Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No.

1, April 2000 : 62 - 67

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam


Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung
Klorida dan Sulfat
Soejono Tjitro, Juliana Anggono
Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra

Adriana Anteng Anggorowati


Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas Widya Mandala

Gatut Phengkusaksomo
Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra

Abstrak
Pengujian dengan metode Planned-Interval Test dalam interval waktu (0-5) hari, (0-10) hari,
(0-15) hari dan (10-15) hari menunjukkan perubahan kondisi lingkungan dan perilaku korosi
tembaga. Perubahan kondisi lingkungan ini ditunjukkan oleh penurunan pH dan peningkatan
nilai konduktivitas lingkungan. Penurunan pH dari 7,6 ke 7,1 pada interval waktu (0-5) hari
karena reaksi hidrolisis dan dekomposisi asam askorbat (AA). Sedangkan nilai konduktivitas
yang semakin tinggi disebabkan oleh semakin banyaknya ion-ion terlarut dalam lingkungan.
Kedua perubahan ini menimbulkan peningkatan pada korosivitas lingkungan. Korosivitas
tertinggi dijumpai pada interval waktu (10-15) hari , terbukti dengan laju korosi paling besar.
Efisiensi AA tertinggi untuk semua variasi lingkungan NaCl dan CaSO4 terjadi pada 150 ppm.
Kurang atau lebih dari 150 ppm , AA tidak akan berfungsi sebagai inhibitor karena selain jumlah
AA yang tidak memadai untuk inhibisi juga dipakai bersama ion logam membentuk senyawa
kelat yang meningkatkan laju korosi.
Kata kunci: laju korosi, efisiensi inhibisi, asam askorbat

Abstract
Planned Interval Test method conducted in several intervals of times (0-5) days, (0-10) days, (015)) days, and (10-15) days shows the changes of environment condition and metal corrosion. The
changes in the corrosiveness media and the corrosion resistant of the material. The acidity of the
media gets lower from 7.6 to 7.1 in the interval of (0-5) days and the conductivity increase during
the time interval. The change in acidity is caused by hydrolisis reaction and AA decomposition.
During the time interval of (10-15) days a very high corrosion rate was observed due to low pH and
high conductivity. The highest efficiency is found in the addition of 150 ppm AA in all different
concentration of Cl - and SO4 2- in water. More or less AA concentration, AA has no function as
inhibitor. The amount is not enough to form the protective film on the metal surface and some are
used to form the chelate compounds with the metal ions.
Keywords: corrosion rate, inhibition efficiency, ascorbic acid

1. Pendahuluan
Asam askorbat (vitamin C) terbukti
berkemampuan memerankan fungsi sebagai
inhibitor untuk baja dalam media air (aquades)
yang mengandung 0,3 % NaCl 8). Hal ini juga
telah dibuktikan pada penurunan laju korosi
tembaga 5). Pada penelitian tersebut efisiensi
inhibisi tertinggi untuk tembaga pada media
Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1
Juli 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada
Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 2 Oktober 2000.

62

aquades dengan variasi kandungan NaCl,


CaSO4, dan CaCO3 dicapai pada konsentrasi
asam askorbat yang bervariasi. Pada media
yang paling korosif (NaCl), efisiensi inhibisi
tertinggi dicapai pada asam askorbat yang
paling rendah, yaitu 50 ppm dibanding
lingkungan dengan kandungan CaCO4 maupun
CaCO3 , dimana masing-masing dicapai pada
100 ppm dan 50 ppm 5) . Hasil penelitian juga
menunjukkan laju korosi tembaga pada
lingkungan
CaCO3
sangat
kecil
sekali
dibandingkan lingkungan lainnya.

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)

Selama 10 hari pencelupan spesimen pada


penelitian terdahulu 5) , tidak dapat mengetahui
pengaruh perubahan lingkungan maupun
ketahanan korosi tembaga karena reaksi korosi
terjadi dalam interval-interval waktu tertentu.
Pengaruh perubahan lingkungan dimungkinkan
terjadi akibat penambahan asam askorbat
dimana jumlah ppm asam askorbat tertentu
tidak berfungsi sebagai inhibitor.
Untuk mencakup peran perubahan lingkungan tiap waktu terhadap efisiensi inhibisi asam
askorbat maka dilakukan uji pencelupan
dengan metoda Planned - Interval Test, yaitu
variasi waktu pencelupan terhadap laju korosi
yang dihasilkan. Sehingga pengaruh perubahan
lingkungan korosivitas dan tingkat ketahanan
tembaga terhadap efisiensi asam askorbat
sebagai inhibitor dapat dipelajari.

2. Metodologi Penelitian
2.1 Persiapan Spesimen Uji

2.2 Persiapan Lingkungan Uji


Lingkungan uji yang digunakan sebanyak 45
jenis kualitas air untuk proses pencelupan
spesimen pada temperatur kamar. Volume tiap
lingkungan air yang digunakan mengikuti rasio
minimum volume larutan terhadap luas
permukaan spesimen sebesar 20 ml/cm2 sesuai
dengan ASTM G 31- 72 (Reapproved 1990)
Standard Practice for Laboratory Immersion
Testing of Metals. Setelah melalui proses
perhitungan maka jumlah volume untuk setiap
kualitas air minimm 7,5 liter. Pembagian tiap
jenis kualitas air terhadap konsentrasi NaCl,
CaSO4 dan AA seperti pada tabel di bawah.
Tabel 1. Variasi Konsentrasi Larutan

200
300
400

Konsentrasi SO4 2(mg/L)


200
300
400
200
300
400
200
300
400

2.3 Pengujian Kehilangan Berat


Cara pembersihan produk korosi dilakukan
dengan menggunakan larutan H2SO4 sebanyak
100 ml yang dilarutkan sampai menjadi 1000
ml air pada temperatur 20 - 25 C selama 1 - 3
menit, sesuai dengan ASTM G1-90 Standard
Practice for Preparing, Cleaning and Evaluating
Corrosion Test Specimens.
Penimbangan berat akhir spesimen dilakukan setelah pembersihan. Dengan demikian laju
korosi dapat ditentukan dengan rumus :
mpy =

Bahan spesimen uji yang digunakan adalah


paduan tembaga, dengan kandungan (% berat)
Al = 4,75 %, Zn = 2,95 %, Fe = 2,53 %, dan Cu =
balance. Bahan uji tersebut dipotong dalam
bentuk kupon dengan dimensi panjang 50 mm
dan lebar 25 mm. Spesimen yang telah dipotong
dilakukan penggosokan dengan kertas amplas,
pembersihan, pemberian kode dan penimbangan berat spesimen awal dengan mengunakan
timbangan analitik merk Metter Toledo
(ketelitian 0,1 mg).

Konsentrasi Cl(mg/L)

Pencelupan pertama sebanyak 15 spesimen


dengan urutan pengangkatan yaitu 5 spesimen
pada hari ke-5, 5 spesimen pada hari ke-10 dan
5 spesimen lainnya pada hari ke-15. Kemudian
pencelupan kedua sebanyak 5 spesimen yang
masih baru pada hari ke-10 dengan tanpa
mengubah kondisi larutan yang ada dan
pengangkatan dilakukan pada hari ke-15.

Konsentrasi AA tiap variasi


lingkungan (ppm)
0, 50, 100, 150, 200

3,45 x10 6 xW
AxTxD

(1)

dimana:
mpy= laju korosi (mils/year)
W = berat yang hilang (gr)
A = luas (cm2)
T = waktu (jam)
D = density (gr/cm3)
2.4 Perhitungan Efisiensi Inhibitor
Efisiensi inhibitor menunjukkan persentase
penurunan laju korosi dengan adanya inhibitor
dibandingkan dengan laju korosi bila tanpa
inhibitor. Perhitungan efisiensi inhibisi AA
menggunakan persamaan :
Efisiensi Inhibitor =

Xa Xb
x100 %
Xa

(2)

dimana:
Xa = laju korosi tanpa AA (mpy)
Xb = laju korosi dengan AA (mpy)
2.5 Pengujian Lingkungan
q Pengujian pH dan konduktivitas lingkungan

baik sebelum maupun setelah penambahan


konsentrasi NaCl, CaSO4 dan AA.
q Pengujian jumlah AA dilakukan dengan uji
titrasi, yaitu mengetahui jumlah sisa AA
yang terpakai untuk inhibisi dalam tiap
kualitas lingkungan air.

