Anda di halaman 1dari 3

Denpasar merupakan ibu kota Pulau Bali yang selalu ramai dikunjungi oleh para

wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Denpasar memiliki pemandangan alam


yang sangat indah yang dapat menarik banyak wisatawan dari berbagai negara untuk
berwisata ke tempat ini. Selain menyajikan pemandangan alam yang sangat indah, Denpasar
juga memiliki daya tarik wisata lain yaitu kebudayaan yang sangat unik dank khas.
Potensi/daya tarik wisata yang terdapat di kota tersebut menjadikan Denpasar sangat rentan
terhadap isu-isu lingkungan seperti sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan yang mengganggu keindahan serta kelestarian alam lingkungan Kota
Denpasar (Sugiarta, 2008).
Salah satu kawasan ekowisata yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah pantai
Kuta Bali yang terletak di sebelah selatan pulau Dewata. Di pantai ini akan kita jumpai
berbagai macam pengunjung dari wisatawan luar negeri mulai dari bule Eropa, Asia dan
Amerika, sampai 'bule lokal' dari pulau Jawa, Jakarta, dan lainnya. Karena menjadi tujuan
utama wisatawan bisa menyebabkan kemacetan lalu lintas yang mengakibatkan polusi udara
di kawasan Kuta yang menambah peningkatan polusi udara di Denpasar (Tanah-Bali.com.
2008).
Berdasarkan laporan SLH Kota Denpasar tahun 2008 menunjukkan bahwa Kota
Denpasar telah mengalami penurunan kualitas udara. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kegiatan transportasi dan industri seperti industri pembangkit listrik, kimia, bahan bangunan
umum, serta kerajinan dan logam. Namun pencemaran udara yang ditimbulkan dari sumber
industri ini tidaklah signifikan. Penyebab utama pencemaran udara di Kota Denpasar adalah
kegiatan transportasi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan volume kendaraan yang naik
secara signifikan dalam kurun waktu enam tahun terakhir dengan peningkatan sebesar 7%
untuk tiap tahunnya (SLH, 2008)
Ditinjau dari sumbernya, pencemaran udara yang terjadi di Kota Denpasar sebagian
besar bersumber dari sarana transportasi darat, antara lain:
a. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari hari ke hari tidak seimbang dengan
pertambahan panjang jalan dan perbaikan kondisi jalan, sehingga jumlah dan kepadatan
total kendaraan bermotor di jalan suatu areal tertentu (di Kawasan Kuta).
b. Meningkatnya laju emisi pencemar dari setiap kendaraan bermotor untuk setiap kilometer
jalan yang ditempuh karena macetnya jalan.

c. Tingginya biaya pemeliharaan/perawatan kendaraan bermotor sehingga kendaraan tidak


dirawat secara teratur.
d. Pembakaran bahan bakar minyak yang tidak sempurna karena mesin-mesin kendaraan
bermotor sudah tua.
e. Kurangnya jalur hijau dengan tanaman yang dapat mengabsorpsi bahan pencemar.
f. Terbatasnya dana untuk melakukan upaya pengawasan, pemantauan, pengujian kualitas
udara dan sosialisasi kepada masyarakat.
g. Pengaturan parkir kendaraan yang kurang optimal (Kusminingrum, dkk, 2008).
Selain dari sektor transportasi pencemaran udara juga dapat dihasilkan dari industri
yang antara lain adalah industri pembangkit listrik, kimia, bahan bangunan umum, serta
kerajinan dan logam.
Pencemaran atau polusi udara mempunyai dampak baik itu untuk lingkungan maupun
kesehatan manusia diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penipisan Ozon
Pemanasan Global ( Global Warming )
Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan
Terganggunya fungsi reproduksi
Stres dan penurunan tingkat produktivitas
Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak
Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak (Kara, 2013).

Oleh karena banyaknya dampak dari pencemaran udara khususnya di kawasan


ekowisata, maka diperlukan mitigasi pencemaran udara, dimana mitigasi pencemaran udara
adalah upaya untuk mengurangi dan mencegah bertambahnya polusi udara khususnya
kawasan ekowisata. Mitigasi pencemaran udara di kawasan Kuta bisa dilakukan dengan cara:
a. Penggunaan mesin tanpa timbal.
b. Beberapa gerakan penghijauan, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat melalui
gerakan sejuta pohon, gerakan bakti penghijauaan pemuda,dan lain-lain. Kegiatan
penghijauan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka pengendalian
kualitas udara
c. Pelaksanaan uji kir bagi kendaraan umum secara berkala oleh Dinas Perhubungan.
d. Pelaksanaan pemantauan kualitas udara ambien melalui Air Quality Mangement System
(AQMS atau ISPU) secara kontinyu dan sifatnya permanen (SLH, 2008).
Peningkatan kualitas udara di Denpasar Bali memberikan dampak mengurangi polusi
udara untuk semua tempat wisata yang ada di sana khususnya Kawasan Kuta. Di Kawasan
Kuta penyumbang polusi terbesar adalah sarana transportasi, sehingga mitigasi pencemaran

udara di kawasan ekowisata harus dimulai dari diri sendiri, karena dengan adanya kesadaran
seperti menggunakan kendaraan umum atau secara bersama-sama serta menggunakan bahan
bakar yang sedikit emisi bisa mengurangi terjadinya polusi udara. Jadi, mitigasi pencemaran
udara di Kawasan Kuta merupakan tanggung jawab semua warga negara Indonesia
khususnya semua masyarakat, pengunjung maupun aparat kawasan Kuta.

Referensi
Sugiarta. 2008. Dampak Kebisingan dan Kualitas Udara pada Lingkungan Kota Denpasar.
Jurnal Bumi Lestari Vol. 8, No. 2, H. 162-167.
Tanah-Bali.com. 2008. Wisata Pantai Kuta Bali. (online). http://www.tanah-bali.com/tujuanwisata-wisata-pantai-kuta-bali-14.html. Diakses pada 2 Juni 2015.
SLH. 2008. Status Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Pemerintah Kota Denpasar, Provinsi
Bali.
Kusminingrum, dkk. 2008. Polusi Udara Akibat Aktifitas Kendaraan Bermotor di Jalan
Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Bandung : Pusat Litbang jalan dan Jembatan.
Kara,

D.B.

2013.

Dampak

Pencemaran

Udara

dan

Solusinya.

(online).

http://www.sumberilmu.org/2013/05/dampak-pencemaran-udara-dan-solusinya.html.
Diakses pada 3 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai