Anda di halaman 1dari 11

LATAR BELAKANG

Pada zaman yang serba canggih ini, bahasa tetap konsisten sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam kehidupan luas di kalangan masyarakat. Bahasa tetap memegang peranan
penting dalam menghubungkan atau menyalurkan ilmu, baik itu ilmu pasti, seperti matematika.
Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, ahli-ahli lain yang
bergerak di bidang ilmu pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang
teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan
dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
Bahasa tidak terikat pada waktu. Bahasa itu terus berkembang, bahasa terus
mengekspresikan segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Melalui bahasa, kebudayaan suatu
bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturukan kepada generasi-generasi
mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar
manusia: peritiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuhan-tumbuhan, hasil cipta karya manusia
dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali
kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahan ini
memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat,
kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.
Bahasa bukan saja menjadi alat komunikasi semata, bahasa juga mempunyai banyak
fungsi lain. Dengan satu bahasa yang sama bisa mempersatukan manusia yang tinggal di beriburibu pulau di Indonesia, bahkan dunia sekalipun. Pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928,
bahasa merupakan unsur penting yang menyatukan kekuatan seluruh pemuda yang datang dari
berbagai daerah di Indonesia. Dan hasilnya bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa nasional
yang mempersatukan seluruh pemuda untuk melawan kekuatan penjajah.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan dengan memperhatikan wujud
bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa
yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis berusaha merumuskan beberapa pertanyaan
mendasar mengenai Dasar-dasar Kebahasaan dan Aplikasinya sabagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan bahasa?


Apa hakikat bahasa dan Indonesia?
Bagaimanakah proses lahirnya Bahasa Indonesia?
Bagaimana bahasa Melayu bisa diangkat menjadi bahasa Indonesia?

METODE PENULISAN
Dalam proses penulisan ini, penulis mengumpulkan informasi mengenai Dasar-Dasar
Kebahasaan dan Aplikasinya dan metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan.

TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini ditujukan untuk masyarakat luas serta civitas akademik Fakultas Sains dan
Teknik Jurusan Matematika Undana dengan tujuan:
1.
2.
3.
4.

Mahasiswa dapat mengetahui pengertian bahasa.


Mahasiswa dapat mengetahui hakikat bahasa dan Indonesia.
Mahasiswa dapat mengetahui proses lahirnya bahasa Indonesia.
Mahasiswa dapat mengetahui proses bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia.

SISTEMATIKA PENULISAN
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari Bab
I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang mengenai kebahasaan itu sendiri, rumusan
masalah, metode penulisan, dan tujuan penulisan. Bab II Isi yang menjelaskan tentang hakikat
bahasa Indonesia, lahirnya bahasa Indonesia dan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia, serta Bab III Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Hakikat Bahasa
Secara etimologi, istilah bahasa berasal dari bahasa Latinlingua. Dalam
bahasa Itali bahasa disebut linguaggio danlingua, bahasa Perancis menyebut
bahasa sebagai langagedan langue, dalam bahasa Spanyol bahasa disebut
denganlengua dan disebut dengan language dalam bahasa Inggris.
Penyebutan bahasa terdiri dari dua konsep utama dalam kajian lingustik
yaitu penyebutan bahasa secara umum (bersifat koloquel) seperti langage (bahasa
Prancis), linguaggio (bahasa Itali) dan juga penyebutan bahasa pada bahasa

tertentu atau suatu sistem linguistik tertentu seperti langue (dalam bahasa
Prancis), lingua (bahasa
Itali)
dan lengua (bahasa
Spanyol).
Akan
tetapi, language dalam bahasa Inggris dapat digunakan untuk menamakan bahasa
secara umum atau digunakan untuk menyebut satu bahasa tertentu, demikian
halnya dengan istilah bahasa dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan pengertian terminologis dari bahasa itu sendiri telah banyak
didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Saphir (1921) dalam Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa
adalah a purely human and non-instinctive method of communicating
ideas, emotion and desire by means of voluntarily produced symbol.
Saphir menyebutkan lima butir terpenting dalam definisi bahasa
yaitu: manusiawi, dipelajari, memilki sistem, arbitrer dan bersimbol.
2. Hall mengungkapkan bahwa bahasa merupakan suatu institusi dalam
pengertian alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar umat
manusia.
3. Wardhough menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambangbunyi
yang arbitrer yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
4. Hasan Lubis (1988) menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem
lambang-lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk menyampaikan fikiran dan perasaannya dengan
bunyi-bunyi.
5. Kridalaksana (2008) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
6. Caroll (1959) beranggapan bahwa bahasa adalah sebuah sistem
berstruktur mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya
manasuka, yang digunakan atau yang dapat digunakan dalam
komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia yang secara agak
tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa dan
proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.
7. Bloch dan Trager (1942) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem
simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok
sosial bekerja sama.
Pakar linguistik telah merumuskan banyak hal tentang hakikat bahasa.
rumusan-rumusan tersebut jika dibutirkan akan menghasilkan sejumlah ciri atau
sifat yang merupakan hakikat bahasa. Sifat-sifat tersebut pula yang telah
didefinisikan oleh pakar-pakar linguistik diatas dalam menemukan pelbagai sifatsifat bahasa.
Sifat-sifat tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Chaer (2007) antara
lain: (1) Bahasa adalah sebuah sistem, (2) Bahasa itu berwujud lambang, (3)
Bahasa itu berupa bunyi, (4) Bahasa itu bersifat arbitrer, (5) Bahasa itu bermakna,
(6) Bahasa itu bersifat konvensional, (7) Bahasa itu bersifat unik, (8) Bahasa itu
bervariasi, (9) Bahasa itu bersifat produktif, (10) Bahasa itu bervariasi, (11) Bahasa
itu bersifat dinamis, (12) Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13)
Bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Begitu pula yang dipaparkan oleh
Chaeda Alwasilah (1993) yang secara sederhana lagi menyebutkan hakikat bahasa
itu antara lain: (1) Bahasa itu sistematik, (2) Bahasa itu manasuka arbitrer, (3)
Bahasa itu ucapan/vokal, (4) Bahasa itu simbol atau lambang, (5) Bahasa itu
mengacu pada dirinya sendiri, (6) Bahasa itu manusiawi dan (7) Bahasa itu

komunikasi. Kemudian masih banyak lagi paparan-paparan linguis tentang hakikat


bahasa yang tentu tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Dari beberapa keterangan yang diambil dari berbagai sumber, maka penulis
akan menjelaskan tentang hakikat bahasa tersebut secara sederhana dan hal-hal
yang akan dijelaskan kemudian merupakan beberapa dari poin inti dari hakikat
bahasa. Berikut paparan dari sifat-sifat tersebut secara rinci:
1. Bahasa Sebagai Sistem
Sistem sangat identik dengan pengertian cara atau aturan. Sistem juga
berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau
komponen yang satu dengan lainnya yang berhubungan secara fungsional.
Begitupun dengan bahasa, sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki
komponen-komponen dan aturan-aturan. Dalam pengertian ini, bahasa
memiliki dua aspek penting yaitu unsur-unsur dan hubungan-hubungan yang
dirajut oleh unsur-unsur tersebut. Satuan-satuan bahasa tersebut selalu
terkait satu dengan yang lain sehingga membentuk kepaduan yang erat dan
saling mendukung.
Pyles dan algeo (1993) menyebutkan bahwa terdapat dua tingkatan dalam
sistem bahasa yang mereka sebut sebagai duality of patterning yang jika
diterjemahkan menjadikaidah ganda sistem bahasa. Kedua tingkatan ini
mencakup komponen makna dan bentuk. Komponen bentuk yang berupa
bunyi dipelajari oleh cabang linguistik yaitu fonetik atau fonologi sedangkan
komponen makna ditelaah oleh semantik dan tata bahasa.
Lebih jauh, Chaer (2007) menjelaskan, sebagai sebuah sistem, bahasa itu
sekaligus bersifat sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola dan tidak tersusun secara acak atau secara sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
tetapi terdiri juga dari sub-sub sitem atau sistem bawaan. Dapat disebutkan
sistem bawaan tersebut antara lain: subsistem fonologi, morfologi, sintaksis
dan subsistem semantik
Dalam linguistik, terutama subsistem fonologi, morfologi dan sintaksis
tersusun secara hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak dibawah
subsistem yang lain, lalu subsistem yang lain tersebut terletak pula dibawah
subsistem lainnya. Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut- pun terkait dengan
subsistem semantik.
Dengan kata lain, bahasa sebagai sistem merupakan kerjasama antara
subsistem yang lain dengan subsistem lainnya yang terjalin dan membentuk
bahasa.
2. Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol yang diartikan dengan
pengertian yang sama. Lebih rinci, Chaedar Alwasilah (1993) menjelaskan
bahwa lambang atau simbol mengacu pada suatu obyek dan hubungan antara
simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari bahasa
apa saja, ia bisa terbuat hari suatu benda seperti piramid yang
melambangkan keagungan, atau dari kain seperti warna putih atau hitam atau
juga dalam bentuk ujaran.
Lambang dengan segala seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah dalam
satu bidang kajian yang disebut dengan ilmu semiotika atau semiologi, yaitu
ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang terdapat didalam kehidupan
manusia termasuk bahasa.vii

Dalam kehidupannya, manusia selalu menggunakan lambang. Oleh karena


itu, Earns Cassirer menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol
(animal symbolicum).viii Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari
lambang, termasuk alat komunikasi verbal yang disebut dengan bahasa. ix
Jika ide atau konsep keadilan sosial dilambangkan dengan gambar padi dan
kapas, maka wujud bahasa dilambangkan dalam bentuk bunyi yang berupa
satuan-satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata. Mengapa kata disebut
sebagai lambang dalam satuan bahasa? sekali lagi, karena lambang bersifat
manasuka, yaitu tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara
lambang dan dengan yang dilambangkannya.
3. Bahasa Itu Berupa Bunyi
Bahasa adalah bunyi, maka sepenuhnya dapat dikatakan bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi. Yaitu, sistem bahasa itu adalah berupa lambang
yang wujudnya berupa bunyi.x
Kemudian, yang perlu dipertegas disini adalah tentang bunyi itu sendiri
menurut pandangan bahasa, apakah itu bunyi seperti yang dikenal secara
umum? Apakah semua bunyi disebut bahasa? dan lain sebagainya. Bunyi
yang dimaksud dalam bahasa disebut juga denga speech sound adalah
satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik
diamati sebagai fon dan didalam fonemik sebagai fonem yang keduanya
dibahas dalam bidang lingusitik.
4. Bahasa Itu Bersifat Arbitrer
Arbitrary berarti selected at random and without reason, dipilih secara acak
dan tanpa alasan. Ringkasnya, manasuka atau seenaknya, asal bunyi, tidak
ada hubungan logis antara kata-kata sebagi simbol atau lambang dengan
yang dilambangkannya.xi Atau, dengan bahasa lain, Chaer (2007) menjelaskan
tentang apa yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan
wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud
oleh lambang tersebut.
Contoh pengertian arbitrer tersebut dapat kita lihat sehari-hari dalam
kehidupan kita, hal tersebut terbukti antra rangkaian bunyi-bunyi dengan
makna yang dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda motor disebut
dengan bensin tidak kecap, binatang tertentu di Indonesia disebut kuda, di
Inggris horse, di Arab faras dan akan terus berbeda diwilayah-wilayah lain
tentang penyebutannya.
Itulah yang disebut dengan arbitrer atau manasuka yang tidak akan bisa
ditemukan alsan penyebutannya yang berbeda-beda dikarenakan sifat kearbitreran-nya. Andaikata bahasa itu tidak arbitrer, sudah barang tentu dapat
kita pastikan bahwa sebutan untuk kuda hanya akan ada satu kata dalam
bahasa manusia, tidak ada lagi penyebutan kuda, horse, faras dan lain
sebagainya, hanya akan ada satu penyebutan.
5. Bahasa Itu Bermakna
Bahasa, sebagai sistem lambang yang berwujud bunyi sudah pasti
melambangkan suatu pengertian tertentu. Maka, yang dilambangkan itu
adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide atau suatu pikiran yang
ingin disampaikan dalam wujud bunyi tersebut. Karena lambang lambang itu
mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa
bahasa itu memiliki makna.xii
Contohnya adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda; lambang
ini mengacu pada konsep sejenis binatang berkaki empat yang dapat

dikendarai, kemudian konsep tersebut dihubungkan dengan benda yang ada


didalam dunia nyata. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kuda
merupakan lambang bunyi, sejenis binatang berkaki empat yang dapat
dikendarai merupakan konsep dan kuda yang ada didalam dunia nyata
merupakan wujud dari lambang bunyi tersebut.
6. Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep
tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa
harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya.
Contohnya adalah, adanya kesepakatan dalam masyarakat bahasa
Indonesia untuk menyebut suatu benda beroda dua yang dapat dikendarai
dengan dikayuh, yang secara arbitrer dilambangkan dengan bunyi sepeda,
maka
anggota
masyarakat bahasa Indonesia seluruhnya
harus
mematuhinya. Jika tidak diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan
lambang lain, maka komunikasi antar masyarakat akan terhambat.
Oleh karena itu, jika ke-arbitreran bahasa terletak pada antara lambanglambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk
menggunakan
lambang-lambang
itu
sesuai
dengan
konsep
yang
dilambangkan.
7. Bahasa Itu Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia, sepanjang keberadaan manusia itu
sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat
Karena keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan
manusiapun akan terus berubah dan tidak tetap, maka bahasa-pun menjadi
ikut berubah, menjadi tidak tetap, tidak statis. Karena itulah bahasa itu
disebut dinamis.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon. Namun perubahan yang
paling terlihat dan paling sering terjadi adalah pada tataran leksikon dan
semantik. Hampir setiap saat terdapat kata-kata baru muncul sebagai akibat
dari perubahan budaya dan ilmu, atau terdapat kata-kata lama muncul
dengan makna baru.
Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, tentu secara otomatis akan bermunculan konsep-konsep baru yang
tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah
baru. Kalau-pun kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya,
maka manusia sendiri yang akan meciptakan istilahnya
8. Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk
dalam suatu masyarakat bahasa, dan adapun yang masuk dalam satu
masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang
sama. Jadi, jika disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang
yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk
anggota masyarakat sunda adalah orang-orang yang merasa memiliki dan
menggunakan bahasa sunda dan seterusnya. Jadi, dapat ditarik sedikit
konklusi bahwa banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota

masyarakat bahasa, karena disamping dia sebagai orang Indonesia, dia juga
menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.
Anggota mayarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak
sama, baik dari segi pendidikan, profesi, usia dan lain-lain. Oleh karena latar
belakang dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang digunakan
beragam atau bervariasi, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan
yang lain seringkali memiliki perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa, terdapat tiga istilah yang dipandang perlu untuk
diketahui, yaitu idiolek, dialek dan ragam. xix Idiolek adalah variasi atau ragam
bahasa yang bersifat perseorangan. Artinya setiap orang memiliki ciri khas
bahasa masing-masing, contohnya adalah bahasa-bahasa penulis seperti
Hamka, Andrea Hirata dan lain-lain yang tentu berbeda satu sama lain.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Contohnya adalah dialek
Banyumas, dialek Surabaya, bahasa Indonesia zaman Balai Pustaka dan
sebagainya.
Adapun ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi, keadaan atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal,
digunakan ragam bahasa yang disebu dengan ragam baku, untuk situasi yang
tidak formal, digunakan ragam yang tidak baku. Begitu pula dapat dilihat dari
sisi sarana, terdapat ragam tulisan dan lisan dan masih banyak lagi ragamragam lainnya.
9. Bahasa Itu Manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah
dipaparkan sebelumnya adalah suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat
manusia. Ringkasnya bahwa manusia-lah yang berbahasa sedangkan hewanhewan lain tidak berbahasa.
Keistimewaan bahasa menusia akan semakin terasa jika dibandingkan
dengan komunikasi binatang misalnya. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah
evolusi manusia dan evolusi bahasanya, ahli-ahli biologi-pun membuktikan
bahwa sistem komunikasi binatang itu sama sekali tidak mengenal ciri ganda
bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna (duality feature).xxi
Sering didengar dalam literatur-literatur yang mengatakan bahwa manusia
itu homo loquens (the speaking animal), hewan yang memiliki kemampuan
berbahasa. Jika manusia itu hewan yang berbahasa sedangkan bahasa adalah
seperangkat kalimat-kalimat yang lazim, sedangkan kalimat lazim dibedakan
dari yang tidak lazim dari tata bahasa, maka kesimpulan tentang manusia itu
adalah homo grammaticus, yakni hewan yang bertata bahasa.

Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang mengalami perjalanan
sejarah yang panjang. Perjalanan yang ditempuh oleh bahasa indonesia tak
terpisahkan dengan perjalanan yang ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk
merdeka. Sejalan dengan hal tersebut, sejarah perkembangan bahasa indonesia
dapat ditinjau dari masa sebelum Indonesia merdeka dan masa sesudah merdeka.

Peristiwa bersejarah yang monumental bagi bangsa dan bahasa indonesia


adalah diikrarkannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Ikrar
sumpah pemuda yang terdiri dari tiga butir yang diantaranya berbunyi Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia. Hal ini
membuktikan bahwa adanya kebulatan tekad untuk menjunjung bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan.
Nama bahasa indonesia baru dikenal sejak 28 Oktober 1928, yang sebelumnya
bernama bahasa melayu. Bahasa melayu yang mendasari bahasa indonesia yang
kemudian dijadikan bahasa persatuan. Namun, dari hal ini para sosiologi bahasa
tertarik untuk meneliti kondisi apa yang memungkinkan bahasa melayu dipilih dan
disepakati untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan, mengapa tidak bahasa yang
lainnya seperti bahasa jawa, sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak dari pada
bahasa
melayu.
Ada beberapa faktor yang mendasar mengapa bahasa melayu menjadi
bahasa asli dari bahasa indonesia yaitu bahasa melayu telah digunakan sebagai
lingua franca ( bahasa perhubungan ) selama berabad-abad sebelumnya diseluruh
kawasan tanah air. Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa jawa, sunda, atau pun
bahasa daerah lainnya, bahasa melayu memiliki daerah persebaran yang paling
luas dan melampaui batas-batas wilayah bahasa lain meskipun jumlah penutur
aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura, atau pun bahasa
daerah lainnya. Bahasa melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara
lainnya sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing, dan bahasa melayu bersifat
sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat kebahasaan sehingga mudah dipelajari.
Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antar
penutur yang berasal dari berbagai daerah. H.B. Yassin menyatakan bahwa Sumpah
Pemuda adalah suatu manifesto politik yang juga mengenai bahasa. Penamaan
bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia tidak berdasarkan perbedaan dalam
struktur dan perbendaharaan bahasa pada masa itu, tetapi semata-mata dasar
politik. Dalam bahasa tidak terjadi perubahan apa-apa, tetapi hanya berganti nama
sebagai pernyataan suatu cita-cita kenegaraan yaitu kesatuan, tanah air, bangsa
dan bahasa.
Pada zaman penjajahan Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada
18 Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua,
di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di
dalam
sidang
Dewan
Rakyat.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia yang pertama
di Solo pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hasil keputusan yang penting,
yaitu bahasa indonesia diusulkan menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar
dalam badan-badan perwakilan dan perundang-undangan.

Demikianlah lahirnya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba,


tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsyafan, kebulatan tekad, dan
semangat untuk bersatu. Dan api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai
Indonesia merdeka. Selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa
Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di semuua tingkat pendidikan. Jepang
terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan bahasa Indonesia secepatcepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. Bagi orang
Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para pemimpin
pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang pendek dan mendesak mereka harus
beralih dari berorientasi terhadap bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Selain itu,
semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan bahasa
Indonesia, secara cepat dapat memakai bahasa indonesia. Ketika Jepang menyerah,
tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, makin kuat
kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut
menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik dengan
bahasa persatuan yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat
kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara
formal belum terwujud. Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan
sejarah bangsa pemiliknya.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai lambang kebangsaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu
berbagai suku bangsa yang latar belakang sosial budaya dan bahasanya berbeda,
dan alat perhubungan antar daerah dan antar budaya. Dalam perjalanan
perkembangan bahasa indonesia banyak sekali jaringan masalah kebahasaan di
Indonesia. Hal itu disebabkan oleh adanya persentuhan antara bahasa Indonesia
dan bahasa daerah, dan adanya persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa
asing, ditambah pula datangnya berbagai tuntutan agar hanya didasarkan pada
eksistensi bahasa Indonesia sebagai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantis, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor nonkebahasaan
seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Dari penjelasan secara
singkat sejarah lahirnya bahasa indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
bahasa dapat mempersatukam segala keanakaragaman suku, bahasa, daerah dan
perbedaan yang ada. Dan bahasa menjadi komponen yang sangat penting bagi
suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahannya serta bahasa juga
menjadi identitas nasional bagi suatu negara.

BAHASA MELAYU DIANGKAT MENJADI BAHASA INDONESIA

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa
buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di

Nusantara. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku
di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari
luar Nusantara.
Perkembangan bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang
memiliki tiga bentuk. Pertama, perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar
daerah, Kedua, perkembangan bahasa daerah yang lain, dan yang terakhir perkembangan bahasa
yang di akibatkan oleh pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas.
Bahasa melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang
bersinggungan antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi
penggunaan bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan awal
komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin
komunikatif.
Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia didasarkan atas pertimbangan yang rasional,
baik secara politik, ekonomi, dan kebahasaan, yaitu:
1. Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
2. Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, karena telah dikenal dan digunakan
sebagai bahasa pergaulan, tidak lagi dirasakan sebagai bahasa asing.
3. Bahasa Melayu bersifat demokratis; maksudnya tidak membeda-bedakan tingkatan dalam
pemakaian sehingga meniadakan sifat feodal dan memudahkan orang memperlajarinya.
4. Bahasa Melayu bersifat reseptif; artinya mudah menerima masukan dari bahasa daerah lain dan
bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan bahasa Indonesia di masa mendatang.
5. Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan
Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu.
6. Bahasa Melayu merupakan suatu kebudayaan bagi Indonesia, dan banyak sekali kemiripan
antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu, mulai dari pengartian dan bahasannya.
7. Bahasa Melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di
Indonesia di masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta


Alieva, N.F. dkk. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: Kanisius
Al-Kasimi, Ali M. 1997. Linguistic and Bilingual Dictionary, Leiden: E.J. Brill
Aitchison, Jean. 1972. General Linguistics. London: The English Universities Press Ltd
Allan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. Jilid I dan II. London: Routledge and Kegan
Paul
Barber, C.L. 1972. The Story of Language. London: The Causer Press
Bolinger, Dwight L. 1975. Aspects of Language. New York: Harcourt, Brace and Word
Inc

Anda mungkin juga menyukai