ABSTRAK
Iklim regional Papua dipengaruhi oleh Zona Konvergensi Inter-tropis (ITCZ). Tiga sirkulasi utama yang
mengendalikan ITCZ di wilayah tersebut meliputi sirkulasi meridional Hadley, palung meridional kutub
(South Pacific Convergence Zone) dan sirkulasi zonal Walker. Sirkulasi angin permukaan di Papua
dipengaruhi oleh angin pasat tenggara dan angin pasat timur laut serta angin monsun barat-an. Akan tetapi
di wilayah dataran tinggi, iklim Papua juga dipengaruhi oleh proses konvektif dan sirkulasi angin lokal.
Pada studi ini, kami memaparkan analisis data meteorologi Papua menggunakan data pemantau cuaca
otomatis (AWS) dari berbagai elevasi dan data radiosonde sebagai pembanding. Data AWS diperoleh dari
PT. Freeport Indonesia (PTFI) yang terpasang mulai dari pesisir selatan Papua sampai ke dataran tinggi
dekat pegunungan Puncak Jaya serta data stasiun BMKG Timika. Analisis menunjukkan bahwa laju susut
temperatur permukaan sekitar 5C/km. Rentang temperatur harian semakin besar pada ketinggian dibawah
~2.500 m d.p.l dan diatas ~3.500 m d.p.l. Total presipitasi tahunan tertinggi terjadi pada ketinggian sekitar
617 m d.p.l (~12.500 mm/tahun). Diatas ketinggian ~600 m d.p.l, total curah hujan siang hari lebih tinggi
dari curah hujan malam hari dan sebaliknya dibawah ~600 m d.p.l.
Kata kunci: meteorologi, AWS, Radiosonde, Papua, Indonesia
ABSTRACT
Regional climate setting of Papua is mainly controlled by the intertropical convergence zone (ITCZ). Three
major circulation systems control the ITCZ in the region including the meridional Hadley circulation, the
South Pacific Convergence Zone and the zonal Walker circulation. Surface wind system over Papua is
affected by easterlies trade winds and the equatorial or monsoon westerlies. However, in highland of Papua,
its climate is dominated by local convective processes and local wind circulation. Here, we present
meteorological data analysis based on automatic weather stations (AWS) data from different elevation and
radiosondes data in Papua. AWS data were acquired from PT. Freeport Indonesia (PTFI) who installed
automatic weather stations from southern coast of Papua to highland of Papua near Puncak Jaya Mountains
as well as from BMKG station in Timika. Analysis of the data shows that the surface temperature lapse rate is
about 5C/km. Greater diurnal temperature differences are identified at below ~2,500 m a.s.l and at above
~3,500 m a.s.l. The highest annual precipitation of ~12,500 mm/ year is recorded at an elevation of 617 m. At
above ~600 m a.s.l, the daytime precipitation is higher than during the night and vice versa at below ~600 m
a.s.l.
Keywords: meteorology, AWS, Radiosonde, Papua, Indonesia
151
I. PENDAHULUAN
Papua merupakan provinsi terbesar dan paling
timur dari 33 provinsi di Republik Indonesia.
Sebelum tahun 2002, Provinsi Papua dan Papua
Barat masih menjadi satu dengan nama provinsi
Irian Jaya. Irian Jaya mencakup bagian barat dari
pulau New Guinea dengan luas area 410.600 km2
berada pada 019'-1045' LS dan 13045'-14148'
BT 1). Pulau New Guinea merupakan pulau terbesar
kedua di dunia setelah Greenland. Provinsi Papua
berbatasan dengan negara Papua New Guinea
(PNG) di sebelah timur, dan Provinsi Papua Barat
di sebelah barat, serta berbatasan Samudra Pasifik
di sebelah utara dan Laut Arafura di sebelah
selatan. Vegetasi alami di wilayah ini terdiri dari
hutan hujan tropis di dataran rendah dan
pegunungan, walaupun daerah padang rumput
(savana) juga terdapat di pesisir bagian selatan
yang memiliki iklim musim berbeda 2). Daerah
pegunungan di Papua berada di bagian tengah yang
memanjang dari arah barat - barat laut ke arah timur
- tenggara dengan ketinggian yang kebanyakan
melebihi 3.500 m di atas permukaan laut (d.p.l) dan
memiliki puncak di Puncak Jaya (404' LS; 13709'
BT; 4.884 m d.p.l) (Gambar 1) 3),4).
1.1.Sirkulasi Utama di Papua
Karena posisinya di ekuator, iklim regional di
Papua sangat dipengaruhi oleh Zona Konvergensi
Inter-tropis (Intertropical Convergence Zone,
ITCZ), yakni daerah pertemuan (konvergensi)
antara angin pasat timur laut di belahan bumi utara
(BBU) dan angin pasat tenggara di belahan bumi
selatan (BBS). Ada tiga sistem sirkulasi utama yang
mengendalikan ITCZ di wilayah New Guinea 4),5).
Pertama, sirkulasi meridional Hadley yang
disebabkan oleh perbedaan suhu antara wilayah
ekuator dan wilayah subtropis. Angin permukaan
menuju ekuator, lalu masa udara naik di dekat
ekuator dan angin di udara atas mengalir menuju
kutub dan turun kemudian di wilayah tekanan
tinggi subtropis. Kedua, palung meridional kutub
(meridional polar troughs). Palung lintang
menengah yang paling berpengaruh di wilayah
Papua adalah Zona Konvergensi Pasifik Selatan
(South Pacific Convergence Zone, SPCZ). Ketiga,
sirkulasi zonal Walker yang disebabkan oleh
perbedaan suhu permukaan laut (SPL) di sepanjang
samudra Pasifik tropis. ITCZ bergerak ~15 ke
utara dan selatan dari garis ekuator dalam setahun
sesuai dengan SPL terpanas.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
152
Gambar 1. Peta area studi provinsi Papua, Indonesia beserta lokasi data meteorologi di wilayah Papua 6).
Gambar 2. Rata-rata vektor angin 10 meter pada bulan (a) Februari, (b) April, (c) Juli dan (d) November menggunakan data
reanalisis GMAO/GEOS-5 MERRA dari Jan 1979 - Apr 2011. Kurva hitam mengilustrasikan NMSL dan
SMSL. Daerah diantara NMSL dan SMSL dipengaruhi oleh angin monsun barat-an. Satuan unit dalam
meter/detik 6).
ANALISIS DATA METEOROLOGI DARI PEMANTAU CUACA OTOMATIS...................................................Donaldi Sukma P.
153
II.METODE PENELITIAN
2.1. Stasiun Pemantau Cuaca Otomatis (AWS)
PTFI
Dalam kerjasama internasional mengenai
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
154
No
Stasiun
Kode
Elevasi
(m d.p.l)
Periode
Portsite (04,83
LS;
PORT
136,84 BT)
Jan 2004
Des 2010
Mile 21 (04,62
MP21
LS;
136,91 BT)
27
Jan 2004
Okt 2010
Timika (04,53
LS;
136,89 BT)
TMK
37
Jan 2000
Des 2010
Kuala Kencana
(04,41 LS;
136,86 BT)
KK
67
Jan 2004
Feb2010
Mile 50 (04,28
LS;
MP50
137,01 BT)
617
Mile 66 (04,15
LS;
MP66
137,10 BT)
2350
Mar 2008
Des 2009
Tembagapura
(04,14 LS;
137,09 BT)
TPRA
1900
Jan 1999
Feb 2008
Ridgecamp
(04,10 LS;
137,13 BT)
RCM
P
2410
Jan 2004
Des 2010
Mile 74 (04,09
LS;
MP74
137,12 BT)
2750
Jan 2004
Des 2010
Dispatch Tower
DISP
10
(04,07 LS;
137,11 BT)
11
12
GrasbergNursery
(04,04 LS;
137,12 BT)
GRB
Alpine (04,05
ALP
LS; 137,14 BT)
4109
3945
~4400
Jan 1999
Des 2010
Jan 2000
Des 2010
Jan 2000
Apr 2009
Lokasi Stasiun
Elevasi
(m d.p.l)
Periode
Biak
(01,18 LS;
136,12 BT
11
Apr 1994
Mei 2011
Merauke
(08,47 LS; 140,38 BT)
Apr 1994
Mei 2011
Momote
(02,07 LS; 147,03 BT)
Des 1997
Feb 2011
49
Des 1999
Feb 2011
155
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
156
157
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
158
159
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
160
IV.KESIMPULAN
Data meteorologi diperoleh dari jaringan AWS
yang dioperasikan oleh PTFI dan dipasang mulai
dari pesisir pantai selatan Papua (9 m d.p.l) sampai
dengan ~4.400 m d.p.l dekat pegunungan Puncak
Jaya dan data radiosonde dari empat lokasi di
wilayah New Guinea sebagai pembanding.
A n a l i s i s d a t a m e t e o r o l o g i AW S P T F I
menghasilkan informasi berikut:
V. SARAN
Untuk penelitian lebih lanjut, BMKG
mempunyai beberapa stasiun meteorologi yang
tersebar di wilayah Papua, walaupun lokasinya
lebih banyak berada pada elevasi rendah. Integrasi
data meteorologi dari stasiun-stasiun tersebut
dengan data meteorologi dari PTFI yang mewakili
wilayah dataran tinggi akan meningkatkan
pemahaman terhadap kondisi iklim di Papua.
161
4)
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 151 - 162
162