0, 50, 100, 150, 200


0, 50, 100, 150, 200

63

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000 : 62 - 67

3. Teori Dasar
3.1 Korosivitas air
Merupakan kemampuan suatu lingkungan
dalam kondisi tertentu menjadi penyebab
proses korosi dengan laju tertentu. Faktorfaktor yang mempengaruhi korosivitas lingkungan air terbagi menjadi 3 karakteristik,
yaitu :
- karakteristik fisik meliputi kecepatan aliran
dan temperatur air.
- karakteristik kimia meliputi pH, konsentrasi
karbon dioksida dan alkalinitas air.
- karakteristik biologi meliputi jumlah mikroorganisme aerob maupun anaerob dalam
lingkungan air.
Laju kimia termasuk reaksi korosi akan
semakin besar dengan naiknya temperatur
sehingga mendorong terjadinya reaksi oksidasi
pada logam atau meningkatkan kemampuan
lingkungan untuk mengoksidasi logam
Derajat keasaman mempengaruhi proses
korosi karena pH menunjukkan konsentrasi ion
H+ dalam air dan menghasilkan pelepasan
elektron oleh logam pada reaksi anodik. Pada
saat air mempunyai pH < 5 , tembaga terkorosi
cepat dan merata, sedangkan saat pH > 9
tembaga terproteksi. Antara 5 < pH < 9, korosi
lubang akan terjadi jika tidak terdapat lapisan
film pelindung pada permukaan tembaga 4) .
CO2 sangat mudah larut dalam air bertemperatur rendah dan membentuk asam
karbonat, dengan pH 5,5 hingga 6. Kelarutan
kalsium karbonat dalam rendah, karena itu
lapisan kerak mengendap dari bikarbonat yang
dihasilkan melalui reaksi dengan CO2 . Ketika
temperatur larutan tinggi atau mengalami
kekurangan karbon dioksida dalam larutan
maka reaksi akan bergeser ke kiri dan kalsium
karbonat akan mengendap.
CaCO3 + H2 O + CO2 Ca (HCO3)2
(kalsium karbonat)
(kalsium bikarbonat)
Seandainya karbon dioksida yang terlarut
terlalu sedikit, kerak tidak akan terbentuk.
Akan tetapi bila berlebihan , kerak yang sudah
terbentuk terlarut kembali dalam asam
sehingga logam tidak terlindungi lagi 5).
3.2 Inhibitor asam askorbat
Salah satu contoh inhibitor organik adalah
asam askorbat (vitamin C). Kristal asam
askorbat ini memiliki sifat stabil di udara,
tetapi cepat teroksidasi dalam larutan dan

64

dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi


dehydro-ascorbic acid (DAA) 1). Selanjutnya
secara berurutan akan berdekomposisi lagi
menjadi beberapa molekul asam dalam larutan
sampai menjadi asam oksalat (oxalic acid)
dengan pH di atas 4.
Efisiensi inhibisi menunjukkan persentase
penurunan laju korosi logam pada lingkungan
yang menggunakan inhibitor dibanding dengan
lingkungan
tanpa
inhibitor.
Sedangkan
perhitungan laju korosi logam dalam penelitian
dilakukan dengan metode kehilangan berat.
3.3 Planned - interval test
Metode ini diperkenalkan oleh Watcher dan
Treseder tentang proses korosi melalui tes
laboratorium yang digunakan untuk mengevaluasi korosi logam dan korosivitas lingkungan dengan interval waktu tertentu. Dalam hal
ini korosi logam dipengaruhi oleh pembentukan
lapisan film proteksi dan kerak (scale), sedangkan korosivitas lingkungan dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan dan adanya inhibisi.

Gambar 1. Metode Planned-Interval Test

4. Pembahasan
4.1 Pengaruh konsentrasi
pada laju korosi

klorida

(Cl -)

Bertambahnya konsentrasi ion Cl- pada lingkungan yang mengandung ion sulfat akan
menyebabkan laju korosi tembaga semakin
besar. Karena ion klorida merupakan ion
agresif dari golongan asam kuat yang
berkemampuan merusak lapisan film oksida
logam. Tembaga dan paduannya mempunyai
lapisan oksida (CuO) sebagai produk korosi
yang melekat pada permukaan logam. Lapisan
oksida ini akan hancur oleh adanya konsentrasi
ion klorida
yang tinggi6). Semakin besar
konsentrasi ion klorida maka semakin besar
kemungkinan ion-ion ini yang teradsorpsi ke
permukaan logam dan melakukan sejumlah
perusakan lapisan CuO. Sehingga mengakibatkan terjadinya kontak langsung antara
permukaan logam dengan lingkungan.

