Dewasa ini telah dikembangkan berbagai inovasi di bidang teknologi
pertanian , salah satunya yang sedang menjadi topik hangat adalah invovasi teknologi penanganan jagung. Produk turunan dari jagung setelah diolah dengan teknologi terpadu sangat beragam, diantaranya pembuatan mesin penanam dan pemupuk jagung, modifikasi tepung dengan penambahan zat dari luar untuk meningkatkan mutu mie jagung, dan rekayasa delignifikasi untuk meningkatkan arborbsi enzim dalam proses sakarifikasi jagung untuk menghasilkan bioetanol. Inovasi pembuatan mesin menitikberatkan pada kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga traktor beroda dua. Metode lain yang ada seperti pembuatan otomatisasi irigasi tanaman jagung dengan memanfaatkan energi foton. Mesin modifikasi untuk pengolahan jagung menggunakan metering device dengan menggunakan model penjatah pupuk yang menggunakan rotor yang berputar pada hoper ( tipe edge cell). Prinsipnya rotor ditempatkan di sebelah depan dari lubang hoper sehingga tekanan tidak langsung kea rah rotor. Formula dasar fisika dengan subtema torsi menjadi prinsip kuat dalam kinematika kerja dari mesin ini. Inovasi selanjutnya yaitu sistem irigasi dengan tenaga surya untuk pengolahan jagung menekankan pada rancangan alat yang terdiri dari panel surya, baterai, inveter, dan pompa air. Prinsip fisikanya adalah mengalirkan air untuk kebutuhan metabolisme tumbuhan jagung dengan mengatur debitnya sesuai keadaan atau musim yang tentunya memiliki spesifikasi yang berbeda beda. Pada inovasi pembuatan mi jagung secara dasar prinsipnya adalah dengan pengeringan dengan udara ( fluid bed drier). Beberapa indikator yang dipakai adalah cooking loss, elongasi, ketegaran, kemembelan, dan kelengketan. Untuk menghasilkan mi jagung yang berkualitas, tentunya proses optimum diperoleh pada suhu ekstruder 90 derajat celcius sehingga kondisi fisiknya tampak mengkilap . Inovasi yang lainnya adalah penerapan LTJ sebagai produk biomassa dalam proses menghasilkan turunan bioethanol . Prinsip utamanya adalah dengan uji selulase dan xilanase yang dilakukan untuk menentukan proses sakarifikasi. Tahap selanjutnya adalah proses perlakuan GM untuk menurunkan kadar lignin dengan tidak merusak selulosa dan melarutkan hemiselulosa. Perubahan reaksi pun dapat terlihat dari warna , contohnya saat bagian serat yang masih berikatan
akan memberi warna biru keunnguan , yang mengindikasikan bahwa serat
belum mengalami kerusakan terutama fraksi kristalinnya. Semakin lama waktu kontak semakin besar pula energi yang diberikan sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar.