Anda di halaman 1dari 18

KTI Diabetes Mellitus

Posted by dwixhikari pada 23 Maret 2010


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG CAHAYA RUMAH SAKIT
HIKARI SEMARANG
Tahun 2007
Oleh : Niken Jayanthi, S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute
insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan
lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin
atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya
metabolisme.
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes mellitus
sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga
setelah jantung dan kanker Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai
2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor
empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit
serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 1993).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik akut maupun
kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis.
Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah
beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati
kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner & Suddarth, 2000).
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau latihan fisik dan
obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada
penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk.
penderita di rumah sakit latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan
diatas tempat tidur kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung
jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan
kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta.
Didalam perawatan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang memerlukan perawatan
dan penanganan seumur hidup. Maka banyak klien yang keluar masuk rumah sakit. Oleh karena
itu peran perawat sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga
psikologis klien juga perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada klien
tentang tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap klien dan perawat dengan tidak
mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.

B. Tujuan Penulisan
1. Dengan menggunakan proses keperawatan
2. Mampu melakukan upaya pemecahan masalah yang ada pada kasus pendekatan proses
.Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien secara benar dalam perawatan
3. Mampu menggunakan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
mempermasalahkan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, dengan pendekatan
proses keperawatan guna mengumpulkan data. Analisa data dan menarik kesimpulan untuk
memperoleh bahan atau materi yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini.
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara komprehensif untuk
mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan penderita diabetes mellitus dalam
rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah literature
atau referensi.
2. Tinjauan Kasus
Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit Hikari Semarang
khususnya yang ada hubungan dengan judul diatas
3. Dokumenter
Yang diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan melaksanakan kegiatan teori dengan tehnik
studi dokumenter ini akan lebih mendukung kepada data yang telah diambil dengan cara lain
sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.
4. Komunikasi atau Wawancara
Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan penderita maupun keluarganya dalam rangka
mengumpulkan data mengenai riwayat kesehatan pasien tersebut.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode dan Tehnik
Penulisan.
BAB II : Konsep Dasar yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi klinik, Penatalaksanaan Komplikasi, Pengkajian Fokus, Pathways, Fokus Intervensi
dan Rasional.
BAB III : Tinjauan kasus, Pengkajian, Pathways, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,
Implementasi, Evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang berisi Membahas Kesenjangan antara BAB II dan BAB III.
BAB V : Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal ,yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata , ginjal,

saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskopik electron (Mansjoer, 2001)
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2000).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 2000)
Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi denga baik,
karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya
menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.
B. Anatomi dan fisiologi
Terlampir.
Sistem Endokrin merupakan kelenjar yang mengirimkan hasil sekresi langsung ke dalam darah
yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran Hasil dari sekresi tersebut
dinamakan dengan hormon.
Adapun komponen dari sistem endokrin sebagai berikut:
1. Kelenjar pienal (Epifise)
Kelenjar ini terdapat didalam otak didalam ventrikel terletak dekat korpus. Ini menghasilkan
sekresi Interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin.
2. Kelenjar Hipofise
Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang m,empunyai peran penting dalam sekresi
hormon-hormin semua sistem endokrin.
Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus. Yaitu lobus anterior dan lobus posterior. Lobus anterior
menghasilkan hormon yang berfungsi sebagai zat Pengendali produksi dari semua organ
endokrin.
a. Hormon Somatropik, yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan tubuh.
Hormon Tirotoprik yang berfungsi mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
hormon tirooksin.
b. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) yang berfungsi mengendalikan kelenjar suprarenal
dalam menghasilkan kortisol
c. Hormon Gonadotropik yang berasal dari Folicel Stimulating Hormon (FSH) yang merangsang
perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis
Adapun lobus posteror menghasilkan 2 jenis hormon yaitu:
a. Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal
b. Hormon oksitosin yang berguna merangsang dan menguat kontraksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.
3. Kelenjar Tiroid
Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang terletak didalam leher bagian
depan bawah melekat pada dinding laring. Adapun fungsi kelenjar tiroksin adalah mengatur
pertukaran metabolisme dalam tubuh damn mengatur pertumbuhan. Selain itu juga kelenjar
tiroid mempunyai fungsi:
a. Bekerja sebagai perangsang kerja oksidasi

b. Mengatur penggunaan oksidasi


c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d. Pengaturan susunan kimia darah, jaringan
4. Kelenjar Timus
Kelenjar ini di mediastinum di belakang os sternum. Kelenjar timus terletak di dalam thorak
yang terdiri dari 2 lobus. Adapun fungsi dari kelenjar timus adalah:
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal ada 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol disebut korteks.
b. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epineprin) dan non adrenalin (non epineprin)
Non adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang serabut otot di dalam
dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat
dengan cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati.
Adapun fungi kelenjar adrenal bagian korteks adalah:
a. Mengatur keseimbangan air, elektolit, dan garam.
b. Mempengaruhi metabolisme hidrat arang dan protein
c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Dan fungsi kelenjar adrenal bagian medula adalah:
a. Vaso kontriksi pembuluh darah perifer.
b. Relaksasi bronkus.
6. Pankreas.
Terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis 1 dan 2 terdiri dari sel- sel alpha dan
beta. Sel alpha menghasilkan hormon glukagon dan sel beta menghasilkan hormon insulin.
Hormon yang di gunakan untuk pengobatan diabetes adalah hormon insulin yang merupakan
sebuah protein yang turut di cernakan oleh enzim pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai
pengobatan adalah memperbaiki sel tubuh untuk mengamati dan penggunaan glukosa dam
lemak. Selain itu juga terdapat pulau langerhans yang berbentuk oval yang tersebar ke seluruh
tubuh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas. Fungsi dari pulau langerhans adalah
sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostastik nutrisi, menghambat sekresi insulin
glikogen dan poilipeptida pankreas serta menghambat sekresi glikogen.
Selain itu juga pankreas sebagai tempat cadangan bagi tubuh dan penggunaan glukosa.
7. Kelenjar ovarika.
Terdapat pada wanita dan terletak pada disamping kanan dan kiri uterus dan menghasilkan
hormon esterogen dan progesteron, hormon ini mempengaruhi uterus dan memberikan sifat
kewanitaan.
8. Kelenjar Testika.
Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan hormon testosteron yang
mempengaruhi pengeluaran sperma.
C. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan
mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.

a. Faktor genetik
Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearah DM tipe I, kecenderungan ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko
meningkat 20 x pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II / NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe 11
masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia
(resistensi insulin cenderung 65 tahun. ( Brunner dan Suddarth, 2000)meningkat pada usia
D. Patofisiologi
Terlampir.
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer, 2001 Diabetes Mellitus awalnya diperkirakan dengan adanya gejala yaitu:
a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi (banyak minum)
c. Polifagi (banyak makan)
d. Lemas
e. Berat Badan Menurun
f. Kesemutan
g. Mata kabur
h. Impotensi pada pria
i. Pruritus pasa vulva
F. KOMPIKASI
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
1. Komplikasi Akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit
DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata (Smeltzer,20002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketonik(KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan
DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (SMELTZER, 2000)
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit (Smeltzer, 2000)
2. Komplikasi Kronik

Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh
(Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada
struktural dan fungsi ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine
(Smeltzer,2000)
b. Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala pengelihatan sampai kebutaan keluhan pengelihatan kabur
tidak selalu disebabkan neuropati.
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan pembengkakan
lensa dan kerusakan lensa. (Long,1996)
c). Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem saraf otonom medulla spinalis atau
sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan- perubahan metabolik lain dalam sintesa
fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.
2). Makrovaskuler
a). Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b). Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam
terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi di
mulai dari celah celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal
dan kalus demikian juga pada daerah daerah yang terkena trauma
c). Pembuluh Darah ke Otak
Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun
(long,1996).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1). Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagan obat golongan lain, yaitu
biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2). Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa
dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat
badan.
3). Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat

menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.
b.Insulin
1). Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi) yang
beredar adalah actrapid
Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara
drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal
atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita
hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis insulin
a. insulin kerja cepat
Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan semilente
b. Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun telah mendapat
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM
sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68%
karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1. Kurangi Kalori
2. Kurangi Lemak
3. Kurangi Karbohidrat komplek
4. Hindari makanan manis
5. Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif.
Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan
melakukan olahraga terlalu berat.
H. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
, gangguan tidur / istirahat.Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktifitas letargi / disorientasi,
koma.
2. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, kebas, keseimbangan pada ekstremitas ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.Tanda : takikardi, nadi
3. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain.


Tanda : ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala : poliuria, mokturia, resi tekan abdomen, diare
Tanda : urine, pucat, kuning : poliuria (dapat berkembang menjadi olguria / anuria jika terjadi
hipovolemia berat), urine berkabut, bau buruk (infak), abdomen keras, asites, bising usus lemah
dan hiperaktif (diare).
5. Makanan / cairan
BB, hausGejala : hilang nafsu makan, mual / muntah,
Tanda : kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah.
6. Neurosesori
Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelematan pada otot, parestesia sebagai
penglihatan.
Tanda : disorientasi, mengantuk, latergi, stupor / koma
7. Nyeri kenyamanan
Gejala : abdomen tegang / nyeri
Tanda : wajah meringis tampak dengan palpitasi
8. Pernafasan
Gejala : merasa kurang O2, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda : lapar udara, frekuensi pernafasan cepat
9. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, parentesia / paralysis otot.
10. Seksualitas
Gejala : rubor vagina (cenderung infeksi)
Tanda : masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
G. Pemeriksaan Penunjang
Terlampir.
I. Pathways Keperawatan
Terlampir.
J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic hiperglikemi.
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda -Tanda Vital Stabil, Turgor kulit baik, Capillari refill kurang dari 2 detik
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
b. Kaji nadi perifer, persisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat
c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
dari terapi yang diberikan
d. Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai dengan indikasi

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dari respon
pasien secara individual.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake
oral
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Berat Badan Stabil, Nafsu makan pasien meningkat
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b. Auskulatasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntah
Rasional : Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan
motilitas / fungsi lambung
c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
Rasional : Memberikan inforensi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi leukosit, perubahan
sirkulasi darah
Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Tanda Tanda Vital Stabil
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti: demam, kemerahan, adanya pus pada
luka urine warna keruh atau berkabut.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter, dll)
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kimia.
c. Tingkatkan yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
d. Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
4. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia andogen,
ketidakseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Tidak terjadi cidera
Intervensi
a.Observasi tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : Untuk membandingkan temuan abnormal, seperti: suhu meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.
b. Evakuasi lapang pandang pengelihatan sesuai dengan indikasi
Rasional : Edema atau lepasnya retina, hemoragis, katarak / paralosis otot ekstra okuler
sementara mengganggu pengelihatan yang memerlukan terapi korektif / perawatan penyokong.
c. Pelihara aktifitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-

hari sesuai dengan kemampuannya.


Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
d. Pantau nilai laboratorium, seperti: glukosa darah, hb/ht, ureum, kreatinin
Rasional : Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi mental.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah vena atau
arteri, edema jaringan.
Tujuan: Tidak terjadi yang perfusi jaringan perifer
Kriteria Hasil : Tanda Tanda Vital Stabil, Capillary refill kurang dari 2 detik
Intervensi :
a. Catat penurunan nadi, pengisian kapiler lambat
Rasional : Perubahan ini menunjukkan kemajuan / proses kronis
b. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tangan / lutut, panas / dingin
Rasional : Sensasi sering menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap lanjut
c. Lihat dan kaji kulit untuk laserasi, lesi, area ganggren
Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan
dapat mengakibatkan infeksi / kerusakan/ kehilangan jaringan serius
d. Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat
Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat, perlu untuk
penyembuhan dan regenerasi jaringan.
6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi , defesiensi insulin
dan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan aktifitas dan latihan pasien tidak terganggu dan tidak mudah
lelah
Kritia Hasil: Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
Intervensi:
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas, buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : Mempermudah pasien untuk melakukan latihan aktifitas.
b. Berikan aktifitas alternatif dengan periodik istirahat yang cukup atau tanpa diganggu.
Rasional : Mencegah kebosanan dalam melakukan aktifitas
c. Pantau Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
Rasional : Untuk memantau keadaan umum pasien.
d. Diskusikan cara menghemat kalori beraktifitas
Rasional : Untuk mengetahui seberapa kalori tubuh yang dibutuhkan.
e.Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai toleransi
Rasional : Meningkatkan perasaan dan kondisi pasien dalam beraktifitas
7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak
dapat diobati,ketergantungan dengan orang lain. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan pasien tidak putus asa
Kriteria Hasil:
Pasien mengakui persaan putus asa , mengidentifikasi cara-cara sehat menghadapi perasaan ,
membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung
jawab untuk aktifitas perawatan diri.
Intervensi:

a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekpresikan perasaannya tentang perawatan di rumah
sakit dan penyakitnya.
Rasional : Mengudentifikasi perhatiannya dan mempermudah cara pemecahan masalah
b. Kaji bagaimana telah menangani masa lalunya
Rasional : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhannya terhadap
tujuan penanganan
c. Tentukan tujuan dan harapan dari pasien atau keluarga
Rasional . Harapan yang tidak realitas dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
frustasi atau kehilangan kemampuan koping.
d. Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.
Rasional.: Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada
saat perawatan dilakukan.
e. Berikan dukungan pada pasien untukn ikut serta dalam perawatan diri sendiri
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi
8.Resiko tinggi cidera berhubungan dengan pandangan kabur (Doengoes,2000)
Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah menurunkan resiko cedera,
mendemonstrasikan tehnik aktivitas untuk mencegah terjadinya cedera
Intervensi:
a. Kaji tingkat persepsi sensori mata
Rasional . Mengetahui ketajaman atau lapang pandang pada mata
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar
Rasional . Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
c. Berikan penerangan lampu yang cukup
Rasional : Mempermudah mengenali lingkungan
d. Jauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cidera
Rasional : Mengurangi terjadinya peristiwa yang membahayakan jiwa
9. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan darah dan nutrisi
ke jaringan
Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan berupa perawatan luka diharapkan intregitas
jaringan kembali ke keadaan sebelum sakit
Kriteria Hasil : Berkurangnya rdang dan jaringan nekrose di sekitar luka, luka bebas dari pus dan
warna kulit sama denga ektermites yang tidak luka,luka tidak berbau.
Intervensi:
a. Kaji kedalaman luka dan proses penyembuhannya.
Rasional : untuk mengetahui seberapa luas dan kerusakan jaringan
b. Melakukan perawatan luka dengan tehnim sterilisasi
Rasional : Mengurangi terjadinya resiko infeksi
c. Jaga kebersihan luka dan lingkungan sekitar luka
Rasional : Pembersihan luka mempermudah proses penyembuhan luka
d. Kolaborasi dengan mesdis pemberian antibiotika
Rasional : Pemberian antuiotik mencegah terjadinya proses infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nomer Register : 21.93.88
Tanggal Masuk :11 Mei 2007
Tgl Pengkajian : 13 Mei 2007
Dx. Medis : Diabetes Mellitus
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nafsu makan menurun, badan lemes
2. Riwayat penyakit sekarang
1 minggu yang lalu pasien mengatakan badannya sering lemes, mengantuk, badan terasa
dingin, mengantuk, dan pasien terasa haus terus, ingin minum, buang air kecil sering, dan pasien
juga mengalami diare, BAB 4X sehari konsistensi cair akhirnya keluarga membawa ke rumah
sakit untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu dan pasien
juga pernah sakit seperti yang diderita pasien saat ini tapi tidak disertai diare dan pasien juga
tidak mempunyai riwayat hipertensi, asma dan lain-lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Didalam kelurga pasien tidak ada yang menderita seperti pasien dan tidak ada yang mempunyai
riwayat hipertensi, asma dan lain-lain.
C. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen terhadap kesehatan
Kelurga pasien mengatakan apabila ada keluarganya yang mengalami gangguan kesehatannya
keluarga pasien membawa ke rumah sakit atau dokter umum terdekat dan pasien juga sering
mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran
2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk
pauk tetapi setelah masuk rumah sakit pasien nafsu makan menurun, porsi makan habis tidak ada
porsi karena bila makan terasa mual.
3. Pola cairan dan metabolik
Sebelum masuk rumah sakit minum 3-4 gelas air putih tetapi setelah masuk rumah sakit pasien
mengatakan merasa haus dan minum 5-7 gelas tiap hari
4. Pola istirahat dan tidur