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)

Ion SO42- diperkirakan berkontribusi terhadap laju korosi tembaga. Akan tetapi sejauh
mana peran ion-ion sulfat tidak dapat dibahas
lebih jauh ketika dibandingkan dengan hasil
penelitian sebelumnya 6).

logam. Sementara itu pada konsentrasi yang


tinggi, CaSO4 justru berfungsi sebagai inhibitor
2,18). Anion inhibitif diadsorpsi ke bagian-bagian
lapisan yang lemah permukaan logam.
Kemudian anion ini akan merintangi melarutnya
anodik
logam
dan
memungkinkan
terjadinya pembentukan oksida yang akan
memperkuat lapisan tersebut. Walau bagaimanapun peran inhibitif sebagian anion yang
sangat lemah dapat dianggap agresif terhadap
lapisan pasif 9).

Gambar 2. Perbandingan laju korosi untuk konsentrasi NaCl dan campuran NaCl - CaSO 4

Laju
korosi
tembaga
untuk
semua
konsentrasi AA meningkat sejalan dengan
bertambahnya konsentrasi Cl- , sama dengan
ketika lingkungan tidak mengunakan AA. Pada
lingkungan dengan konsentrasi AA 50 ppm
untuk konsentrasi NaCl (329,6 ; 494,4 ; 659,2
mg/L) menghasilkan laju korosi secara
berurutan, yaitu 2,36 ; 2,66 ; 3,20 mpy. Tetapi
pada penelitian sebelumnya 6), didapatkan laju
korosi lebih kecil (1,36 mpy) untuk konsentrasi
NaCl yang lebih besar yaitu 400 mg/L. Hal ini
diperkirakan adanya konsentrasi SO42- dan ion
Cl secara bersamaan memperkuat serangan
korosi pada permukaan logam.
4.2 Pengaruh konsentrasi
pada laju korosi

sulfat

(SO42-)

Jika konsentrasi ion sulfat dinaikkan pada


lingkungan yang mengandung NaCl menyebabkan laju korosi tembaga semakin meningkat.
Namun, kenaikan laju korosi ini tidak sebesar
jika ditambahkan konsentrasi ion klorida pada
lingkungan yang mengandung konsentrasi ion
sulfat. Hal ini diperlihatkan pada tabel 2,
bahwa laju korosi untuk lingkungan dengan
konsentrasi Cl- 200 mg /L ke 300 mg/L dengan
konsentrasi SO42- yang sama 200 mg/L adalah
meningkat dari 1,2 mpy menjadi 1,56 mpy. Dan
sebaliknya untuk lingkungan konsentrasi SO42200 mg/L ke 300 mg/L pada konsentrasi Clyang sama 200 mg/L adalah 1,2 mpy menjadi
1,31 mpy. Hal ini menjadi bukti bahwa ion-ion
klorida memang lebih agresif dibandingkan ionion sulfat. Karena dengan penambahan konsentrasi NaCl, laju korosinya akan lebih besar
dibandingkan dengan penambahan CaSO4.
Pada penelitian sebelumnya6) , terjadi penurunan laju korosi dari 1,6 mpy menjadi 1,42
mpy ketika konsentrasi CaSO4 ditingkatkan
dari 200 mg/L menjadi 300 mg/L. Hal
disebabkan ion agresif pada konsentrasi CaSO4
yang rendah akan menyerang lapisan pelindung

Gambar 3. Perbandingan laju korosi untuk konsentrasi NaCl dan campuran NaCl- CaSO 4

