PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu di
Indonesia dewasa ini masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara
ASEAN lainnya, menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
disebabkan oleh kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas (SDKI, 2007).
Padahal, Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) menetapkan pada
2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Adapun rencana pembangunan jangka panjang nasional 2014 menargetkan
angka itu turun menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung menurut survei
kesehatan rumah tangga (2001) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah bersalin, penyebab tersebut dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%).
(Depkes RI, 2004).
Sebenarnya kematian pada ibu ini dapat diminimalkan dengan melakukan
deteksi dini selama persalinan, seperti deteksi dini pada kala I. Sehingga
diharapkan bila ada masalah atau kejanggalan selama persalinan dapat ditangani
dengan segera.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui deteksi dini pada kala I
2. Mahasiswa mampu melakukan deteksi dini pada kala I
3. Mahasiswa mampu mengetahui rencana asuhan penyulit kala I
BAB II
1
ISI
A. Riwayat SC
Seksio sesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen dan dinding uterus.Lebih dari 85 % SC dilakukan atas indikasi
riwayat seksio sesarea, distosia persalinan, gawat janin, letak bokong.
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan kontraindikasi
untuk melahirkan karena kekhawatiran akan terjadinya ruptur uteri. Sehingga ada
pendapat menurut Cragin, 1916 yaitu, sekali seksio sesarea maka akan terus
seksio sesarea.
rahim
dan
menutupi
sebagian
atauseluruh
ostium
uteri
dengan
plasenta
previa
perlu
dirujuk
karena
dapat
dan
Gasong
masing-masing
dalam
bukunya
dapat
dicegah,
kecuali
dengan
menyelesaikan
pembekuan
darah
biasanya
disebabkan
oleh
hipofibrinogenemia.
5) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot
rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum
latum.Perdarahan
ini
menyebabkan
gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu
yang biasa disebut Uterus couvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: fetal distress dan kematian
c.Ruptura Uteri
Ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan
pervaginam
berwarna
merah
segar
serta
keadaan
janin
yang
Faktor resiko :
a. Pasca sectio caesar (terutama classical caesarean section)
b. Pasca miomektomi (terutama miomektomi intramural yang sampai
mengenai seluruh lapisan miometrium)
c. Disfungsi persalinan (partus lama, distosia)
d. Induksi atau akselerasi persalinan dengan oksitosin drip atau
prostaglandin
e. Makrosomia
f. Grande multipara
Pasien dengan rupture uteri perlu dirujuk karena memiliki komplikasi:
a.
b.
c.
d.
e.
unterys yang reguler diikuti dengan dilatasi serviks yang progresif dan atau
penipisan serviks.
Faktor risiko
a. Usia ibu
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun. Pada umur
kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan
sempurna, rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa
sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami
komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun organ kandungan sudah tua
sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah terjadi komplikasi (Jenny, 2008)
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Pada ibu nulipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup untuk
pertama kalinya, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi
cukup besar baik pada kekuatan his, jalan lahir dan kondisi janin
c. Keadaan sosial ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat, mencerminkan kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan dan kesehatan dan
pemenuhan zat gizi. Serta mempengaruhi kemampuan ibu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadahi misalnya, kemampuan untuk melakukan
kunjungan prenatal untuk memriksakan keadaan janinnya, mengetahui ada
tidaknya komplikasi kehamilan.
d. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
Risiko persalinan preterm berulang bagi ibu yang persalinan pertamanya
preterm prosentasinya adalah sebanyak 37% dan untuk ibu yang mengalami
persalinan preterm 2 kali atau lebih risikonya 70%. Meskipun ibu dengan
riwayat preterm memiliki risiko tinggi preterm berulang, peristiwa ini hanya
10% dari keseluruhan persalinan preterm. Dan 90% persalinan preterm tidak
dapat diramalkan
e. Faktor gaya hidup
Risiko kelahiran preterm meningkat yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita
bukan perokok.
f. Ras bukan berkulit putih
Hal ini menggambarkan bahwa ras kulit hitam digolongkan dalam kelas
ekonomi menengah
g. Status nutrisi yang buruk
Berab badan sebelum hamil rendah, asupan protein dan kalori tidak adekuat,
berat badan turun, pertumbuhan berat badan kurang sesuai dengan masa
kehamilan
h. Satu atau lebih aborsi spontan pada trimester kedua
i. KPD
Menurut Wiknjosastro (2008) KPD ditandai dengan keluarnya cairan berupa
ari-ari dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan
KPD jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. KPD disebabkan
oleh serviks inkopeten, peningkatan tekanan intrauterin misalnya overdistensi
uterus pada keadaan hidramnion, trauma, kelainan letak misalnya letak lintang
sehingga tidak ada bagian terenendah PAP yang menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah
j. Infeksi
Infeksi aintreauterin meliputi
korioamnionitis,
infeksi
intraamnion,
amnionitis, merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janian dan selaput
korior yang disebabkan oleh bakteri. Makin lama jarak antara ketuban pecah
dalam persalinan, makin tinggi pula risiko risiko morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin. Hal ini ditambah lagi dengan perubahan suasana vagina selama
kehamilan yang
10
kulit ketuban menonjol keluar pada TMT 2 dan awal TMT 3 dan kemudian
pecah, yang biasanya diikuti oelh persalinan
l. Vaginosis Bakterial
Sebuah kondisi ketika flora normal vagina predominan laktobasilus yang
menghasilkan hidrogen peroksida digantikan bakteri anaerob
m. Komplikasi medis dan obstetris
Komplikasi langsung dari kehamilan yaitu pre eklamsi/ eklamsia, KPD,
perdarahan antepartum, keadaan tersebut meningkatkan risiko kelahiran bayi
prematur. Pre eklamsi/ eklamsi terjadi penurunan darah ke plasenta yang
mengakibatkan
janin
kekurangan
nutrisi
sehingga
terjadi
gangguan
11
Skor
Bishop
merupakan
parameter
yang
baik
untuk
memprediksi
Sk
or tokolisis menurut Baumgarten merupakan parameter yang baik untuk
memprediksi persalinan preterm dengan atau tanpa gejala KPD. Pada
beberapa penelitian didapatkan angka kejadian persalinan preterm sebesar
10% pada skor tokolisis Baumgarten 3. Bila skor tokolisis Baumgarten 4
maka angka kejadian persalinan prematur meningkat sebsear 85%.
Gejala Klinis
a. Kram hebat seperti pada saat menstruasi
b. Nyeri tumpul pada punggung bawah
c. Nyeri atau tekanan suprapubik
12
Diagnosis
a. Anamnesa
13
infeksi
akut
dan
dideteksi
berdasarkan
14
15
16
f. Hubungan seksual terakhir: semen yang keluar dari vagina dapat disalah
artikan dengan cairan amnion
2. Pemeriksaan fisik: lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan
amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi
berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan mollase uterus dan dinding
abdomen di sekitar janin dan kemampuan balotemen dibandingkan temuan
pada pemeriksaan sebelum KPD. Ketuban yang pecah tidak menyebabkan
perubahan yang seperti ini dalam temuan abdomen
3. Pemeriksaan spekulum steril
a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia
b. Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium
c. Lihat adanya genangan cairan di forniks vagina
d. Jika tidak terlihat adanya cairan, minta ibu mengejan (perasan vasalva).
Secara bergantian beri tekanan pada fundus pelahan-lahan atau naikkan
dengan perlahan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan
cairan melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran berat
e. Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks kaseosa
jika umur kehamilan lebih dari minggu ke-22
f. Visualisasi seviks untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak
akan dilakukan
g. Visualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstremitas
janin
4. Uji laboratorium
a. Uji pakis positif
b. Uji kertas nitrogen positif
c. Spesimen untuk kultur Steptokokus Grup B
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, namun menurut Saifudin (2007)
ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Akan tetapi ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD
ini, diantaranya adalah :
a. Trauma : Amniosintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
17
kembar,
atau
polihidramnion.
d. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis serta bakteri vagina.
e. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi. ( Varney, 2004 )
Komplikasi:
a. Ibu
Infeksi
Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan membran
janin (yaitu di dalam rongga koriodesidua), di dalam membran bayi
(amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, atau di
dalam tali pusat atau janin.
1) Infeksi membran fetus seperti dicatat oleh temuan histologis atau
kultur, disebut korioamnionitis.
2) Infeksi tali pusat disebut funisitis
3) Infeksi cairan amnion disebut amnionitis.
