagi orang awam dan hanya dinikmati terbatas oleh komunitas ilmuwan
tertentu. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami sajikan kenampakan material
dasar laut secara mikroskopis dengan harapan dapat memberi informasi dan
gambaran

yang

lebih

spesifik.

Secara umum, dasar laut terdiri dari sedimen, mineral dan material biogenik
dimana kandungan dan komposisinya sangat bervariasi tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Material biogenik dalam sedimen yang berukuran
mikroskopis terdiri dari beberapa kelompok organisme yang menurut Haq dan
Boersma, 1984 dapat dibedakan berdasar bahan pembentuk cangkangnya yaitu
kelompok berdinding gampingan (misalnya foraminifera dan ostracoda),
berdinding silikatan (radiolaria), berdinding organik dan fosfat. Selain itu, di dasar
laut juga ditemukan moluska, pecahan koral, spikula dan lain-lain yang dapat
dilihat

secara

megaskopis.

Seperti diketahui bahwa foraminifera bentik merupakan salah satu kontributor


penting dalam pembentukan pelamparan terumbu karang. Menurut catatan,
foraminifera bentik merupakan pemasok utama (0.2%) dari pesisir sekitar Oahu,
Hawaii dan didominasi oleh Amphistegina yang mencapai 90% dari produksi
total (Hallock, 1976 dalam Tomascik dkk, 1997). Sedangkan di pelamparan
Spermonde, foraminifera bentik besar menempati sekitar 40-70% sedimen dasar
laut (Renema & Troelstra, 2002). Demikian juga dengan ostracoda, beberapa
spesies tertentu merupakan penghuni utama ekosistem terumbu karang dan pulaupulau kecil, seperti di Kepulauan Seribu dan Solomon (Whatley & Watson,
1988). Di perairan laut dalam, foraminifera plangtonik merupakan komponen
penting (>75%) yang membentuk endapan dengan ketebalan mencapai ratusan

meter di suatu cekungan (Tomascik dkk, 1997). Kemudian timbul pertanyaan, ada
apa di dasar laut di sekitar Pulau Nunukan-Sebatik, Kalimantan Timur?
Perairan Sekitar Pulau NunukanSebatik
Wilayah sekitar Pulau Nunukan-Sebatik, Kalimantan Timur dimana kegiatan
survei dilakukan pernah menjadi topik hangat di berbagai media massa baik yang
menyangkut isu tenaga kerja maupun yang menyangkut klaim sepihak dari negara
tetangga Malaysia berkaitan dengan kepemilikian Blok Ambalat di lepas perairan
Karang Unarang. Berdasarkan bukti geologi (tektonik dan penyebaran cekungan)
daerah telitian secara umum merupakan kelanjutan alamiah dari Kalimantan
Timur dan Selat Makasar.
Pengambilan sedimen dasar perairan sekitar P.Sebatik-Nunukan, Kalimantan
Timur menggunakan pemercontoh comot dan 47 sampel sedimen terpilih
digunakan untuk studi mikrofauna (foraminifera dan ostracoda). Kemudian
sebagian sampel sedimen dikeringkan dan dengan berat kering yang sama
dilakukan pencucian dalam ayakan berukuran 2, 3, dan 4 phi dan terakhir
dikeringkan. Studi ostracoda dilakukan hingga tingkat spesies bila memungkinkan
dan perhitungan spesimen/individu tiap spesies/jenis. Sedangkan analisis
foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai pembanding dan penunjang atau
informasi tambahan apabila tidak ditemukan ostracoda atau ada penemuan yang
menarik untuk dibahas dalam tulisan ini.
Kenampakan mikroskopis dasar laut
Dasar perairan di daerah penelitian yang diuraikan dalam tulis ini lebih
difokuskan pada material biogenik dan material lain yang dominan. Kandungan
dan komposisi material tersebut bervariasi di satu titik lokasi dengan di titik lokasi
lain, terutama pada zona dekat pantai dan laut lepas. Kenampakan mikroskopis
pada beberapa titik lokasi mewakili dasar perairan sekitar P.Nunukan-Sebatik
yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata secara rinci. Secara umum tampak
adanya perubahan kenampakan mikroskopis dasar laut seperti sisa tanaman
dijumpai dominan pada titik lokasi yang tidak jauh dari daratan, di sebelah selatan

