LAPORAN AKHIR
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
Judul
: IbM TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK
KUALITAS PASCA PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI
BUDIDAYA TAMBAK PAYAU
Ketua
Anggota
: Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP
: Ir.M.FIRDAUS, MS
NIP.: 196305111988021001
NIP.: 196809192005011001
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
RINGKASAN
Pemerintah telah melakukan diversifikasi usaha budidaya di tambak dengan rumput
laut dengan harapan bisa mencarikan solusi bagi pembudidaya. Rumput laut (gracilaria sp)
mulai dikembangkan di Kabupaten Pasuruan sejak tiga tahun yang lalu, melalui kegiatan
diseminasi baik dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten
Pasuruan. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari jenis gracilaria sp., karena jenis
ini sesuai apabila dibudidayakan di areal pertambakan. Sistem yang diterapkan adalah dengan
system polyculture, yaitu antara rumput laut, udang dan bandeng.
Rumput laut (gracilaria Sp) penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racunracun yang terkandung dalam air tambak. Bahkan, rumput laut yang ditanam menghasilkan
klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi udang, lingkungan di sekitar
rumput laut merupakan penyedia makanan berupa plankton dan jasad renik. Pada umumnya
lokasi tambak yang sesuai dengan rumput laut (gracilaria sp) yang berdekatan laut, dan
harus tersedia pula sumber air tawar guna menurunkan salinitas. Areal tambak juga harus
terlindung dari angin dan memungkinkan terjadi pasang surut yang cukup tinggi. Tambak
pun harus jauh dari limbah industri dan limbah air tanah.
Panen perdana rumput laut dilakukan setelah berusia empat bulan. Panen udang dan
bandeng harus terlebih dahulu. Khusus rumput laut saat dipanen wajib dibersihkan dalam
tambak. Saat itulah ujung dari tangkai rumput laut selalu patah dan jatuh ke dasar kolam.
Tangkai itu kemudian tumbuh, berkembang secara baik, dan dapat dipanen dalam sebulan
kemudian, dan seterusnya. Ketika panen yang kedelapan kali, barulah diganti dengan bibit
yang baru. Sampai sekarang budidaya rumput laut telah berkembang mencapai 108 ha yang
tersebar di Kecamatan Kraton, Rejoso dan Lekok,
Adapun kendala yang dihadapi untuk mengembangkan rumput laut (gracilaria sp)
adalah bahwa : Pengeringan rumput laut yang dilakukan petani masih tradisional dengan
sinar matahari Namun masalah yang timbul selama pengeringan
Produksi menurun karena sinar matahari tidak optimal karena keterbatasan peralatan serta
daya awet menyebabkan kualitas kurang baik.
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan pangan dengan energi panas seperti sinar matahari atau peralatan
mekanis dan pengeringan juga merupakan salah satu pengawetan bahan pangan yang
konvensional dilakukan manusia agar kandungan air bahan pangan berkurang sehingga
kecepatan kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Pengeringan mekanis merupakan
pengeringan yang menggunakan alat buatan manuasia yang akan menghasilkan produk yang
sanitier dan hygiene serta produk yang berkualitas. CABINET TRAY DRYER merupakan
alat pengeringan serba guna yang akan diterapkan pada pengeringan rumput laut.
Diharapkan
pengeringan
ini
akan
menghasilkan
produk
berkualitas
dan
bisa
CABINET TRAY DRYER yang tahan karat berbentuk persegi panjang dan
bahwa alat
CABINET TRAY DRYER adalah alat ini sangat adatif dan mudah dipindah-pindahkan
karena ringan. Pembinaan dan Evaluasi pasca penyuluhan dilakukan selama 2 minggu sekali
oleh team. Ternyata alat CABINET TRAY DRYER dari program IbM telah dicoba dan
mulai digunakan kembali oleh masing-masing anggota Budidaya Rumput laut. Kendala yang
dihadapi adalah keterbatasan penyediaan alat ini untuk Pembudidaya Rumput laut lainnya
dalam demo serta disumbangkannya hanya 1 unit dan faktor yang lain adalah jumlah alat
sebaiknya diperbanyak untuk memperataan kepada anggota lain.
Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat dari segi
keuangan masing-masing pembudidaya Rumput laut yang mempunyai rencana ingin
memiliki alat tersebut dan rencana tersebut dikonsultasikan dengan Dinas Terkait untuk dapat
memiliki bersama alat tersebut melalui pembinaan dan pemantauan team LPPM-unibraw atau
dicarikan program lain sehingga memotivasi mereka tetap bergairah dalam penanganan pasca
panen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1987. Budidaya Rumput Laut. Majalah Trubus Februari. Pusat Informasi
Pertanian Trubus.Jakarta.
Anonymous, 1989. Pola Kehidupan Sosial Budaya Dalam Hubungan Dengan Konsep
Sanitasi Pada Masyarakat Tengger. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Dirjen Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional. Proyek
Inventarisasi Dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Jakarta.
, 1990.
Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
_________, 2000.
Rumput Laut. http: //www.pdii.lipi.go.id. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. Jakarta.
, 2001.
Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA
Dengan BPS Kabupaten Sumenep. Sumenep.
, 2001.
Kecamatan Bluto Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA Dan BPS
Kabupaten Sumenep. Sumenep.
_________, 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya.
Jakarta.
, 2002.
Data Potensi Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Sumenep Tahun
2002. Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Sumenep. Sumenep.
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Anggadireja J, S.
Irawati 1996 dan Kusmiyati. 1996. Protein dan Manfaat Rumput Laut
Indonesia Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut.
Jakarta 13 Juli 1996.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Astawan, M. 1997. Mengapa Rumput Laut Dicari Orang. Majalah Kesehatan Bulanan
Sartika No. 11/November. Jakarta.