Walaupu vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi intrauterin yang
berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam plasenta (vilitis)
jarang terjadi.
b. Janin
1) Prolaps tali pusat :tali pusat yang teraba keluar atau berada di
samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali
pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina
setelah ketuban pecah.( Referat Obstetry dan Ginecology.2009)
2) Trauma pada waktu lahir
3) Premature : Setelah ketuban pecah biasannya segera disusul oleh
persalinan, periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan
aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setela ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu
4) Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban
kurang
dari
normal,
yaitu
kurang
dari
500
18
19
20
21
I.
e.
f.
g.
Tinggi
resiko tinggi perdarahan saat persalinan, dan janin akan semakin bergerak
3.
in
vitro
(bayi
tabung)
daripada
kehamilan
spontan.
22
b. Faktor-faktor
obat-obat
induksi
ovulasi:
profertil
dan
hormon
serviks
yaitu
ketidakmampuan
serviks
untuk
23
DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit
DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit dapat menyababkan gawat janin,
hipoksia, dan asidosis. Gawat janin adalah bila ditemukan denyut jantung ajanin
di atas 160 x per menit atau di bawah 100 x permenit, denyut jantung tidak
teratur, serta biasanya ditandai dengan keluarnya mekonium yang kental pada
awal persalinan. Gawat janin bisa disebabkan karena kurangnya O2 untuk janin,
persalinan yanag lama, atau pada induksi persalinan.
Pada takikardia janin biasanya disebabkan bukan hanya hipoksia atau asidosis
tetapi juga hipertermia atau infeksi intrauterine.
Pada hipoksia, saat kontraksi, aliran darah pada pembuluh-pembuluh darah
intermural akan berkurang, saat relaksasi akan terjadi hyperemia, ini mampu
mengalihkan keadaan hipoksia, sehingga oksigenisasi janin dapat terpelihara. Bila
kontrkasi terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin, dan
menyebabkan janin mati dalam kandungan.
Asidosis adalah suatau keadaan dimana adanya peningkatan asam di dalam
darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana
tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asma dan
basa. Seiring dengan penurunan pH darah, pernapasan menjadi lebih dalam dan
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
24
Gawat Janin apabila tidak segera ditangani dapat terjadi dekompresi respon
fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ
lain serta kematian.
Kesimpulan :
Baringkan ibu miring ke kiri karena memiliki banyak keuntungan diantaranya
adanya vena besar (vena cava Inferior) yang mengembalikan darah dari bagian
bawah tubuh ke jantung sehingga akan memperlancar aliran darah yang
membawa nutrisi ke plasenta, dengan demikian oksigen dapat teralir ke janin
Perlu penanganan segera ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih baik dan lengkap,
serta tetap mendampingi ibu ke tempat rujukan
K. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5
Pada ibu multipara bisa terjadi penurunan kepala janin masuk ke panggul baru
terjadi pada saat persalinan sedangkan seorang ibu primipara seharusnya pada
usia kehamilan akhir (kurang lebih mulai 36 minggu) kepala janin sudah masuk
panggul, hal ini ditandai dengan sudah sulitnya kepala janin (jika presentasi
kepala) untuk digerakkan. Sedangkan penurunan kepala 5/5 berarti kepala janin
masih di atas PAP, menunjukkan bahwa kepala belum masuk panggul.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pada kala I fase aktif tersebut penurunan
kepala janin masih pada 5/5, antara lain: jika bayi besar atau makrosomia,
panggul ibu sempit atau DKP (Disproporsi Kepala Panggul).
Akibat yang dapat ditimbulkan dari penurunan kepala masih 5/5 pada
primipara yang sudah masuk persalinan kala 1 fase aktif adalah partus lama atau
bahkan partus macet. Pada persalianan yang berkepanjangan dan macet, Friedman
menganjurkan untuk pemeriksaan fetopelvik umtuk mendiagnosis disproporsi
kepala panggul. Terapi dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan
yang macet tanpa disproporsi sefalopelvik. Berdasarkan penelitian dari Friedman
1955 dari 500 ibu yang diteliti, hanya 2% yang menjalani seksio sesaria,
kenyataaan ini harus selalu diingat apabila kita menilai arti berbagai kelainan
persalinan menurut Friedman dalam konteks implikasi saat ini yaitu bahwa
25
26
27
kepala
tidak
ada
karena
panggul
sempit,
hidrosefalus,
28
a. Bgai Ibu : bahay yang mengancam adalah rupture uteri, baik spontan atau
waktu ekstraksi dan versi. Partus lama, ketuban pecah dini dengan
demikian mudah terdapat infeksi intrapartum
b. Bagi Janin : angka kematian 20-45 % yang dapat disababkan diantaranya
adalah prolapsusu funiculi, trauma partus, hipoksia karena kontraksi
uterus terus menenrus
Menurut Eastman dan Greenhill :
1) Bila ada panggul sempit seksio sesaria adalah cara terbaik dalam
segala letak lintang , dengan anak hidup
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesaria walaupun tidak ada panggul sempit.
4. Presentasi Majemuk
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstrimitas
pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul bersamaan
dengan kaki dan atau tangan. . Presentasi majemuk juga dapat terjadi
manakala bokong dengan tangan, tidak termasuk bokong kaiki, presentasi
bahu, atau prolaps tali pusat
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya presentasi majemuk adalah
prematuritas, multiparitas, panggul sempit dan kehamilan ganda.
Diagnosis : dapat ditegakkan apabila melalui pemeriksaan dalam vagina,
presentasi kepala teraba tangan/lengan dan atau kaki, atau presbo teraba
tangan/lengan.
Penanganan : Persalinan spontan pada presentasi ganda hanya bisa terjadi
jika janin sangat kecil atau janin mati yang sudah mengalami maserasi
(pelunakan karena terendam cairan amnion) dan apabila terjadi reposisi
spontan.
Untuk menangani presentasi ganda dimulai dengan menetapkan adanya
prolaps tali pusat atau tidak. Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka
dilakukan pengamatan kemajuan persalinan. Jika kemajuan persalinan baik,
29
yaitu pada fase aktif pembukaan serviks 1cm/jam pada primigravida dan 2 cm
pada multigravida umumnya akan terjadi reposisi spntan dan pertolongan
persalinan pervaginam sebagaimana mestinya. Namun,jika ada prolaps tali
pusat atau reposisi ini tidak berhasil maka anjurkan ibu untuk miring kiri, agar
oksigen bisa lebih mengalir ke janin.
5. Letak Sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong, kakai atau kombinasi keduanya
sebagai bagian terendah ( presentasi bokong ).Kejadian 3 - 4 %.
Diagnosis:
a. Palpasi : Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, punggung di kiri
atau kanan
b. Auskultasi : DJJ paling sering terdengar di tempat yang lebih tinggi dari
pusat
c. Pemeriksaan dalam : teraba os sacrum dan anus, kadang kaki
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
a. Letak bokong murni : presentasi bokong murni ( Frank breech ). Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan tungkai lurus ke atas
b. Letak Sungsang sempurna (Complete Breeech) : letak bokong dimana
kedua kaki ada di samping bokong
c. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak
sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Cara melahirkan pervaginam : bisa terjadi partus spontan yaitu janin dapat
lahir seluruhnya, dan manual aid. Terdapat Fase menunggu dan fase untuk
bertindak cepat.
Cara melahirkan bahu dan lengan ada cara klasik (deventer), cara lovset,
cara muller, dan bracht.
Cara melahirkan kepala umumnya dengan Mauriceau, yang lainnya adalah
de snoo, Wigand martil- Winkle, Naujoks,
Bila terdapat Kepala sulit Lahir (After Coming Head):
a. Bila janin masih hidup lahirkan kepala dengan ekstraksi forsep (cunam
piper)
30
31
32
Kombinasi yang paling sering dijumpai adalah kepala dengan tangan atau
lengan. Sebaliknya kombinasi kepala kaki dan bokong lengan sama
sama jarang ditemui. Penumbungan baik tangan dan kaki bersama - sama di
samping kepala adalah jarang. Semua kombinasi dapat disertai tali pusat yang
juga menumbung dan dengan ini kemudian menjadi masalah yang penting.