Sebelum masuk rumah sakit biasanya tidur dari jam 21.00- 05.00 dan setelah masuk rumah sakit
pasien tidur seperti di rumah dan juga pasien busa tidur siang walaupun sebentar
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien tidak sering beraktivitas karena pasien badannya
terasa lemes dan mudah lelah,setelah masuk rumah sakit pasien juga badannya lemes dan apabila
melakukan aktivitas membutuhkan bantuan keluarga
6. Pola eliminasi
5-7 tiap hariSebelum masuk rumah sakit pasien pasien juga sering BAK dan setelah masuk
rumah sakit pasien BAK sering kira-kira 6-7kali. Mengenai BAB pasien BAB 1x tiap hari.
7. Pola persepsi dan kognitif
Dalam hal ini pasien tidak menggalami gangguan nyeri dan pandangan pasien tidak mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien saat ini mengatakan beliau ingin sembuh . Dan pasien merupakan seorang wanita dan
menjadi seorang ibu rumah tangga dan pasien juga menjalankan fungsinya sebagai ibu dengan
baik.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pasien seorang ibu dan sudah mengalami menopause dan sudah tidak melakukan hubungan
seksual.
10. Mekanisme koping
Apabila ada masalah pasien dalam mengambil keputusan pasien selalu musyawarah dengan
anggota keluarga baik dalam masalah kesehatan atau lainnya.
11. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan.
Pasien seorang yang beragama islam dan menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan dirumah sakit
pasien juga menjalankan sholat dengan tidur terlentang dan pasien selalu berdoa supaya diberi
kesembuhan.
D. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Pasien tampak lemah
Kesadaran : Komposmetis
Tanda- Tanda Vital : TD:130/90mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu C: 37
RR : 20x/menit
Kepala : mesosephal
Rambut : Tipis, bersih agak sedikit beruban sedikit rontok
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bersih tidak ada sekret
Hidung : Bersih, simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung
Telinga : Bersih, tidak serumen tidak mengalami penurunan pendengaran, tidak ada polip.
Mulut : Bersih membran mukosa kering, sebagian gigi sudah ada yang tanggal
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Simetris, tidak ada otot bantu nafas, tidak ada mengi
Perut : Bersih, lembek, bising usus normal, tidak ada massa.
Genetalia : Bersih, tidak ada iritasi sudah tidak terpasang kateter.
Ekstermitas atas : Terpasang infus RL 20 tetes per menit disebelah kanan

