yang didefinisikan sebagai insersi pisau laringoskop ke mulut pasien, baik dengan
atau tanpa menggunakan endotracheal tube (ET).
Penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
GVL
memiliki
tingkat
keberhasilan pada upaya pertama yang lebih tinggi daripada DL (75% berbanding
68%, p = 0,03), dan tingkat keberhasilan lebih tinggi secara keseluruhan yaitu
70% berbanding 56%, p = 0.00. Kegagalan intubasi DL dilaporkan terutama
karena ketidakmampuan untuk memvisualisasikan jalan napas, sementara
kegagalan intubasi GVL umumnya karena ketidakmampuan untuk mengarahkan
tabung ET ke dalam saluran napas. Menariknya, intubasi DL memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi secara keseluruhan pada tindakan intubasi yang
tidak berhasil pada percobaan pertama (57% berbanding 38%, p = 0,003). Hal ini
mungkin terkait dengan alasan kegagalan perangkat seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Reposisi, penyesuaian pisau, dan manuver lain dapat meningkatkan
visualisasi kabel di DL. Selain itu, sebagian besar dokter umumnya lebih nyaman
dengan DL, sehingga mereka cenderung mencoba beberapa kali dengan DL
sebelum beralih menggunakan GVL.
Fiberoptic Laryngoscopy Compared to Video Laryngoscopy GlideScope
Versus Flexible Fiber Optic for Awake Upright Laryngoscopy. Silverton NA
et al. Ann Emerg Med 2012; 50:159-164.
Dokter unit gawat darurat sudah berpengalaman dalam tindakan intubasi
untuk menangani kegawatan pada pasien yang kritis dalam posisi terlentang
(supine). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan posisi terlentang
kurang ideal oleh karena kemungkinan peningkatan desaturasi yang cepat seperti
pada pasien gagal jantung akut, angioedema, kehamilan usia tua, dan obesitas.
Pada kondisi ini biasanya digunakan Fiberoptic Laryngoscopy (FL) dengan teknik
intubasi yang memiliki kesulitan tersendiri. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemungkinan penggunaan GlideScope Video
Laryngoscopy (GVL) pada kasus seperti ini.
Penelitian ini merupakan penelitan prospektif random pada 23 pasien
sadar yang diberikan anestesi lokal yang kemudian dilakukan tindakan
pemasangan
alat
intubasi.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
digunakan tepat.
Video laryngoscopy (VL) dengan teknik track-based atau channel-based
dapat membantu pemasangan intubasi yang lebih cepat dengan trauma
minimal dibandingkan dengan Video laryngoscopy (VL) stylet-guided
untuk intubasi.
Penggunaan stylet khusus pada Video laryngoscopy (VL) menunjukkan