Meningitis Tuberkulosa
Meningitis Tuberkulosa
TINJAUAN PUSTAKA
1
Definisi
Meningitis tuberculosis adalah peradangan pada selaput otak atau
meningen oleh bakteri tahan asam Mycobacterium tuberculosis.
Epidemiologi
Meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditasnya selain bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh seseorang
juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, tingkat kesadaran kesehatan
masyarakat, status gizi dan faktor genetik tertentu yang berhubungan dengan
faktor imun.
Etiologi
Meningitis tuberkulosis paling sering disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis varian hominis. Selain itu dapat pula disebabkan oleh varian lain
yaitu Mycobacterium tuberculosis varian bovis, Mycobacterium tuberculosis
varian atipik, dan Mycobacterium tuberculosis varian flavesen.
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam ordo Aktinomisetales, Famili
Mycobacteriacea dan Genus Mycobacterium.
Mycobacterium tuberculosis mempunyai ukuran panjang 2-4 mikron dan lebar
0,3-0,5 mikron. Sering ditemukan berkelompok, berbentuk filamen tetapi
mudah patah dan menghasilkan bentuk batang dan kokoid. Mycobacterium
tuberculosis atau basil tuberkel tidak bergerak, tidak membentuk spora dan
kapsel atau konidia. Hidup intraseluler dalam suasana aerob. Suhu terbaik
untuk pertumbuhannya adalah 37 C dan mati pada suhu kurang dari 30 C
atau lebih dari 42 C.
Patogenesis
2
pada
tingkat
pembukaan
tentorium,
yang
akan
dapat
menyebabkan hidrosefalus serta kelainan pada saraf otak. Saraf otak yang
biasanya terkena pada meningitis tuberkulosis akibat gejala penekanan oleh
eksudat yang kental adalah saraf otak II, III, IV dan VII. Terdapatnya kelainan
pada pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis yang menimbulkan sumbatan
dapat menyebabkan infark otak yang kemudian akan menyebabkan perlunakan
otak.
Patologi
3
2.
3.
4.
Meningitis proliferatif
Gambaran patologi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
umur, berat dan lamanya sakit, respon imun pasien, lama dan respon
pengobatan, virulensi dan jumlah basil.
Manifestasi klinik
Gambaran klinik meningitis tuberkulosis sangat variabel dan pada
permulaan penyakit sukar diketahui, perjalanan penyakit perlahan-lahan dan
keluhan sering tidak jelas dan tidak khas.
Meningitis tuberkulosis dapat muncul bertahun-tahun setelah infeksi,
ketika ruptur dari satu atau lebih tuberkel subependimal melepaskan basil
tuberkel ke ruangan subarachnoid. Progresi klinis meningitis tuberkulosis
dapat terjadi cepat atau perlahan. Progresi cepat cenderung lebih sering terjadi
pada infant dan anak usia muda. Namun yang lebih umum terjadi, gejala dan
tanda berkembang perlahan selama beberapa minggu dan dibagi menjadi 3
stadium, yaitu :
1.
dapat
mengalami
stagnasi
pertumbuhan
dan
gangguan
perkembangan.
Predominan
gejala
gastrointestinal
tanpa
manifestasi
kelainan
Stadium II (transisi)
Stadium kedua biasanya mulai dengan lebih mendadak. Tanda yang
paling umum adalah letargi, kaku kuduk, kejang, tanda Brudzinski atau
Kerniq positif, hipertoni, muntah, gangguan saraf kranial, dan tanda-tanda
kelainan neurologis fokal yang lain. Perburukan penyakit secara klinis
biasanya sejalan dengan perkembangan hidrosefalus, peningkatan tekanan
intrakranial, dan vaskulitis.
Pada beberapa anak tidak terdapat adanya tanda rangsang meningeal
namun bisa terdapat tanda-tanda ensefalitis, seperti hiperpireksia, kejang,
penurunan kesadaran atau disorientasi, defisit neurologis dan gerakan
involunter.
Pasien tampak mengantuk, disorientasi disertai tanda rangsang
meningeal. Refleks tendon meningkat, refleks abdomen menghilang,
disertai klonus patela dan pergelangan kaki.