Ektremitas Bawah : Tidak terdapat edema tidak ada luka dan kaki bisa digerakkan
Kulit : Bersih turgor baik warna sawo matang
E. Pemeriksaan Penunjang
Terlampir.
F. Pengelompokan Data
1. DS: Pasien mengatakan selalu merasa haus ingin BAK terus
2. DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual
3. DS: Pasien mengatakan badannya lemes, seperti tidak bertenaga
6-7 gelas, BAK 8x tiap hari bibir tampak kering, Ht : 37,00 %1. DO: Pasien minum
2. DO: Pasien makan tidak habis porsi,muka tampak pucat, LILA 25 cm, Berat badan 62 kg
3. DO: Pasien berada di tempat tidur, lemas,aktivitas dibantu keluarga
G. Analisa Data
1. DS: Pasien megatakan merasa haus ingin BAK terus
6-7 gelas,BAK 8x tiap hari,bibir tampak kering, HtDO: Pasien minum 37,00 % Dieuresis
osmotik,hiperglikemi Resiko defisit volume cairan
2. DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual
DO: Porsi makan tidak habis porsi muka tampak pucat, LILA 25 cm, berat badan 62 kg, intake
tidak adekuat, resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. DS: pasien mengatakan badannya lemes seperti tidak bertenaga
DO: Pasien beraba di tenpat tidur,lemas aktivitas di bantu keluarga, GDS 207 mg/ dl GD PP 304
mg / dl, Penurunan metabolisme energi, kelemahan
H. Pathway Kasus Keperawatan
Terlampir.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotik, hiperglikemi
2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
3. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi
J. Intervensi
Terlampir.
K. Implementasi
Terlampir.
L. Evaluasi
Terlampir.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny.S
dengan Diabetes Mellitus di ruang Cahaya
RS Hikari Semarang mulai pada tanggal 11-12 Mei 2007 dengan memperhatikan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa
diagnosa keperawatan yang ada pada Ny.S sudah sesuai dengan tinjauan teori yang sudah ada.
Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic,hiperglikemi. Defisit
volume cairan adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tidak makan,
minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi vaskuler, intersitial atau
intraseluler (carpenito,2001).
Diagnosa ini penulis rimuskan karena pada Ny. S penulis menemukan data 8x,minum 6-7 gelas
membran mukosa kering, Ht 37 %. MasalahBAK keperawatan Resiko defisit volume cairan
dijadikan prioritas pertama karena sesuai dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu tingkat
kebutuhan fisiologis ( cairan ).
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat perencanaan dengan tujuan agar
kebutuhan volume cairan terpenuhi , dalam jangka waktu 224 jam dengan kriteria hasil tanda
tanda vital stabil (120/80 C RR:20 x/menit), turgor kulit baik,mmHg, Nadi :80 x/menit, suhu :
36-37 2 detik. Setelah dilakukan tindakanpengisian capilari reffil keperawatan. Adapun
perencanaan yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut: Kaji tanda-tanda vital dan catat
perubahan ortostastik ini di gunakan untuk mengetahui terjadinya hipovolemi ini dapat
menimbulkan takhikardi dan hipotensi, Kaji nadi perifer,capilari reffuil,turgor kulit, dan
membran mukosa ini digunakan untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan sirkulasi yang tidak
adekuat. Pantau pengeluaran dan pemasukan cairan ini digunakan untuk memberikan perkiraan
kebutuhan cairan pengganti dari terapi yang diberikan, jadi diharapkan dengan tindakan tersebut
dapat teratasi. Selanjutnya motivasi pasien untuk minum banyak dan kolaborasi pemberian
cairan intravena sesuai indikasi ini digunakan untuk mempertahankan hidrasi atau volume
sirkulasi cairan didalam tubuh dan sebagai cairan pengganti dalam tubuh.
Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan perencanaan yang ada karena didukung
adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti proses keperawatan dan
keinginannya yang besar untuk sembuh dari penyakitnya tetapi kurang efektif karena
keterbatasan waktu yang ada
Berdasarkan respon perkembangan pasien yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan
dapat teratasi sebagian dengan terpenuhinya kriteria hasil yang ada yaitu pasien mengatakan
kencing sudah berkurang tidak terasa haus , membran mukosa lembab dan turgor kulit baik.
Untuk ini penulis mempertahankan dan melanjutkan perencanaan yaitu monitor tanda- tanda
vital, cek capilari reffil, dan, mempertahankan cairan intravena sesuai indikasi.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan tubuh dimana individu
yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan yang
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak
adekuat untuk kebutuhan metabolik (carpenito, 2001 ).
Diagnosa ini penulis rumuskan karena penulis menemukan data yaitu pasien mengatakan nafsu
makan menurun, mulut pahit, porsi makan tidak habis kurang dari porsi LILA 25 cm berat

badan 62 kg.Dalam hal ini pengukuran tinggi badan tidak dilakukan karena pasien masih dalam
keadaan lemas, dan pemeriksaan laboratorium untuk hasil albumin tidak dilakukan Masalah
keperawatan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebagai prioritas kedua
karena dilihat dari tingkat kebutuhan menurut Maslow yaitu kebutuhan fisiologis. (nutrisi ).
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis merumuskan perencanaan dengan tujuan agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 1x 24 jam dengan kriteria hasil berat badan
meningkat, nafsu makan meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Adapun
perencanaan yang penulis rumuskan adalah: Kaji berat badan tiap hari ini digunakan untuk
mengetahui peningkatan pemasukan yang adekuat. Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri
abdomen, mual dan muntah ini digunakan untuk mengetahui bahwa hiperglikemi dapat
menurunkan motilitas usus dan turasi lambung. Libatkan keluarga dalam perencanaan diit sesuai
indikasi ini dipakai untuk memberitahukan tentang cara pemahaman kebutuhan kalori dalam
tubuh. Ini diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Selanjutnya kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai diit yang diberikan ini digunakan untuk mengetahui cara penghitungan dan
penyesuaian diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sehingga tidak terjadi kekurangan
nuterisi dalam tubuh.
Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan sesuai kriteria hasil yang telah ada karena
didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti proses keperawatan
dan pasien berkeinginan agar lekas sembuh dari penyakitnya namun ini kurang efektif karena
keterbatasan waktu yang ada.
Berdasarkan respon perkembangan yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan dapat
teratasi sebagian dengan terpenuhinya sebagian kriteria hasil yang ada yaitu pasien mengatakan
nafsu makan meningkat, mulut tidak pahit, porsi makan habis. Untuk itu penulis
mempertahankan menimbang berat badan tiap hari dan motivasi pasien untuk menghabiskan
makan dan menjaga kebersihan mulut.
3. Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme tubuh.
Kelemahan adalah suatu keadaan dimana menunjukkan perilaku destruktif dalam berespon
terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi stessor internal atau eksternal dalam ketidak
adekuatan sumber (fisik, psikologis, kognitif ) (carpenito, 2001 ).
Diagnosa ini penulis rumuskan karena didapatkan data pasien merasa lemes, seperti tidak
bertenaga aktifitas klien dibantu anggota keluarga, dan ditunjang adanya pemasangan infus
disebelah kanan , hasil laboratorium menunjukkan GDS 207 mg/dl GD PP 304 mg/dl. Masalah
keperawatan dijadikan prioritas ketiga karena dilihat dari keadaan umum pasien ,jika masalah ini
tidak teratasi maka ini akan memperburuk keadaan umum pasien dan timbul masalah yang baru
seperti kebersihan diri pasien terganggu.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat perencanaan yang bertujuan agar
ADL/ kebutuhan sehari- hari tidak terganggu dalam jangka waktu 1x 24 jam dengan kriteria hasil
dapat melaksanakan aktifitas ringan dengan mandiri dan menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi aktif dalam aktifitas misalnya dapat makan sendiri, menyisir rambut sendiri,
dan berlatih turun dari tempat tidur sendiri.
Adapun perencanaan yang telah penulis rumuskan adalah : diskusikan dengan klien kebutuhan
aktivitas dan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan ini dilakukan untuk
mempermudah pasien untuk melakukan aktivitas dan memotivasi untuk meningkatkan aktivitas
meskipun pasien lelah. Berikan latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup ini
dilakukan untuk mencegah kebosanan dalam melakukan latihan aktivitas dan agar masalah