4.3 Pengaruh perubahan korosivitas lingkungan pada laju korosi


Penurunan pH secara drastis terjadi setelah
pencelupan hari pertama. Kemudian cenderung
konstan mulai hari ke - 2 sampai hari ke -15.
Penurunan pH ini disebabkan terjadi hidrolisis
antara ion-ion logam dengan molekul-molekul
air yang menghasilkan ion-ion hidrogen yang
mengurangi pH 2). Selain itu dekomposisi AA
menjadi DAA yang menyebabkan penurunan
pH. Karena dengan adanya DAA ini
memungkinkan terjadinya dekomposisi kembali
menjadi beberapa asam lainnya, misalnya asam
oksalat.
Pada interval waktu (0-10) hari dimana
perubahan pH dapat terlihat pada hari ke - 5
sampai hari ke - 10 dimana cenderung konstan.
Ini menunjukkan reaksi hidrolisis mulai
berkurang, akibat pembentukan produk korosi
pada permukaan tembaga yang menghalangi
ion-ion logam untuk bereaksi dengan air.
Sehingga pembentukan ion H+ juga berkurang
dan tidak menimbulkan perubahan yang
banyak pada pH lingkungan. Perbedaan laju
korosi antara interval waktu (0-10) hari dengan
interval waktu (0-5) hari mengalami penurunan
yang kecil.
Perubahan korosivitas lingkungan berhubungan dengan perubahan nilai konduktivitas
lingkungan. Semakin tinggi nilai konduktivitas
lingkungan maka semakin tinggi pula tingkat
korosivitasnya. Sehingga perpindahan elektron
terjadi lebih mudah. Hal ini mendukung
terjadinya proses korosi tembaga.
Sama seperti dengan lingkungan tanpa AA,
perubahan pH secara drastis terjadi pada hari

65

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000 : 62 - 67

ke-1 untuk berbagai konsentrasi AA. Ini


disebabkan disamping karena reaksi hidrolisi
yang menyebabkan penurunan pH, juga terjadi
dekomposisi AA menjadi DAA. DAA ini
selanjutnya
menjadi
beberapa
asam,
diantaranya asam oksalat. Asam oksalat akan
mempengaruhi keasaman lingkungan sehingga
korosivitas lingkungan meningkat.
4.4 Pengaruh perubahan perilaku korosi
logam pada laju korosi
Laju korosi tembaga paling besar terjadi
pada pencelupan interval waktu (0-5) hari. Hal
ini disebabkan permukaan logam yang awalnya
bersih, belum terbentuk produk korosi yang
melekat kuat di permukaan sebagai lapisan
pelindung. Sehingga pada saat pencelupan
pertama kali masih efektif untuk mengadakan
kontak dan bereaksi secara langsung dengan
lingkungan.
Pada pencelupan interval (0-10) hari, terjadi
sedikit penurunan perbedaan laju korosi
dibanding pencelupan interval waktu (0-5) hari.
Hal ini disebabkan adanya produk korosi yang
sudah terbentuk sejak awal pada permukaan
logam. Produk korosi ini akan mengurangi
kemungkinan
permukaan
logam
kontak
langsung dengan lingkungan. Demikian juga
terjadi pada pencelupan interval (0-15) hari,
dimana penurunan perbedaan laju korosi lebih
besar lagi dibandingkan interval (0-10) hari.
Namun pada pencelupan interval waktu (1015) hari terjadi peningkatan laju korosi paling
besar dari ketiga interval waktu di atas.
Disamping disebabkan adanya perubahan pH
lingkungan karena proses hidrolisis, juga yang
paling penting adalah logam yang masih bersih
(baru) dicelupkan pada lingkungan yang sudah
sangat korosif lebih dahulu. Akibatnya reaksi
korosi yang terjadi lebih hebat dan efektif.
4.5 Pengaruh konsentrasi Asam Askorbat
(AA) pada laju korosi
Penambahan 50 ppm dan 100 ppm asam
askorbat pada semua lingkungan air yang
mengandung klorida dan sulfat menyebabkan
laju korosinya semakin besar. Ini berarti
konsentrasi asam tersebut belum melakukan
inhibisi. Karena dalam jumlah tersebut, AA
yang teradsorpsi ke permukaan tembaga masih
terlalu sedikit. Sehingga permukaan logam
yang belum dilindungi masih banyak dan
akibatnya berkontak langsung dengan lingkungan. Bahkan dengan hadirnya AA, justru
sifat
mudah
berdekomposisinya
menjadi
dehydro-ascorbic acid (DAA) akan mem-

66

pengaruhi kondisi lingkungan semakin asam.