3.
Stage II
Stage III
Stadium prodromal
2.
3.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan didapatkan kaku kuduk, suhu badan naik turun,
kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat labil, lebih sering dijumpai
nadi yang lambat, hiperestesi umum, abdomen tampak mencekung, afasia
motorik atau sensoris, reflek pupil yang lambat dan reflek tendon yang lemah.
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
Tes tuberkulin
Pemberian tuberkulin intradermal sebanyak 0,1 cc atau tes Mantoux
berguna untuk diagnosis, terutama pada anak.
4.
Tuberkel koroid
Tuberkel koroid menandakan suatu proses tuberkulosis lanjut. Nampak
sebagai fokus eksudat putih keabuan dibawah pembuluh darah retina.
5.
Pemeriksaan radiologik
-
Foto Thorak
Hampir sebagian besar penderita meningitis tuberkulosis akan
menunjukkan gambaran radiologik sesuai untuk suatu tuberkulosis.
Foto tengkorak
Pada stadium akut meningitis tuberkulosis tidak akan menjumpai
kelainan pada foto tengkorak. Pelebaran sutura menandakan suatu
peninggian tekanan intrakranial.
Pemeriksaan CT Scan
Dapat digunakan untuk diagnosis meningitis tuberkulosis, kelainan yang
nampak adalah :
Infark
Angiografi
Elektroensefalografi
Dijumpai gambaran EEG abnormal berupa perlambatan difus, bentuk
sinusoidal, teratur dengan aktivitas gelombang delta voltase tinggi.
Selain itu dapat memperlihatkan terdapatnya lesi fokal sesuai dengan
lesi infark atau fokus epileptik.
Diagnosis
Ditentukan atas dasar gambaran klinis serta yang terpenting ialah
gambaran pemeriksaan cairan otak. Diagnosis pasti hanya dapat dibuat bila
ditemukan kuman tuberkulosis dalam cairan otak. Uji tuberkulin yang positif,
kelainan radiologis yang tampak pada foto thorak dan terdapatnya sumber
infeksi dalam keluarga hanya dapat menyokong diagnosis. Uji tuberkulin pada
meningitis tuberkulosis sering negatif karena anergi, terutama dalam stadium
terminalis.
Dari pemeriksaan dan kultur cairan otak didapatkan tekanan yang
meningkat, warna dapat jernih atau xantokrom, protein meningkat sampai 500
mg/ dl, kadar glukosa LCS menurun biasanya < 40 mg/ dl tapi dapat juga < 20
mg/ dl, kadar klorida menurun, leukosit yang meningkat sampai 500/ mm 3
dengan dominasi sel mononuklear.
Penatalaksanaan
Pengobatan sedini mungkin sangat penting untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Sesuai dengan rekomendasi American Academy of Pediatric 1994,
diberikan pengobatan medikamentosa berupa kombinasi antara Obat Anti
Isoniazid (INH) 5-15 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 300 mg/ hari
Bila timbul ikterus dosis dikurangi, efek samping berupa kesemutan, gatalgatal, nyeri otot
2.
Rifampisin (R) 10-15 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 600 mg/ hari
Bila timbul ikterus dosis dikurangi, efek samping berupa mual,
trombositopenia
3.
Pirazinamid (Z) 25-35 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 2 gram/ hari
Efek samping berupa hepatitis, nyeri sendi, reaksi hipersensitif
4.
Streptomisin (S) 15-30 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 750 mg/ hari
(i.m). Efek samping berupa kerusakan nervus VIII, dan bersifat nefrotoksik
5.
Etambutol (E) 15-20 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 2,5 gram / hari
Efek samping berupa gangguan penglihatan
6.
Prednison 1-2 mg/ kgBB/ hari selama 2-3 minggu, dilanjutkan dengan
tapering off
Steroid diberikan untuk mencegah arteritis/ infark otak, komplikasi
10
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
Tes tuberkulin
4.
Tuberkel koroid
5.
Pemeriksaan radiologik
Penatalaksanaannya berupa pemberian OAT yang dikombinasikan
dengan kortikosteroid
8.
11
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
5.
12