PENDAHULUAN
Kelompok remaja adalah segmen yang besar dan berkembang sebagai bagian
dan populasi. Lebih dari separuh populasi dunia adalah penduduk yang berumur
kurang dari 25 tahun dan empat dari lima remaja tinggal di negara berkembang.
Selama masa remaja, orang-orang muda ini mengembangkan identitas sebagai seorang
dewasa, mereka bergerak ke arah fisik dan kedewasaan psikologis, dan mandiri secara
ekonomis. Walaupun masa remaja secara umum adalah suatu periode yang sehat
dalam kehidupan, banyak anak remaja sering kurang mendapatkan penerangan,
kurang berpengalaman, dan kurang nyaman mengakses pelayanan keluarga berencana
dan jasa kesehatan reproduktif jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok
remaja kemungkinan mengalami kesulitan, bahkan permusuhan dari kelompok
dewasa, ketika mereka mencoba untuk memperoleh jasa dan informasi kesehatan
reproduktif yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, kondisi ini mungkin akan
meningkatkan risiko terjadinya infeksi PMS, HIV, kehamilan yang tak diinginkan, dan
lain-lain konsekuensi kesehatan yang dapat mempengaruhi masa depan mereka yang
merupakan bagian dari komunitas beberapa tahun mendatang.
Pada saat ini, masalah kehamilan remaja
karena program pendidikan seks di sekolah kurang dan bahkan tidak ada. Padahal
pendidikan seks di kalangan remaja berperan besar di kalangan remaja, tanpa adanya
pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-hal yang tidak
semestinya seperti seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di
Sementara kecatatan bisa muncul akibat ketegangan dalam kandungan, adanya ras
penolakan secara emosional ketika ibu mengandung bayinya.
2.2.
sendiri). Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu
memiliki potensi risiko-risiko kesehatan, tetapi risiko melahirkan anak ini menjadi
lebih besar bagi para perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja de ngan usia ini
lebih
terhambat (partus
macet),
persalinan
akan mencari penolong ilegal yang mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah
kondisi-kondisi yang tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi
dalam kematian ibu di antara para remaja.
Selain penurunan risiko kesehatan pada kehamilan dini dan kehamilan yang
tidak dikehendaki, penundaan persalinan remaja akan menguntungkan bagi perem puan dan masyarakat di sekitarnya. Para perempuan muda yang menunda kelahiran
anak pertama mereka sampai mereka melewati masa remajanya memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan yang diperlukan
untuk membangun suatu keluarga dan berkompetisi secara berhasil di lapangan kerja.
Peningkatan pendidikan berhubungan erat dengan penundaan usia perkawinan dan
kehamilan perempuan muda sehingga mereka baru melakukannya setelah melewati
masa-masa remaja mereka.
2.3.
a.
b.
c.
bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan hal yang lazim.
Faktor pengetahuan
Pengetahuan remaja yang minim ditambah rasa ingin tahu yang
berlebih, pengetahuan seksual yang setengah- setengah mendorong
gairah seksual sehingga tidak bias dikendalikan. Hal ini akan
meningkatkan resiko dampak negative seksual. Dalam keadaan orang
tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari
informasi tersebut dari sumber yang lain, seperti dari teman- teman,
majalah, internet, di saat mereka belum dapat memilih mana yang baik
dan mana yang harus dihindari.
Perubahan kadar hormone pada remaja
Meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan
d.
2.4.
beberapa negara menikah pada umur yang lebih tua. Sebagai akibatnya, cukup
banyak remaja yang pada periode mampu hamil, mereka adalah kelompok seksual
aktif, dan akan meningkatkan proporsi aktivitas seksual yang terjadi di luar
perkawinan. Survei menunjukkan 43 persen dari perempuan di Sub-Sahara Afrika
dan 20 persen dari perempuan di Amerika Latin umur 20 tahun telah melakukan
hubungan seksual sebelum nikah. Di beberapa negara maju, angka tersebut lebih
tinggi: 68 persen dari anak remaja di Amerika Serikat dan 72 persen di Perancis
yang berumur 20 tahun telah berhubungan. seksual sebelum nikah. Suatu studi
yang terbaru dari 14 negara sedunia menemukan bahwa orang-orang muda yang
belum menikah, terutama pria, berhubungan seksual secara sporadis dan mungkin
melibatkan lebih dari satu pasangan. Apabila di suatu negara yang non-marital
aktivitas seksualnya tidak tinggi dan perempuannya menikah pada umur yang
lebih tua, maka aktivitas seksualnya pada awalnya dilakukan dengan pekerja seks
komersial.
Sehubungan dengan meningkatnya PMS dan kehamilan yang tidak sengaja
anak remaja yang terlibat dalam aktivitas seksual di luar perkawinan akan
menghadapi stigma sosial, konflik keluarga, permasalahan dengan sekolah, dan
kebutuhan potensial untuk upaya pengguguran yang tidak aman. Anak remaja yang
menjadi hamil dan menikah tidak menghadapi risiko sosial yang sama jika
dibandingkan dengan yang tidak menikah, tetapi mereka akan menghadapi
komplikasi PMS dan risiko kesehatan akibat hamil pada usia muda.
Masa remaja adalah masa transisi, pertumbuhan, eksplorasi, dan peluang. Pada
waktu yang sama, anak remaja kurang mendapat informasi bagaimana cara
melindungi kesehatan seksual mereka. Sebagai akibatnya, mereka kemungkinan
mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki, risiko kesehatan sehubungan
kehamilan terlalu awal, pengguguran yang tidak aman, PMS, dan HIV. Tambahan
pula, diperkirakan dua juta anak perempuan mengalami masalah kesehatan yang
tidak baik, misalnya perusakan. genital perempuan (genital mutilation) setiap
tahun.
Tiap tahun 15 juta anak remaja berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan. Ini
adalah 1/5 dari jumlah kelahiran di dunia. Di negara berkembang, rata-rata 40
persen dari perempuan melahirkan sebelum umur 20 tahun, antara 8 persen di Asia
Timur dan 56 persen di Afrika. Di negara maju, hanya sekitar 10 persen dari anak
remaja melahirkan. Di Amerika Serikat sekitar 19 persen dari anak remaja mela hirkan di bawah umur 20 tahun. Tiap tahun 1 juta sampai 4,4 juta anak remaja di
negara berkembang mengalami keguguran/pengguguran, dan kebanyakan prosedur
dilakukan di bawah kondisi-kondisi yang tidak aman. Komplikasi dari kehamilan,
kelahiran bayi, dan pengguguran yang tidak aman adalah penyebab utama
kematian pada perempuan-perempuan antara umur 15-19 tahun. Sering karena
pengetahuan yang terbatas atau kemampuan mengakses sistem pelayanan
kesehatan yang ter-batas mengakibatkan terjadinya komplikasi.
2.5.
apa beberapa dekade yang lalu baik keadaan sosial, ekonomi, maupun kesehatannya.
Kesehatan dan pendidikan untuk remaja menunjukkan perbaikan, perkawinan dan
kelahiran pada umur yang lebih tua, sehingga menyebabkan hal-hal berikut perlu
diperhatikan. Meskipun perhatian terus meningkat di bidang pendidikan, yang masuk
sekolah menengah masih tergolong rendah di beberapa bagian dari dunia, dan jumlah
anak-anak perempuan yang terdaftar di sekolah masih tertinggal dibanding anak-anak
lelaki.
Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah
komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi keguguran. Penduduk muda usia 15
sampai 24 tahun menderita PMS paling tinggi, termasuk infeksi HIV. Statistik di dunia
menunjukkan antara 1/3 - 2/3 korban perkosaan di seluruh dunia berumur antara 15
tahun atau kurang.
Urbanisasi dan peningkatan populasi yang cepat merupakan tekanan atas
tingkat kesehatan nasional, pendidikan, dan infrastruktur sosial, dan selanjutnya akan
mengurangi akses kebutuhan dasar. Urbanisasi dan pertumbuhan populasi juga secara
dramatis mengubah budaya tradisional dan struktur keluarga yang juga akan mengubah norma-norma perilaku seksual.
2.6.
2.6.1.
Mengalami Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena
otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga
proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh
adanya sobekan pada jalan lahir.
Berisiko Kanker
Hubungan seks pada usia di bawah 17 tahun merangsang
7
Kematian ibu
Cacat Bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan
kelainan hormon.
Kematian Bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,
kehamilan kurang dari 37 minggu, kelahiran kongenital serta lahir
dengan asfiksia.
2.6.2.
Masalah Psikologis
hal
moral dan agama. Kehamilan di luar nikah masih belum bisa diterima
di masyarakat Indonesia. Sehingga anak yang dilahirkan nantinya juga
akan mendapat stigma sebagai anak haram hasil perzinahan. Kendati ada
juga yang kemudian dinikahkan, kemungkinan besar pernikahan
tersebut banyak yang gagal karena belum ada persiapan mental dan jiwa
yang matang .
2.7.
Mencegah
10
11
remaja) merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara
yang
remaja berbeda dengan yang dihadapi oleh orang dewasa. Remaja umumnya
lebih tidak memiliki informasi, lebih tidak berpengalaman, dan lebih tidak
percaya diri mengenai masalah-masalah seksual dan kemampuan mereka
sendiri jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan-pendekatan
khusus diperlukan untuk menarik, melayani, dan mempertahankan remaja
sebagai klien kesehatan reproduksi. Pendekatan ini mencakup memiliki
petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik dan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara bio-logis, psikologis, dan
kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadap privasi remaja dan
kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang
nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal, waktu kerja yang fleksibel
(seperti malam had dan akhir minggu), dan lingkungan yang terasa tepat dan
nyaman untuk semua populasi remaja, termasuk kelompok seperti remaja pria
atau remaja yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah
dan nyaman, manajer program harus mempertimbangkan masukan-masukan
para remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti pamflet informasi
dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja
biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi, dan bekerja dan privasi serta
kerahasiaan harus dipastikan.
Sikap-sikap menghakimi, dan kadang-kadang bahkan kekasaran di pihak
pemberi pelayanan, dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Para guru atau pekerja pelayanan
kesehatan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan bahkan
12
ketika hukum dan kebijakan memberikan akses bagi remaja untuk memperoleh
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Karena sikap pekerja pelayanan
kesehatan seringkali mencerminkan sikap dan norma masyarakat mereka,
maka penting sekali untuk menawarkan pelatihan yang membantu para
pemberi pelayanan ini bekerja dengan remaja dengan rasa hormat dan menjaga
kerahasiaan serta menilai perasaan mereka sendiri mengenai melayani remaja
serta menghindari sikap menghakimi.
yang
sangat
baik
untuk
memberikan
pendidikan
dan
mengembangkan keahlian.
pendidikan seks berbasis sekolah dapat menjadi cara yang efisien untuk
mencapai para remaja dan keluarganya dalam hal pendidikan kesehatan
reproduksi. Program-program pendidikan seks berbasis sekolah yang memiliki
kurikulum yang sesuai, waktu yang memadai, dan para instruktur terlatih dan
bersifat mendukung dapat membantu mencegah kehamilan dini. Menurut
Sexuality
Information
and
Education
Council/Dewan
Informasi
dan
Pendidikan Seks (SIECUS) yang ada di Amerika Serikat, pendidikan seks yang
14
sesuai dengan usia harus dimulai secara dini di sekolah dasar ketika anak-anak
berusia 5 sampai 8 tahun dan harus dilanjutkan hingga usia re maja (usia 15
sampai 18 tahun). Materi-materinya harus diajarkan oleh guru terlatih.
Keterlibatan masyarakat juga sangat penting bagi pengembangan dan
pelaksanaan program tersebut.
Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara
berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan
seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual pertama
para remaja yang belum aktif secara seksual. 'Untuk para remaja yang sudah
aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian
kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten. Bukti dari survei
yang dilakukan oleh WHO dan organisasi lain menemukan bahwa pendidikan
seks di sekolah tidak mengarah pada aktivitas seksual yang lebih awal atau
peningkatan aktivitas seksual di kalangan remaja. Temuan-temuan dari
penelitian-penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
program-program
yang
remaja yang aktif secara seksual telah menikah. Mayoritas remaja putri di
negara berkembang menikah pada usia 20 tahun dan seringkali ditekan oleh
keluarga dan masyarakatnya untuk memiliki anak pertamanya segera setelah
menikah. Namun para remaja yang telah menikah ini umumnya tidak memiliki
pengetahuan mengenai biologi atau penyakit reproduksi jika dibandingkan
15
dengan remaja belum menikah. Terlebih lagi, akibat dari pemaparan mereka
terhadap hubung seksual yang meningkat serta ketidakmatangan fisiologis
mereka, remaja yang menikah menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi
yang lebih besar, termasuk kehamilan yang tidak dikehendaki atau kehamilan
dengan penjadwalan yang tidak baik, kematian ibu dan morbiditas maternal
jika dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang belum menikah. Selain
itu, para remaja putri yang telah menikah ini tidak selalu memiliki risiko
terkena HIV dan infeksi saluran reproduksi yang lebih rendah meskipun
mereka hanya memiliki satu pasangan. Kesetiaan suami dan pemakaian
kondom menentukan apakah ia terlindung atau tidak.
2.8.
dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25
tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan
Perempuan dengan usia di bawah 25 tahun, dan di banyak negara berkembang, data
menunjukkan bahwa sampai 60 persen dari semua infeksi HIV baru terjadi Pada
kelompok usia antara 15 sampai 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi
infeksi di kalangan pria dengan rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania
memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV
lebih dari empat kali lipat dibandingkan pria muda meskipun para perempuan lebih
tidak berpengalaman seksual dan memiliki pasangan seksual yang jauh lebih sedikit
dibandingkan pria sebayanya. Para remaja ini berisiko terkena PMS dan HIV karena
berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan mengenai PMS, termasuk HIV, tidak
menganggap dirinya berisiko terkena penyakit tersebut, kurangnya akses terhadap
kondom atau pemakaian kondom yang tidak konsisten, meningkatnya jumlah
pasangan seksual sehingga mengarah pada meningkatnya risiko terpapar penyakit
tersebut, faktor-faktor biologis (epitelium serviks perempuan muda lebih rentan
terhadap infeksi), faktor-faktor ekonomi (remaja mungkin tinggal atau bekerja di jalan
dan berpartisipasi dalam "seks untuk kelangsungan hidup" atau "transaksi seks") dan
faktor-faktor sosial (seperti terpaksa masuk ke dalam hubungan seksual, kurangnya
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
18