P. Sebatik terlihat percampuran antara material biogenik dan nobiogenik secara


seimbang dan di laut lepas didominasi oleh material biogenik. Berikut ini
diuraikan kondisi dasar perairan berdasarkan pada material dominan di daerah
penelitian.
Material biogenic
Dalam tulisan ini diutamakan pada foraminifera dan ostracoda sebagai kelompok
gampingan yang mendominasi perairan dangkal. Dua kelompok ini antara lain
bermanfaat untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Di daerah penelitian
dijumpai 82 spesies ostracoda dan sembilan diantaranya mempunyai kandungan
cukup melimpah dan tersebar cukup merata terutama di laut lepas seperti
Hemicytheridea cf. H. reticulata, Hemicytheridea reticulata, genus Keijella,
Keijella kloempritensis, Keijella multisulcus, Keijella reticulata Phlyctenophora
orientalis, Cytherella semitalis, Pistocythereis bradyiformis, dan Alocopocythere
kendengensis.
Secara umum, keterdapatan baik ostracoda maupun foraminifera dari sangat
jarang di perairan sekitar P. Nunukan dan cenderung bertambah melimpah dan
beraneka ragam menuju ke arah laut lepas. Pengaruh daratan tercermin dari
rendahnya kandungan foraminifera dan ostracoda di sekitar P. Nunukan dan
tingginya kandungan material organik lain seperti sisa-sisa tanaman dari daratan.
Hanya beberapa spesies tertentu yang dapat beradaptasi dan bertahan pada kondisi
lingkungan berenergi tinggi ini. Di wilayah ini ditemukan Myocyprideis sp. dan
Sinocytheridea sp. yang merupakan penciri perairan transisi antara air tawar dan
asin. Sisa-sisa tanaman tersebut menyebar ke arah selatan di bandingkan ke
sebelah utara daerah penelitian. Secara tidak langsung keterdapatannya dapat
mencerminkan arah aliran air yang berasal dari daratan.
Hal yang sangat menarik adalah ditemukannya ostracoda dan foraminifera secara
melimpah di sekitar Pulau Tinabasan diantara sedimen berukuran pasiran. Namun
kondisi cangkang kedua kelompok tersebut ditemukan dalam keadaan abnormal
yaitu berwarna kecoklatan atau gelap dibandingkan dengan warna normal yang
putih sampai opak, bentuk morfologi tidak sempurna, dan cangkang ostracoda

ditemukan dalam keadaan terkatup. Kondisi cangkang yang berwarna tidak


normal, menurut Whatley (1988 dan Frenzel, 2005, komunikasi pribadi) terjadi
pada lingkungan perairan yang tenang, dasar perairan terdiri dari lumpur yang
kaya akan zat organik dan aktivitas bakteria menyebabkan cangkang diselimuti
oleh zat besi dan mangan. Namun apabila dilihat lebih detil, warna gelap
terkonsentrasi di bagian hiasan/retikulasi yang mengindikasikan bahwa kumpulan
ini sebagai hasil akumulasi dari kondisi lingkungan tenang ke titik lokasi
tersebut. Keterdapatan cangkang ostracoda dalam keadaan terkatup secara
melimpah memberi indikasi adanya peran arus kuat yang menyebabkan kecepatan
sedimentasi tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kumpulan tersebut
berasal dari lingkungan tenang atau terlindung dan dalam waktu yang tidak
lama/mendadak terpindahkan ke titik lokasi tersebut sebelum cangkang
terpisahkan menjadi dua seperti pada kerang-kerangan.
Di laut lepas sekitar P. Sebatik, keterdapatan foraminifera dan ostracoda mulai
melimpah sampai sangat melimpah dan mempunyai keanekaragaman spesies
cukup tinggi. Ada beberapa spesies yang dijumpai sangat melimpah pada titik
lokasi tertentu seperti Foveoleberis cypraeoides sangat dominan, Phlyctenophora
orientalis dan Hemicytheridea reticulata. Demikian juga untuk Foraminifera
bentik: Asterorotalia trispinosa, Ammonia beccarii, Cibicides sp., Elphidium
gunteri, Quinqueloculina sp. dan Textularia sp. Munculnya beberapa spesies
secara melimpah di satu titik lokasi tertentu menunjukkan bahwa titik lokasi
tersebut merupakan habitat yang cocok untuk kehidupan spesies tersebut dengan
mengalahkan spesies lain sebagai pesaing dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
atau merupakan spesies yang mampu dalam pertahanan diri terhadap kondisi
lingkungan setempat.
Penemuan menarik di daerah laut lepas adalah Asterorotalia yang mempunyai
banyak variasi bentuk morfologis yaitu berduri dua, empat, lima bengkok dan ada
dua duri yang muncul berdekatan. Pada umumnya genus ini berduri tiga yang
muncul pada bagian sudut cangkang secara teratur. Menurut Boltovskoy & Wright
(1976), variasi morfologis dari suatu takson dapat berkaitan erat dengan faktor
genetis, geografis yang terisolasi, dan kondisi lingkungan setempat. Adanya

perubahan lingkungan yang drastis seperti salinitas, pasokan makanan,


temperatur, konsentrasi elemen jejak dapat mengakibatkan timbulnya variasi
morfologis dari cangkang foraminifera. Oleh karena itu untuk memastikan faktor
mana yang berperan dari kemunculan variasi spesies tersebut, diperlukan studi
lebih lanjut. Studi ini diperlukan untuk mendapatkan jumlah spesimen dalam
bentuk juvenil dan dewasa yang akan menghasilkan informasi akurat.
Selain itu dijumpai pula cangkang yang tidak normal pada Elphidium berupa
kerusakan kamar-kamarnya. Bentuk morfologis yang abnormal dari foraminifera,
khususnya genus Elphidium berkaitan dengan beberapa faktor seperti faktor
mekanis berupa lingkungan berenergi tinggi yang dapat merusak cangkang atau
faktor biologis berupa aktivitas bakteri yang mengakibatkan cangkang menjadi
abnormal.
Mineral
Selain kehadiran material biogenik di atas, dasar laut Perairan NunukanSebatikpun mengandung material abiogenik dalam hal ini mineral. Adapun
mineral-mineral yang dijumpai antara lain seperti: magnetit, hematit, zirkon dan
pirit yang keterdapatannya menyebar secara relatif merata di sekitar perairan
Karang Unarang. Secara mikroskopis, kuarsa mendominasi beberapa titik lokasi
terutama di sekitar P. Nunukan bagian dalam.

Penutup
Kenampakan dan kehadiran material biogenik dasar laut secara mikroskopis dapat
mencerminkan dinamika dasar perairan tersebut. Keterdapatan ostracodaforaminifera secara melimpah dan dalam warna cangkang yang berbeda dari
keadaan normal dapat mengindikasikan adanya perubahan kondisi lingkungan.

Ucapan terima kasih

Kami mengucapkan terima kasih atas dorongan yang diberikan oleh Bapak Ir.
Subaktian Lubis untuk menyajikan tulisan ini.
Demikian juga kepada Tim Sebatik atas kerja sama, diskusi dan saran yang
diberikan kepada kami.
Ulasan
Oleh : Reno Virgianto-141.10.1083
Secara umum, dasar laut terdiri dari sedimen,
mineral

dan

material

biogenik

dimana

kandungan dan komposisinya sangat bervariasi


tergantung pada kondisi lingkungan setempat.
Berdasarkan
perairan

sekitar

P.Sebatik-Nunukan,

pengambilan

Kalimantan

Timur

sedimen

dasar

menggunakan

pemercontoh comot dan 47 sampel sedimen terpilih digunakan untuk studi


mikrofauna (foraminifera dan ostracoda). Kemudian sebagian sampel sedimen
dikeringkan dan dengan berat kering yang sama dilakukan pencucian dalam
ayakan berukuran 2, 3, dan 4 phi dan terakhir dikeringkan. Studi ostracoda
dilakukan hingga tingkat spesies bila memungkinkan dan perhitungan
spesimen/individu tiap spesies/jenis. Di peroleh adanya perubahan kenampakan
mikroskopis dasar laut seperti sisa tanaman dijumpai dominan pada titik lokasi
yang tidak jauh dari daratan, di sebelah selatan P. Sebatik terlihat percampuran
antara material biogenik dan nobiogenik secara seimbang dan di laut lepas
didominasi oleh material biogenik.
keterdapatan baik ostracoda maupun foraminifera dari sangat jarang di perairan
sekitar P. Nunukan dan cenderung bertambah melimpah dan beraneka ragam
menuju ke arah laut lepas.
Di laut lepas sekitar P. Sebatik, keterdapatan foraminifera dan ostracoda mulai
melimpah sampai sangat melimpah dan mempunyai keanekaragaman spesies
8

cukup tinggi. Ada beberapa spesies yang dijumpai sangat melimpah pada titik
lokasi tertentu seperti Foveoleberis cypraeoides sangat dominan, Phlyctenophora
orientalis dan Hemicytheridea reticulata.
Dalam hal ini, kondisi perairan sekitar pulau nunukan dan pulau sebatik
mengindikasikan bahwa adanya perubahan lingkungan yang menyebabkan
ostracoda dab foraminifera melimpah dan berbeda dari keadaan normal.

Daftar Pustaka
Boltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera. W. Junk. B.v. Publisher,
The Haque, 515 hal.
Haq,B.U.,& Boersma, A., 1984. Introduction to Marine Micropaleontology.
Elsevier 375 hal.
Renema, W., & Troelstra. S., 2002. Larger foraminifera distribution on the
mesotrophic carbonate shelf in the SW Sulawesi, Indonesia. Paleogeography,
Paleoclimatology and Paleoecology 175 (1-4): 125-146.
Tomascik, T., A. Janice, A. Nontji, & M. K. Moosa. 1997. The Ecology of
Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition, Little Road, Jakarta, Sydney,
Kawasaki dan Oxford, 688 hal.
Whatley, R.C., 1988. Population structure of ostracods: some general principles
for the reoconitioan of paleoenvironemnts. Dalam DeDeckker, P., Colin, J.P.,
& Peypouquet, J.P., 1988. Ostracdoa in the Earth Sciences. 245-256.
Whatley, R.C. & Watson, K., 1988. A preliminary account of the Distribution of
Ostracoda in Recent Reef and Reef Associated Environments in Pulau
Seribu or Thousand Island Group, Java Sea. In Hanai, T., Ikeya, N., and
Ishizaki, K., (eds). Evolutionary Biology on Ostracoda:Proceeding of the
Ninth International Symposium on Ostracoda, Shizuoka, 399 411.
Dewi, Kresna Tri dkk, 2010, Ada Apa di Dasar sekitar Laut pulau Nununkan &
Sebatik Kalimantan Timur ?, http://www.mgi.esdm.go.id/content/, diakses
pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2015

10

Anda mungkin juga menyukai