Anda di halaman 1dari 5

analisis particle shape (roundness, sphericity, angularity) dapat dilakukan analisis yang lebih

detil seperti yang disebutkan diatas (lagi lagi metode detilnya ada dalam Boggs, hal 65-71).
menurut Boggs (2006) manfaat mengukur kebulatan (sphericity) dari partikel sedimen adalah
untuk memahami bagaimana perilaku abrasi dari partikel selama transportasi berlangsung, dan
sphericity
ini
menurut
Boggs
mempengaruhi
settling
velocity
(kecepatan
jatuh/tenggelam/terendapkannya) partikel. settling velocity (kecepatan tenggelam/jatuh) dari
partikel sedimen kecil akan semakin cepat untuk partikel yang speris (membundar baik)
dibandingkan yang non-sperikal, dan kemampuan transportasi (transportability) dari partikel
speris ukuran gravel yang terangkut oleh arus traksi (menggerus dasar) akan berputar leibh baik
dibandingkan yang menyudut. meskipun sphericity ni dapat mempengeruhi perilaku transport
partikel, tapi belum diketahui pasti hiubungannya dengan interpretasi lingkungan pengendapan.
meskipun studi empiris terlah dialkukan namun belum ada bukti yang cukup untuk mengetahui
ciri lingkungan pengendapan secara pasti berdasarkan parameter bentukkebulatan (sperisitas)
butir ini.

skema sperisitas (Boggs, Jr. 2006)


untuk ukuran kebundaran partikel sedimen (roundness), butiran endapan sedimen merupakan
fungsi dari komposisi, ukuran butir, jenis proses transportasi, dan jarak transprotasi (Boggs,
2006). kurang lebih pendekatan tadi dapat dipakai untuk menyimpulkan bagaimana kontrolkontrol yang mempengaruhi kebundaran partikel untuk membantu interpretasi. butiran yang
keras seperit minieral resisten (kuarsa, zirkon) akan cenderung menyudut semetnera yang lemah
dan tidak stabil seperti feldspar dan piroksen akan mudah membundar. sementara dari parameter
ukuran klastika seperti pebble sampai cobble akan lebih mudah membundar karena abafrasi
selama transport berlangsung dibandingkan dengan partikel yang lebih halus (ukuran pasir-pasir
halus) karena yang besar lebih mudah terpengaruh arus traksi (bedload) didasar channel atau
daerah transport. Kuenen (1959, 1960) melalui studi percobaan berkesimpulan bahwa transport
dengan media udara 100-1000 lebih efektif dari transport melalui media air akan lebih cepat
membuat butiran kuarsa membundar. kekerasan klastika kasar ukuran pebble juga sama layaknya
butiran mineral (komposisi penyusun partikel) ketika untuk kelompok mieral yang keras-keras
kayak kuarsa, zirkon, korundum, dan lain lain lebih resisten daripada amfibol, olivin, dan
feldspar. fragmen lapukan kuarsit (batuan metamorf) dan chert (rijang) tentu saja lebih resisten

daripada batupasir, batulempung berukuran sama (pebble). meskipun menurut Nichools (2005)
mineral biotit (mika hitam) meskipun memiliki resistensi yang lebih rendah dari kuarsa dan
mineral lain dengan densitas yang sama dia memiliki settling velocity yang rendah dan dapat
tertransport lebih jauh (tidak mudah terabrasi) akibat bentuknya yang pipih berlembar
(aerodinamis) maka jangan kaget dalam batulempung kita bisa saja menemukan jumlah biotit
yang signifikan.
grain packing (kemas atau fabric) hal ini berkaitan dengan bagaimana perilaku hubungan antar
butir dalam batuan sedimen. kalau aspek deskriptif sebelumnya lebih membahas kearah karakter
fisik dari butiran sedimen, bagian yang ini menggambarkan bagaimana pemilahan dari susunan
butir mempengaruhi karakter fisik lain dari batuan seperti ketersediaan ruang (porositas) dan
kemampuan batuan mengalirkan fluida melalui porinya (permeabilitas). ketika batuan memiliki
sortasi buruk, butiran menyudut, dan kemas tgerbuka, maka ruang yang kosong akan terisi
lempung dan bidang menyudut dari partikel dapat juga mengurangi ruang kosong (pori dalam)
dalam batuan. sebaliknya ketika batuan membundar baik, memiliki kemas tertutup (komponen
fragmen saling bersentuhan), terpilah baik (ukuran butiran seragam).. maka porositas batuan
dapat menjadi baik. bentuk kontak antar butiran juga sangat berpengaruh dalam menentukan
porositas, batuan yang sudah terdeformasi misalnya dapat membentuk pola packing rombohedral
(kubus yang merencong) dapat mengurangi tingkat porositas batuan.

persentase porositas berkurang ketika berubah dari kubik ke rombohedral

pola perilaku kontak butiran (tangential, concave, long, sutured)


selanjutnya dalam pembahasan fabric ini (oleh Boggs) dijelaskan, bagaimana pada butiran dapat
membentuk suatu pola imbirkasi (clast imbrication) berupa kemelurusan susunan butir (saling
memunggung) akibat arus yang juga bisa mencirikan struktur sedimen (bukan hanya tekstur
meskipun bisa saja masuk kategori tekstur). arah memunggungnya batuan (condong ke arah
mana) mengindikasikan arah arus purba.

pola-pola Imbrikasi butir yang dikontrol arus

sedimen piroklastika, hasil endapan gunungapi, seperti tuf, pasir gunungapi dan
aglomerat.
Ke lima kelompok sedimen ini dapat digolongkan kembali menjadi 2, yakni sedimen
klastika (allochthonous) dan sedimen non-klastika (autochthonous). Sedimen
klastika mengalami transportasi dari tempat asalnya ke dalam lingkungan dimana
terendapankan. Sedangkan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang tidak
mengalami transportasi. Dengan kata lain sedimen non-klastika terbentuk dan
terendapkan di lingkungan yang sama.
Batuan sedimen dibentuk oleh berbagai komponen, yang dapat digolongkan atas:
1. Terrigenous siliciclatic particles: semua partikel yang berasal dari daratan,
berukuran dari lempung sampai krakal. Umumnya berkomposisi silikat (kuarsa,
feldspar dan mika).
2. Material kimia/biologis: ini berasal dari proses kimia dan biologis dalam cekungan
sediment itu sendiri. Termasuk di dalamnya adalah hasil ekstraksi air dalam
cekungan yang menghasilkan mineral seperti gipsum, kalsit, dan apatit, juga
cangkang karbonat dan silika dari organisme.
3. Material karbonan: terdiri atas sisa tetumbuhan (darat dan laut) dan binatang
serta bitumen yang terkarbonkan.
4. Material authigenic: umumnya mineral yang terbentuk pada waktu proses
diagenesis berlangsung. Jadi mineral ini terbentuk segera setelah terjadi
pengendapan batuan.
Batuan sedimen klastika dibentuk oleh 3 unsur, yakni komponen (fragmen atau
kepingan atau butir), matriks dan semen. Komponen merupakan unsur yang
berukuran lebih besar dalam batuan sedimen (Gambar V.1), sedangkan matriks
mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,03mm (Boggs, 1992). Semen merupakan unsur
yang berada di antara komponen dan berfungsi sebagai pengikat komponen dan
matriks. Semen ini terbentuk setelah terjadi pengendapan (post deposition). Pori
adalah ruang kosong yang tidak ditempati oleh butir, matriks maupun semen.

Anda mungkin juga menyukai