Etiologi
Menurut Harry Oxorn, etiologi presentasi majemuk meliputi semua keadaan
yang menghalangi pengisian dan penutupan PAP sepenuhnya oleh bagian
terendah janin. Faktor penyebab yang paling umum adalah prematuritas. Yang
lain adalah bagian terendah yang tinggi disertai pecahnya ketuban,
multiparitas, panggul sempit, dan bayi kembar.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan
perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang kecil. (Sarwono
prawirihardjo, 2009)
Diagnosis: Diagnosis presentasi majemuk menurut Harry Oxorn dibuat
dengan pemeriksaan vaginal ( Pemeriksaan Dalam ). Seringkali baru diketahui
setelah persalinan lanjut dan pembukaan lengkap. Menurut Sarwono
Prawirohardjo, diagnosis berdasarkan pemeriksaan luar saja sulit diteemukan,
sedangkan pada pemeriksaan dalam, disamping kepala atau bokong dapat
diraba tangan, lengan atau kaki. Kemungkinan pada pemeriksaan dalam teraba
juga tali pusat menumbung, yang sangat mempengaruhi prognosis janin
Penanganan Presentasi Majemuk: Menurut Sarwono Prawirohardjo,
apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka
penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin
dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan
seksio sesarea, sedangkan bila pembukaan lengkap, panggul mempunyai
ukuran normal pada multipara, dapat dipertimbangkan untuk melahirkan janin
pervaginam. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk
33
34
35
Prolapsus tali pusat adalah tali pusat dijalan lahir dibawah presentasi janin.
Prolapsus tali pusat ada 3 yaitu:
1. Tali pusat menumbung
Disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada
di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat
dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban
pecah.
2. Tali pusat terdepan
Disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada di samping
bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari
bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah.
3. Occult prolapsed (tali pusat tersembunyi)
Adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat
pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
Faktor Resiko:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
36
37
Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh
kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan
forceps atau persalinan letak sungsang di mana pembukaan serviks belum
lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio
uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada
polihidramnion).
c. Syok Kardiogenik
Yaitu syok yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai
pada penyakit-penyakit katup jantung.
d. Syok Endotoksik/septic
merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh
lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering
dijumpai pada abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
e. Syok Anafilatik
yaitu syok yang sering terjadi akibat alergi /hipersensitif terhadap obatobatan. Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari,
sesak nafas, pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria.
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadapa perdarahan 5001000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi
fisiologik kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika perdarahan
terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
1) Fase Kompensasi
a. Rangsangan/reflex simpatis: Respon pertama terhadap kehilangan
darah
adalah
vasokontriksi
pembuluh
darah
perifer
untuk
38
Pasien harus segera dirujuk karena akan timbul komplikasi pada ibu:
a) asidosis metabolic akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen. dapat menyebabkan
b) nekrosis hipofise dan gagal ginjal akut karena hipoksia/iskemia yang
lama pada hipofise dan ginjal
c) koagulasi intravaskular yang luas disebabkan oleh lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak.
d) Kegagalan jantung akibat berkurangnya darah koroner.
Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak
adekuat lagi dan jika penyembuhan fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.
Selain itu, syok pada ibu juga akan mempengaruhi kondisi janin
menjadi fetal distress.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
39
P.
40
2. Janin dikhawatirkan dapat mengalami asfiksia, fetal distress, IUFD, dan jika
penanganannya tidak cepat dan memadai janin bisa mengalami lahir mati.
3. Ibu juga dikhawatirkan dapat mengalami kelahan, stress, infeksi, kesadaran
menurun, dan syok.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
2. Berikan dukungan dan semangat
Q. Partus Lama
Fase aktif yaitu dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung
kira kira 7 cm. Di bagi atas :
1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
3. Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10
cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut
dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida
fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi lebih pendek.
1. Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,
berlangsung kira kira 13 14 jam.
2. Multigravida
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa penyulit kala I yang harus segera dirujuk antara lain:
1. Riwayat SC
2. Perdarahan Per Vaginam Selain Lendir Bercampur Darah (Show)
3. Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
4. Ketuban Pecah Dini
5. Ketuban Pecah Disertai Keluarnya Mekonium
6. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Kurang Bulan
7. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi
8. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (preeklamsi berat)
9. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih dapat terdiagnosa kemungkinan
makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda
10. DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit
11. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin
5/5
12. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll).
13. Presentasi majemuk
14. Tali pusat menumbung
15. Syok obstetrik
16. Fase laten berkepanjangan
17. Partus Lama
B. Saran
1. Bagi bidan: Diharapkan bidan mampu mengenali penyulit dalam persalinan
kala 1 secara dini, bidan dapat melakukan rencana asuhan pada penyulit
kala I sehingga keputusan untuk melakukan rujukan dapat dilakukan segera.
2. Bagi mahasiswa: Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui berbagai resiko
penyulit dalam persalinan pada deteksi dini pada kala I serta cara
mendeteksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary dkk. 2006. William Obstetri Volume 1. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK KR
42
43