PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
7.
BAB II
2
4.
5.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3
3.1 ETIOLOGI
Cryptosporidium adalah protozoa patogen dari divisi Apicomplexa dan
menyebabkan
penyakit
diare
yang
disebut
cryptosporidiosis.
Genus
: Ampicomplexa
Kelas
: Sporozoasida
Subkelas
: Coccidiasina
Ordo
: Eucoccidiorida
Subordo
: Eimeriorina
Famili
: Cryptosporidiidae
Genus
: Cryptosporidium
dari Cryptosporidium
sp.yang
patogen
pada
manusia
lambung dan usus halus. Cryptosporidium sp.terdiri atas berbagai spesies diantaranya
dapat dilihat pada Tabel 1.
parvum yang
menyebabkan
diare
kronis
dan
muntah
Tabel 2. Asosiasi Cryptosporidiosis pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi
Bisa dikatakan bahwa resiko dataran tinggi terhadap Cryptosporidiosis
kejadiannya 1,67 kali dibandingkan dengan daerah dataran rendah. Kejadian
Cryptosporidiosis ini sangat erat hubungannya dengan kondisi daerah. Cryptosporidiosis
lebih tinggi pada periode musim dingin daripada musim panas (CHAI et al., 1996 dalam
RAN YU et al., 2004).
Kecamatan Selat dan Sidemen merupakan daerah dataran tinggi memiliki
kelembaban berkisar 6585%, suhu lingkungan 2432C. Curah hujan cukup tinggi
merupakan kondisi sesuai untuk berkembang dan menyebarnya C. parvum.
Kecamatan Karangasem dan Manggis merupakan dataran rendah dengan
kelembaban 5565%, suhu lingkungan 2833C. Dataran rendah ini merupakan kondisi
yang kurang mendukung perkembangan protozoa karena daerahnya kering dan musim
panas yang lebih lama dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Ookista C. parvum
penyebarannya dipengaruhi pula oleh sifat biologi yang dimiliki. Ookista cukup tahan
pada kondisi lembab morfologi dindingnya cukup tebal, yang menyebabkan tetap tahan
di alam sehingga dikenal dengan hidden spore atau underground spore (UPTON, 2004).
3.4 SIKLUS HIDUP
Tahap infeksi dari protozoa ini adalah ookista dengan ukuran 5-7m, yang tahan
terhadap kondisi lingkungan. Infeksi terjadi karena ookista masuk dan teringesti ke induk
semang yang cocok. Ookista melakukan eksitasi dan mengeluarkan sporozoit infektif
yang akan menjadi parasit pada sel epitel terutama dalam saluran pencernaan inang.
dari
Cryptosporidium
sp..
Faktor
penyebab
paling
tinggi
terhadap
penyakit
Cryptosporidiosis adalah ternak yang diberikan air minum yang airnya tersebut diambil
dari sungai. Dimana biasanya peternak akan mengandangkan ternaknya tersebut di dekat
sungai untuk mempermudah mendapatkan air untuk membersihkan kandangnya sehingga
pada saat peternak tersebut membersihkan kandang dengan feses ternak yang terinfeksi
Cryptosporidium sp. maka bekas-bekas pembersihan tersebut mengikuti aliran sungai
dan ketika ada hewan yang meminum air di sungai itu, hewan tersebut akan terinfeksi.
Penyakit ini bersifat zoonosis disebabkan karena Cryptosporidium sp. memiliki
bermacam-macam reservoar seperti unggas, ikan, reptile, mamalia kecil ( tikus,kucing,
anjing) dan mamalia besar terutama sapi, domba, kambing ,babi dan kuda.
10
11
Salah satu faktor penyebab Cryptosporidiosis pada pedet adalah kontak langsung
dengan lantai yang sebelumnya sudah tercemar Cryptosporidium parvum yang berasal
dari ternak dan lingkungan tercemar. Kualitas kolostrum yang bermutu jelek juga
merupakan predisposisi terjadinya Cryptosporidiosis pada pedet. Penggunaan pupuk
kandang untuk tanaman baik di ladang dan sawah merupakan faktor yang dapat
menyebarkan kejadian Cryptosporidiosis pada pedet.
Cryptosporidiosis yang terjadi pada hewan dewasa dapat disebabkan karena
adanya autoinfeksi serta dapat sebagai reservoar parasit anthropozoonosis yang
berbahaya bagi manusia dan merupakan agen penyakit zoonotik yang memungkinkan
terjadinya infeksi lebih lanjut. Pada hewan dewasa infeksi terlihat tidak begitu menonjol
dibandingkan dengan hewan muda. Hal ini disebabkan adanya peran sistem kekebalan
yang telah dimiliki oleh hewan dewasa.
12
3.7 DIAGNOSA
Ada banyak tes diagnostik untuk Cryptosporidium, diantaranya secara
mikroskopis, staining (pemberian noda), dan deteksi dari antibodi.
a)
b)
c)
Deteksi antigen merupakan cara lain untuk mendiagnosa penyakit. Ini dapat
dilakukan dengan Direct Fluorescent Antibody (DFA).
d)
e)
3.8 TINDAKAN
Pengobatan
Pengobatan awal yang dapat dilakukan adalah dengan penggantian cairan yang
hilang
yaitu
dengan
pemberian
elektrolit
hangat.
Anak
sapi
yang
terinfeksi Cryptosporidium sp.terutama jika menunjukkan gejala diare yang parah harus
diberikan cairan tersebut secara oral maupun parenteral, bila perlu sampai pemulihan
terjadi. Anak sapi masih diberikan susu dalam jumlah kecil beberapa kali sehari untuk
mengoptimalkan pencernaan dan untuk meminimalkan penurunan berat badan.
Halofuginone dilaporkan dapat mengurangi produksi ookista pada domba yang
diinfeksi secara eksperimental dan pada anak sapi yang terinfeksi secara alami maupun
yang diinfeksi secara eksperimental. Pemberian paromomycin sulfat dengan dosis 100
13
mg/kg/hari PO selama 11 hari telah terbukti berhasil dalam mencegah penyakit secara
alami dalam uji coba di lapangan pada anak kambing.
Pencegahan
Hal yang sekiranya dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Cryptosporidiosis nadalah
sebagai berikut :
1. Mencegah
penggunaan
air
yang
terkotaminasi
dengan
ookista
Cryptosporidium sp..
2. Mencegah kosumsi pakan hewan yang terkotaminasi dengan ookista
Cryptosporidium sp..
3. Isolasikan hewan penderita Cryptosporidiosis sampai hewan tersebut
sembuh
4. Menghindari
terpapar
dengan
feses
hewan
atau
manusia
yang
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu penyebab kasus Cryptosporidiosis pada pedet adalah adanya kontak
langsung dengan lantai yang sebelumnya sudah tercemar Cryptosporidium sp.yang
berasal dari ternak dan lingkungan tercemar. Kebanyakan hal ini terjadi karena hewan
yang biasa mengkosumsi air sungai.
sungai, air telaga atau air kolam (air permukaan tanah) untuk pemberian minum
ternaknya. Selain itu juga ternak yang mudah terinfeksi adalah hewan yang ditempatkan
pada kandang dengan alas tanah, karena alas tanah menyebabkan kondisi kandang
menjadi lembab (Muhid et al. (2011). Ternak yang menggunakan alas kandang tanah
memiliki resiko terinfeksi Cryptosporidium sp.lebih tinggi daripada ternak yang
menggunakan alas kandang semen.
Sistem pemeliharaan ternak sapi terdiri dari 3 cara, yaitu dikandangkan terusmenerus (intensif), dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari (semiintensif), dan dilepas atau digembalakan secara terus-menerus (ekstensif). Sistem
pemeliharaan ternak yang dikandangkan secara terus-menerus lebih lebih mudah
terinfeksi dibandingkan dengan ternak yang dilepas pada siang hari dan dikandangkan
pada malam hari dan dilepas atau digembalakan terus menerus . Prevalensi infeksi
Cryptosporidium sp.lebih tinggi pada ternak yang dikandangkan secara terus-menerus,
karena pada umumnya ternak defekasi dan mengkonsumsi pakan dan air pada tempat
yang sama (Muhid et al. 2011).
Frekuensi membersihkan kandang termasuk faktor yang dapat memengaruhi
prevalensi infeksi Cryptosporidiosis pada ternak sapi. Kandang yang dibersihkan secara
terus-menerus dapat mengurangi tumpukan feses sapi yang berpotensi sebagai media
penyebab infeksi Cryptosporidiosis.. Kandang yang jarang dibersihkan menyebabkan
adanya tumpukan kotoran yang dapat mengakibatkan kondisi kandang menjadi lembab.
15
Kondisi lingkungan yang basah dan cukup lembab dapat menyebabkan ookista
Cryptosporidium
sp.bertahan
hidup
selama
berbulan-bulan,
namun
ookista
Cryptosporidium sp.tidak dapat bertahan lama pada kondisi kering. Salah satu faktor
penyebab infeksi Cryptosporidium sp.adalah sumber air yang digunakan oleh peternak
sapi (Office International des Epizooties (2004).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Cryptosporidiosis merupakan suatu infeksi usus halus yang disebabkan
oleh Cryptosporidium sp.. Penyakit ini bersifat zoonosis yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia dan juga sebaliknya melalui perantara air atau makanan yang
terinfeksi oleh ookista Cryptosporidium sp.yang mengakibatkan diare yang sangat serius
bagi penderitanya. Gejala klinis lain yang dapat terlihat yaitu kelesuan, anoreksia dan
dehidrasi. Dehidrasi berat, kelemahan dan koleps juga dapat terjadi pada kasus diare akut.
Biasanya hal ini terjadi pada hewan yang berumur muda. Diagnosa banding dari penyakit
ini adalah Eschericia coli, Salmonella, dan Giardiasis/Lamblia. Umur hewan paling
rentan terinfeksi adalah pada umur 1 30 hari.
5.2 SARAN
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disarankan kepada para peternak untuk
melaksanakan penangan sanitasi lingkungan kandang secara lebih intensif, terutama di
daerah dataran tinggi. Pencemaran air oleh sejumlah ookista Cryptosporidium
sp.diperlukan langkah-langkah penanggulangan seperti perlunya pembuatan saptik tang
untuk menampung kotoran ternak, dan diupayakan pengeringan kotoran sebelum dipakai
pupuk. MengingatCryptosporidiosisadalah penyakit zoonotic maka para peternak perlu
diberikan penyuluhan untuk mengetahui dan mencegah Cryptosporidiosis ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Cipatujuh
dan
Cikalong,
Tasikmalaya,
Jawa.Fakultas
Kedokteran
17
18