kelemahan tidak bertambah buruk dengan diselingi istirahat. Pantau tanda tanda vital sebelum
dan sesudah latihan aktifitas ini digunakan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Diskusikan
dengan anggota keluarga cara menghemat energi dalam beraktifitas ini gunakan untuk
mengetahui seberapa jumlah kalori atau energi yang dibutuhkan oleh tubuh selanjutnya
tingkatkan partisipasi klien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi ini digunakan untuk
meningkatkan kepercayaan diri, harga diri yang positif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien diharapkan dengan adanya partisipasi dapat membuat percaya diri dalam
melakukan aktivitas.
Dalam pelaksanaannya penulis melakukan perencanaan yang telah dibuat dan sesuai kriteria
hasil yang ada karena didukung oleh peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti
proses keperawatan dan keinginannya besar untuk sembuh dari penyakitnya.
Berdasarkan respon perkembangan pasien yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan
dapat teratasi sebagian sesuai kriteria hasil yang ada, aktivitas tidak terganggu lagi meskipun
pasien masih lemes pasien sudah melakukan aktivitas ringan seperti makan sendiri, berlatih turun
dari tempat tidur sendiri .Untuk itu penulis mempertahankan keadaan tersebut dan melanjutkan
perencanaan yaitu berikan latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup dan tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari- hari sesuai dengan toleransi.
Selain diagnosa diatas terdapat diagnosa yang tidak muncul karena tidak ada data yang
menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut antara lain : Resiko onfeksi berhubungan
dengan penurunan leukosit, perubahan sirkulasi darah, resiko perubahan persepsi sensori
berhubungan denganperubahan zat kimia andogen , ketidakseimbangan elektrolit, glukosa dan
insulin, ini tidak didapatkan karena pandangan pasien masih 2 meter, sehingga resiko terjadinya
cidera tidakjelas dalam jarak terjadi. gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah vena atau arteri keperifer,ketidakberdayaan berhunungan dengan
penyakit jangka panjang atau progresifyang tidak diobati.Selain itu juga diagnosa kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan penurunan suplai darah dan nutrisi keperifer tidak terjadi
karena pada pasien ini tidak terdapat ulkus pada daerah perifer.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Mellitus dapat muncul
diagnosa antara lain: Resiko defisit volume cairan, Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Kelemahan. Dari masalah masalah tersebut setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 hari ternyata 3 masalah dapat teratasi namun secara sebagian dari 3
dignosa yang telah di rumuskan, dan ini bisa terlaksana atas peran aktif pasien dan bantuan dari
anggota keluarga pasien.
Dalam perawatan pasien Diabetes Mellitus yang lebih penting adalah dengan menjaga
keseimbangan antara intake dan output cairan dalam tubuh. Selain itu juga pasien Diabetes
Mellitus harus menjaga nutrisi dengan baik, supaya tidak terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi,
disamping itu juga pasien harus berlatih untuk beraktivitas supaya tidak terjadi atau timbul
masalah baru seperti masalah gangguan perawatan diri.
B. Saran
1. Bagi perawat

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus harus
memperhatikan apakah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi dan juga memperhatikan adanya
luka atau ganggren.
2. Bagi Rumah Sakit.
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas alat alat pelaksana tindakan
keperawatan. Selain itu juga menyediakan tempat untuk berbagai segi kehidupan seperti, tempat
ibadah agar tercipta suasana kekeluargaan di rumah sakit sehingga penderita atau keluarga dapat
lebih tenang dalam menghadapi penyakitnya.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa yang sedang praktek, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk serius ingin
mengetahui sisi baik, buruk dari segi sosial dan juga dari segi pendidikan keperawatan hingga
lebih berpengalaman dalam bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Terlampir.

Anda mungkin juga menyukai