1, April 2000 : 62 - 67
Gatut Phengkusaksomo
Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra
Abstrak
Pengujian dengan metode Planned-Interval Test dalam interval waktu (0-5) hari, (0-10) hari,
(0-15) hari dan (10-15) hari menunjukkan perubahan kondisi lingkungan dan perilaku korosi
tembaga. Perubahan kondisi lingkungan ini ditunjukkan oleh penurunan pH dan peningkatan
nilai konduktivitas lingkungan. Penurunan pH dari 7,6 ke 7,1 pada interval waktu (0-5) hari
karena reaksi hidrolisis dan dekomposisi asam askorbat (AA). Sedangkan nilai konduktivitas
yang semakin tinggi disebabkan oleh semakin banyaknya ion-ion terlarut dalam lingkungan.
Kedua perubahan ini menimbulkan peningkatan pada korosivitas lingkungan. Korosivitas
tertinggi dijumpai pada interval waktu (10-15) hari , terbukti dengan laju korosi paling besar.
Efisiensi AA tertinggi untuk semua variasi lingkungan NaCl dan CaSO4 terjadi pada 150 ppm.
Kurang atau lebih dari 150 ppm , AA tidak akan berfungsi sebagai inhibitor karena selain jumlah
AA yang tidak memadai untuk inhibisi juga dipakai bersama ion logam membentuk senyawa
kelat yang meningkatkan laju korosi.
Kata kunci: laju korosi, efisiensi inhibisi, asam askorbat
Abstract
Planned Interval Test method conducted in several intervals of times (0-5) days, (0-10) days, (015)) days, and (10-15) days shows the changes of environment condition and metal corrosion. The
changes in the corrosiveness media and the corrosion resistant of the material. The acidity of the
media gets lower from 7.6 to 7.1 in the interval of (0-5) days and the conductivity increase during
the time interval. The change in acidity is caused by hydrolisis reaction and AA decomposition.
During the time interval of (10-15) days a very high corrosion rate was observed due to low pH and
high conductivity. The highest efficiency is found in the addition of 150 ppm AA in all different
concentration of Cl - and SO4 2- in water. More or less AA concentration, AA has no function as
inhibitor. The amount is not enough to form the protective film on the metal surface and some are
used to form the chelate compounds with the metal ions.
Keywords: corrosion rate, inhibition efficiency, ascorbic acid
1. Pendahuluan
Asam askorbat (vitamin C) terbukti
berkemampuan memerankan fungsi sebagai
inhibitor untuk baja dalam media air (aquades)
yang mengandung 0,3 % NaCl 8). Hal ini juga
telah dibuktikan pada penurunan laju korosi
tembaga 5). Pada penelitian tersebut efisiensi
inhibisi tertinggi untuk tembaga pada media
Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1
Juli 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada
Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 2 Oktober 2000.
62
Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)
2. Metodologi Penelitian
2.1 Persiapan Spesimen Uji
200
300
400
Konsentrasi Cl(mg/L)
3,45 x10 6 xW
AxTxD
(1)
dimana:
mpy= laju korosi (mils/year)
W = berat yang hilang (gr)
A = luas (cm2)
T = waktu (jam)
D = density (gr/cm3)
2.4 Perhitungan Efisiensi Inhibitor
Efisiensi inhibitor menunjukkan persentase
penurunan laju korosi dengan adanya inhibitor
dibandingkan dengan laju korosi bila tanpa
inhibitor. Perhitungan efisiensi inhibisi AA
menggunakan persamaan :
Efisiensi Inhibitor =
Xa Xb
x100 %
Xa
(2)
dimana:
Xa = laju korosi tanpa AA (mpy)
Xb = laju korosi dengan AA (mpy)
2.5 Pengujian Lingkungan
q Pengujian pH dan konduktivitas lingkungan
63
3. Teori Dasar
3.1 Korosivitas air
Merupakan kemampuan suatu lingkungan
dalam kondisi tertentu menjadi penyebab
proses korosi dengan laju tertentu. Faktorfaktor yang mempengaruhi korosivitas lingkungan air terbagi menjadi 3 karakteristik,
yaitu :
- karakteristik fisik meliputi kecepatan aliran
dan temperatur air.
- karakteristik kimia meliputi pH, konsentrasi
karbon dioksida dan alkalinitas air.
- karakteristik biologi meliputi jumlah mikroorganisme aerob maupun anaerob dalam
lingkungan air.
Laju kimia termasuk reaksi korosi akan
semakin besar dengan naiknya temperatur
sehingga mendorong terjadinya reaksi oksidasi
pada logam atau meningkatkan kemampuan
lingkungan untuk mengoksidasi logam
Derajat keasaman mempengaruhi proses
korosi karena pH menunjukkan konsentrasi ion
H+ dalam air dan menghasilkan pelepasan
elektron oleh logam pada reaksi anodik. Pada
saat air mempunyai pH < 5 , tembaga terkorosi
cepat dan merata, sedangkan saat pH > 9
tembaga terproteksi. Antara 5 < pH < 9, korosi
lubang akan terjadi jika tidak terdapat lapisan
film pelindung pada permukaan tembaga 4) .
CO2 sangat mudah larut dalam air bertemperatur rendah dan membentuk asam
karbonat, dengan pH 5,5 hingga 6. Kelarutan
kalsium karbonat dalam rendah, karena itu
lapisan kerak mengendap dari bikarbonat yang
dihasilkan melalui reaksi dengan CO2 . Ketika
temperatur larutan tinggi atau mengalami
kekurangan karbon dioksida dalam larutan
maka reaksi akan bergeser ke kiri dan kalsium
karbonat akan mengendap.
CaCO3 + H2 O + CO2 Ca (HCO3)2
(kalsium karbonat)
(kalsium bikarbonat)
Seandainya karbon dioksida yang terlarut
terlalu sedikit, kerak tidak akan terbentuk.
Akan tetapi bila berlebihan , kerak yang sudah
terbentuk terlarut kembali dalam asam
sehingga logam tidak terlindungi lagi 5).
3.2 Inhibitor asam askorbat
Salah satu contoh inhibitor organik adalah
asam askorbat (vitamin C). Kristal asam
askorbat ini memiliki sifat stabil di udara,
tetapi cepat teroksidasi dalam larutan dan
64
4. Pembahasan
4.1 Pengaruh konsentrasi
pada laju korosi
klorida
(Cl -)
Bertambahnya konsentrasi ion Cl- pada lingkungan yang mengandung ion sulfat akan
menyebabkan laju korosi tembaga semakin
besar. Karena ion klorida merupakan ion
agresif dari golongan asam kuat yang
berkemampuan merusak lapisan film oksida
logam. Tembaga dan paduannya mempunyai
lapisan oksida (CuO) sebagai produk korosi
yang melekat pada permukaan logam. Lapisan
oksida ini akan hancur oleh adanya konsentrasi
ion klorida
yang tinggi6). Semakin besar
konsentrasi ion klorida maka semakin besar
kemungkinan ion-ion ini yang teradsorpsi ke
permukaan logam dan melakukan sejumlah
perusakan lapisan CuO. Sehingga mengakibatkan terjadinya kontak langsung antara
permukaan logam dengan lingkungan.
Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)
Ion SO42- diperkirakan berkontribusi terhadap laju korosi tembaga. Akan tetapi sejauh
mana peran ion-ion sulfat tidak dapat dibahas
lebih jauh ketika dibandingkan dengan hasil
penelitian sebelumnya 6).
Gambar 2. Perbandingan laju korosi untuk konsentrasi NaCl dan campuran NaCl - CaSO 4
Laju
korosi
tembaga
untuk
semua
konsentrasi AA meningkat sejalan dengan
bertambahnya konsentrasi Cl- , sama dengan
ketika lingkungan tidak mengunakan AA. Pada
lingkungan dengan konsentrasi AA 50 ppm
untuk konsentrasi NaCl (329,6 ; 494,4 ; 659,2
mg/L) menghasilkan laju korosi secara
berurutan, yaitu 2,36 ; 2,66 ; 3,20 mpy. Tetapi
pada penelitian sebelumnya 6), didapatkan laju
korosi lebih kecil (1,36 mpy) untuk konsentrasi
NaCl yang lebih besar yaitu 400 mg/L. Hal ini
diperkirakan adanya konsentrasi SO42- dan ion
Cl secara bersamaan memperkuat serangan
korosi pada permukaan logam.
4.2 Pengaruh konsentrasi
pada laju korosi
sulfat
(SO42-)
Gambar 3. Perbandingan laju korosi untuk konsentrasi NaCl dan campuran NaCl- CaSO 4
65
66
kelat
5. Kesimpulan
Besar laju korosi tembaga dalam lingkungan
air yang mengandung klorida dan sulfat
bergantung pada konsentrasi NaCl, konsentrasi
CaSO4, ppm asam askorbat (AA) yang
ditambahkan, serta lamanya interval waktu
pencelupan. Kebersamaan NaCl dan CaSO4
dalam lingkungan air ternyata sangat
mempengaruhi laju korosi tembaga. Dan pada
umumnya laju korosi tembaga yang diperoleh
jauh lebih besar dibandingkan laju korosi
tembaga pada lingkungan masing-masing, yaitu
lingkungan NaCl saja atau lingkungan CaSO4 .
Kebersamaan NaCl dan CaSO4 dalam
lingkungan air justru berimbas pada jumlah
ppm asam askorbat yang harus ditambahkan
agar laju korosi tembaga menurun. Jumlah
inhibitor asam askorbat kurang atau lebih dari
150 ppm, akan menyebabkan laju korosi
Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)
Lampiran
Daftar Pustaka
1. Annual Books of ASTM Standards, Wear and
Erosion: Metal Corrosion, vol 03.20, New
York : ASTM International, 1990.
2. Annual Books of ASTM Standards, Water
(II), vol 11.02, New York: ASTM International, 1990.
3. ASM Handbook, Corrosion, 3rd ed., New
York: ASM International, 1992.
4. Bofardi, B.P., Control of Environmental
Variables in Water Recirculating Systems,
New Jersey : Noyes Publications, 1985.
5. Hariyono, H., Studi Pengaruh Variasi
Lingkungan
Terhadap
Efisiensi
Asam
Askorbat (vitamin C) Pada Laju Korosi,
Surabaya: Universitas Kristen Petra, 1998.
6. Fontana, M.G., Corrosion Engineering, 3rd
ed., New York: Mc Graw Hill Company, 1987.
7. Singley, J. E., et al., Corrosion Prevention
and Control in Water Treatment and Supply
Systems, New Jersey : Noyes Publications,
1985.
8. Sekine, I., Corrosion Inhibition of Steel by
Organic Inhibitors, Japan: Industrial Technology Development Institute Department Of
Science and Technology, 1994.
9. Trethewey, K.R., et al., Korosi: Untuk
Mahasiswa Sains dan Rekayasa. Alih bahasa
oleh Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1991.
67