Akibatnya laju korosi tembaga akan semakin
tinggi. Begitu pula dengan pembentukan
senyawa kelat yang berasal dari reaksi antara
ion logam dengan ligan AA, yang menyebabkan
pelarutan logam juga.
Efisiensi inhibisi maksimum baru terjadi
pada saat konsentrasi 150 ppm AA untuk
beragam konsentrasi klorida dan sulfat. Karena
jumlah konsentrasi AA sudah teradsorpsi pada
seluruh permukaan sehingga permukaan logam
terlindungi dari kontak langsung dengan
lingkungan.
Pada konsentrasi AA sebesar 200 ppm
terjadi kenaikan laju korosi sedikit lebih besar
daripada 150 ppm, tetapi masih lebih kecil
dibandingkan penambahan 50 dan 100 ppm AA.
Hal ini disebabkan permukaan logam yang
belum dilindungi akan bereaksi dengan AA
yang bebas membentuk senyawa kelat.
Terbentuknya senyawa ini menyebabkan laju
korosi tembaga meningkat kembali.
Cu2+ + AA

(ion logam) (ligan)

kelat

Efisiensi inhibisi AA juga dipengaruhi oleh


waktu. Urutan interval waktu yang menghasilkan inhibisi dari maksimum ke minimum
adalah (0-5) hari, (0-10) hari, (0-15) hari. Hal ini
disebabkan produk korosi (CuO) yang terbentuk
dipermukaan sudah semakin banyak sampai
dengan hari ke-15. Adanya produk korosi akan
menghalangi adsorpsi AA pada permukaan
logam dan akibatnya efisiensi inhibisi berkurang.

5. Kesimpulan
Besar laju korosi tembaga dalam lingkungan
air yang mengandung klorida dan sulfat
bergantung pada konsentrasi NaCl, konsentrasi
CaSO4, ppm asam askorbat (AA) yang
ditambahkan, serta lamanya interval waktu
pencelupan. Kebersamaan NaCl dan CaSO4
dalam lingkungan air ternyata sangat
mempengaruhi laju korosi tembaga. Dan pada
umumnya laju korosi tembaga yang diperoleh
jauh lebih besar dibandingkan laju korosi
tembaga pada lingkungan masing-masing, yaitu
lingkungan NaCl saja atau lingkungan CaSO4 .
Kebersamaan NaCl dan CaSO4 dalam
lingkungan air justru berimbas pada jumlah
ppm asam askorbat yang harus ditambahkan
agar laju korosi tembaga menurun. Jumlah
inhibitor asam askorbat kurang atau lebih dari
150 ppm, akan menyebabkan laju korosi

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida
dan Sulfat (Soejono Tjitro)

tembaga semakin besar. Sehingga inhibisi


maksimum yang dicapai dalam penelitian ini
adalah 150 ppm.
Konduktivitas listrik dan pH mempengaruhi
korosivitas lingkungan air. Sehingga semakin
besar konduktivitas listrik maka laju korosi
tembaga akan semakin tinggi. Dan disamping
itu korosivitas lingkungan juga dipengaruhi
adanya proses hidrolisis dan dekomposisi AA
menjadi DAA.
Perbedaan peningkatan laju korosi tembaga
tiap interval waktu pencelupan bervariasi
besarnya. Perbedaan peningkatan laju korosi
tembaga yang paling besar adalah pencelupan
pada interval waktu (0-5) hari. Kemudian
perbedaan peningkatan laju korosi semakin
mengecil dengan urutan interval waktu
pencelupan (0-10) hari, (0-15) hari dan paling
kecil adalah (10-15) hari.

Lampiran

Daftar Pustaka
1. Annual Books of ASTM Standards, Wear and
Erosion: Metal Corrosion, vol 03.20, New
York : ASTM International, 1990.
2. Annual Books of ASTM Standards, Water
(II), vol 11.02, New York: ASTM International, 1990.
3. ASM Handbook, Corrosion, 3rd ed., New
York: ASM International, 1992.
4. Bofardi, B.P., Control of Environmental
Variables in Water Recirculating Systems,
New Jersey : Noyes Publications, 1985.
5. Hariyono, H., Studi Pengaruh Variasi
Lingkungan
Terhadap
Efisiensi
Asam
Askorbat (vitamin C) Pada Laju Korosi,
Surabaya: Universitas Kristen Petra, 1998.
6. Fontana, M.G., Corrosion Engineering, 3rd
ed., New York: Mc Graw Hill Company, 1987.
7. Singley, J. E., et al., Corrosion Prevention
and Control in Water Treatment and Supply
Systems, New Jersey : Noyes Publications,
1985.
8. Sekine, I., Corrosion Inhibition of Steel by
Organic Inhibitors, Japan: Industrial Technology Development Institute Department Of
Science and Technology, 1994.
9. Trethewey, K.R., et al., Korosi: Untuk
Mahasiswa Sains dan Rekayasa. Alih bahasa
oleh Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1991.

67

Anda mungkin juga menyukai