Bab II
Bab II
Bab II
Aneke S. M. Hermanus
(1008012001)
Litry Y. A. Messakh
(1008012007)
Yuselin Taopan
(1008012013)
Marthen D. J Nyola
(1008012019)
(1008012026)
Reinildis H. U Hane
(1008012032)
(1008012038)
(1008012044)
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
18
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3 Asuransi Sosial dan Komersial...................................................
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Restrukturisasi Pelayanan Kesehatan..................................
BAB I
PENDAHULUAN
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia.
Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup
yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya
termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta
pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,
menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan
lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar
kekuasaannya.(1)
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara
mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan
kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke
58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi
perlunya
pengembangan
sistem
pembiayaan
kesehatan
yang
menjamin
setiap orang mempunyai hak yang sama d8alam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.(1)
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.
Usaha
ke
arah
itu
sesungguhnya
telah
dirintis
pemerintah
dengan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM RUJUKAN
Definisi
Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal atau horisontal, dalam arti dari
unit yang kemampuannya kurang ke unit yang lebih mampu.(3)
Jenis-Jenis
Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan
rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat
bersifat vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan
upaya penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya.
Rujukan kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan
horisontal yang terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta upaya yang mendukungnya.(4)
Kegiatan rujukan meliputi pengiriman : (3)
a)
b)
c)
d)
Alur Rujukan
Alur rujukan pasien berlaku secara umum, kecuali bagi rujukan kasus
kegawatdaruratan, bencana atau rujukan khusus. Ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam alur rujukan yaitu: (4)
a. Klasifikasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit umum dan khusus kelas A sebagai rujukan bagi rumah sakit umum
kabupaten/kota dengan klasifikasi B, C atau D atau fasilitas pelayanan kesehatan
lain, termasuk rumah sakit TNI / Polri dan swasta di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Rumah sakit umum kelas B menjadi tujuan rujukan dari rumah sakit
umum kelas C. Rumah sakit umum kelas C menjadi tujuan rujukan dari rumah
sakit umum kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang dituju.
Rumah sakit umum kelas D menjadi tujuan rujukan dari puskesmas. Dalam hal
keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap rumah sakit yang dituju maka rujukan tidak harus mengikuti rujukan
berjenjang.(misal bisa RS kelas D atau RS kelas D ke A).
b. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil pemetaan wilayah dan tujuan rujukan masing-masing
Kabupaten/Kota bisa berdasarkan lokasi geografis, fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu dan terdekat.
c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis
Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan yang
dapat dikoordinasikan di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain: Balai
Laboratorium Kesehatan.
2.2 Regionalisasi sistem rujukan terstruktur dan berjenjang
Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan dengan
penetapan batas wilayah administrasi daerah berdasarkan kemampuan pelayanan
medis, penunjang dan fasilitas pelayanan kesehatan yang terstuktur sesuai dengan
kemampuan, kecuali dalam kondisi emergensi.(2)
Tujuan Penyelenggaraan sistem rujukan terstruktur dan berjenjang :
a. Mengembangkan regionalisasi sistem rujukan berjenjang di provinsi dan
kabupaten/kota
b. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan rujukan RS
c. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan rujukan sampai ke daerah
terpencil dan daerah miskin
Kesehatan
Nasional
(JKN)
yang
b.
Anggota TNI;
c.
Anggota Polri;
d.
Pejabat Negara;
e.
f.
g.
Investor;
Pemberi Kerja;
Penerima Pensiun;
Veteran;
Perintis Kemerdekaan; dan
Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar Iuran.
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh Peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan.
Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). (1)
Pembayar Iuran (1)
Pembayaran Iuran(2)
Paket manfaat
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu
manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi
akomodasi dan ambulans.Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis. (1)
Pelayanan kesehatan yang dijamin (1)
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Administrasi pelayanan
Pelayanan promotif dan preventif
Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama dan
Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
g.
h.
i.
j.
medis
Rehabilitasi medis
Pelayanan darah
Pelayanan kedokteran forensik
Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
alkohol.
9) Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
10) Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans
(manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila
Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
keadaan kegawatdaruratan medis. (1)
Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib
memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman
tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang
tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi. (1)
Asuransi Komersial
2 . Profit
3Manfaat sesuai dengan premi yang
dibayarkan.
Tabel 2.4 Asuransi Sosial dan Asuransi Komersial
Kekurangan pelaksanaan JKN oleh BPJS yaitu meskipun manfaat yang
dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat-manfaat yang
tifaka dijamin oleh BPJS. Selain itu, kendala yang dapat terjadi adalah kurangnya
infrastruktur di daerah, peralatan dan perlengkapan yang masih belum ada dan
terdistribusi di daerah, kurangnya sumber daya manusia yang siap untuk
melakukan pelayanan, universal akses yang masih menjadi hambatan terbesar,
pengetahuan masyarakat mengenai BPJS, koordinasi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan berbagai macam isu yang masih harus ditangani oleh
pemerintah, akademisi, peneliti, pemerhati kesehatan, kelompok profesi dan
lembaga independen lain. (1)
BAB III
PENUTUP
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan
Sosial Nasional yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan tujuan agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
Penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional akan mulai ditetapkan 1
januari 2014 dan akan diselenggarakan oleh BPJS. Seluruh stakeholder terkait
harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, termasuk pembentukan regionalisasi
sistem rujukan. Diharapkan seluruh provinsi sudah dapat menyusun dan
melaksanakan sistem regionalisasi sebelum januari 2014
Daftar Pustaka
1. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
2. Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang dalam Rangka Menyongsong
Jaminan
Kesehatan
Nasional
(Regionalisasi
Sistem
Rujukan),
RANCANGAN
PERATURAN
GUBERNUR
DAERAH
2011.
p.
2.
Available
from: