PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakag
Memiliki Keluarga ideal adalah dambaan setiap orang ddan dengan Keluarga Berencana (KB)
Merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang palg dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket !elayanan Kesehatan
Reproduksi perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga
Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan .
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana
olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi padapertumbuhan yang
seimbang.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun
70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apasaja yang termasuk KB NonHormonal?
b. Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal?
1.3 Tujuan
a. Agar Dapat Mengetahui Apasaja yang termasuk KB NonHormonal
b. Agar Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
menggunakan suatu
alat
Tujuan Kontrasepsi
a. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
b. Untuk menjarang kehamilan
c. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan
2.1.3
Cara
Cara
1)
2)
3)
2.1.4
Kerja Kontrasepsi
kerja dari kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya :
Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
Melumpuhkan sperma.
Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.
Page
2
Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam
2.2.1 Efektivitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah
melahirkan belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa
memberikan makanan atau minuman tambahan).
Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas
menyusui. Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya secara benar. Bila
dilakukan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan
setelah persalinan.
2.2.2
Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi
prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan
hormon
gonadotrophin
melepaskan
hormon
penghambat
(inhibitor).
Hormon
yang optimal.
Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai.
Untuk Ibu
Keterbatasan
2.2.4
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan.
Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial. (Pada Ibu Bekerja ).
Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan..
Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
Yang Dapat Menggunakan MAL Ibu yang mmenyusui secara eksklusif, bayinya
berumur
Keadaan
Ketika
mulai
memberikan
Perhatian
makanan Membantu
klien
memilih
metode
lain.
pendamping secara teratur (menggantikan satu Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
kali menyusui)
pemberian ASI.
Membantu klien
Page
4
memilih
metode
lain.
memilih
metode
lain.
memilih
metode
lain.
2.2.5
ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2
teguk air/minuman pada upacara adat/agama.
menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
Cara Menyusui
Seringnya menyusui
Lamanya setiap kali menyusui
Jarak antara menyusui.
Kesungguhan menyusui.
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah..
2.3.2
tahun)
Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
lain.
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
KontraIndikasi
2.4 Kondom
2.4.1
Definisi
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata.
Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).
2.4.2
Jenis-jenis
Ramadhan (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis kondom yaitu kondom
laki-laki dan kondom wanita
Kondom laki-laki
Kondom laki-laki merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan
pada penis ketika melakukan hubungan seksual. Kondom berguna untuk
mengumpulkan semen sebelum, selama, dan sesudah masa ejakulasi dan
menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan kondom yang benar dapat
mengurangi
risiko
penularan
Page
7
Kondom wanita
Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti sarung atau kantong
dengan panjang 17 cm (6,5 inci). Bahan ini kurang menyebabkan alergi
dibandingkan dengan latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek (40%
lebih kuat dari latex) tetapi tipis sehingga sensasi yang dirasakan bisa tetap
dipertahankan. Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan
penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan dengan benar
wanita
Indikasi
BKKBN (2003) menjelaskan bahwa terdapat indikasi khusus dan indikasi umum
dalam pemakaian kontrasepsi kondom.
1) Indikasi khusus penggunaan kondom yaitu:
Page
8
Kontraindikasi
Simbolon
(2011)
menjelaskan
bahwa
kontraindikasi
pemakaian kontrasepsi
kondom yaitu
2.4.5
Pada pria dengan ereksi yang tidak baik atau gangguan ereksi.
Pada pasangan yang alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom.
Waktu penggunaan
Lubis (2008) menjelaskan waktu penggunaan kondom laki-laki yaitu sebelum
melakukan hubungan seksual setelah penis ereksi, sedangkan pada kondom wanita yaitu
sebelum melakukan hubungan seksual saat lubrikasi vagina dirasa telah cukup
2.4.6
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI (2012) yaitu:
1) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut
Page
9
Cara penggunaan
Cara
1) Kondom laki-laki
(a) Selalu menggunakan kondom latex yang baru dan gunakan sebelum tanggal
kadaluarsa.
(b) Buka kemasan kondom dengan hati-hati dan jangan menggunakan gigi.
(c) Pasang kondom setelah penis ereksi.
(d) Pegang ujung kondom diantara dua jari (menjepit ujungnya) agar ada tempat
untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan udara dari ujung kondom untuk
menghindari kondom robek ketika digunakan.
(e) Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke pangkal penis dan
ujungnya tetap dijepit
(f) Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik keluar penis
dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar sperma tidak tumpah.
(g) Setelah pemakaian, kondom dibungkus dan tidak boleh dibuang ke dalam toilet
Efek samping
BKKBN (2003) menjelaskan bahwa efek samping penggunaan kondom jarang
terjadi. Namun efek samping biasanya yang terjadi berupa alergi terhadap lateks atau
lubrikan atau spermisida yang dipakai atau yang ada pada kondom
2.4.9
Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI
(2012) yaitu sebagai berikut.
Page
11
2.5.1
Jenis
Jenis diafragma antara lain:
1.
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama
kali.Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
2.
3.
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan
posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi
dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.
2.5.2
Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai
berikut:
1. Mencegah
2.5.4
Manfaat
Keterbatasan
Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
pengguna
agar
selalu
berkesinambungan
2.5.5
menutupi
serviks.
Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dapat
dibengkokkan.
barier yang
Mencegah
Dibawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi metode barier diafragma:
Tahap 1
Kosongkan kandung
tangan dengan
berlubang.
Page
14
Oleskan
sabun
dan
air
mengalir.
spemisida
pada
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan
mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil
jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang
lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus
berada di dalam kap
Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran
ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks.
Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
Perhatian
Page
15
Diafragma masih
terpasang
jam
setelah
berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan,
tambahkan spermisida ke
dalam vagina.
Jangan
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait bagian
ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah penampung.
Tahap 2
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian keringkan
sebelum disimpan kembali di tempatnya.
2.6 Kap Serviks
Page
16
Yaitu suatu alat yang hanya mentupi serviks saja. Dibandingkan diafragma, kap
serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, dan
umumnya lebih kaku. Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik,
sekarang yang banyak adalah dari karet.
2.6.1
Cara kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba
falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh
sperma-sperma
2.6.2
yang
tidak
tertahan
pada
kaps
serviks.
Efektivitas
Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat kegagalan
pada pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27 kehamilan pada setiap 100
wanita atau berkisar 20%. Untuk lebih detailnya, pada wanita yang belum pernah
melahirkan atau mempunyai anak jika menggunakan cervical caps ini tingkat
kegagalannya berkisar 16%, tetapi pada wanita yang sudah pernah melahirkan atau
mempunyai anak tingkat kegagalannya sekitar 32%. Dari data tersebut, efektivitas
cervical caps lebih akurat pada wanita yang belum pernah melahirkan. Hal ini
dikarenakan, serviks pada wanita yang sudah pernah melahirkan akan menjadi lebih
besar dari ukuran semula karena pengaruh proses melahorkan. Sehingga cervical caps
2.6.3
2.
Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm.
Page
17
Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus
otot-otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan serviks yang terlalu
pendek.
3.
Vimule Cap
2.6.4
Cocok untuk wanita dengan tonus otot yang kurang baik, dan serviks yang
Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin menunda untuk
mempunyai anak.
2.6.5
Kontraindikasi
Cervical
2.6.6
1.
caps
tidak
diboleh
digunakan
oleh
wanita
yang
mempunyai:
2.
Kap Serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode inter-menstrual, dan hanya
perlu dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid. (tetapi ini tidakdianjurkan).
3.
4.
Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya : sistokel, rektokel, prolapses uteri, tonus otot vagina yang kurang baik.
5.
Kap Serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak memerlukan pengukuran
ulang bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina.
6.
2.6.7
2.6.8
Efek samping
1. Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya secret yang sangat berbau bila
kap serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina.
2. Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan :
2.7 Sponge
Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk cekung yang
dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan letak
spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah
pengeluarannya.
Page
19
2.7.1
2.7.2
Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada perdarahan pervaginal
atau apabila ada flour albus.
2.9.1
adanya
benda
asing
yang
menyebabkan
2.9.2
yang
menyukai
perlindungan
efektif
jangka
untuk
wanita
yang
mempunyai
anak
satu
atau
lebih.
haid)
Radang alat kelamin.
Curiga tumor ganas di alat kelamin
Tumor jinak rahim
Kelainan bawaan rahim
Erosia pada portio yang pathologis
Berkali-kali terkena infeksi panggul atau endometritis pasca keguguran/pasca
salin dalam waktu 3 bulan terakhir.
mengalami
tidak
Kekurangan :
a. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual(IMS)
b. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan .
c. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
d. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
e. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
AKDR dapat Bertahan selama Beberapa Tahun pemasangan tetapi dapat dilakukan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.9.5
2.10 Tubektomi
Sterilisasi bedah perempuan melalui tuba oklusi telah digunakan selama bertahuntahun, sangat sukses dan aman,dan memiliki risiko komplikasi yang rendah.
Tuba falopi tersumbat oleh ligasi, menghalangi dengan klip atau cincin, atau kauterisasi.
Bedah oklusi tuba dapat dilakukan sebagai sebuah laparoskopi prosedur atau minilaparotomi. Prosedur ini biasanya dipilih untuk sterilisasi setelah melahirkan dan dapat
dilakukan pada pasien rawat jalan bedah rawat jalan. Laparotomi, atau membuka ligasi tuba,
memerlukan tinggal di rumah sakit dan kurang umum dilakukan untuk tujuan sterilisasi.
Page
24
2.10.1
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Memiliki
2.10.2
persentasi
kegagalan
yang
sangat
rendah
Keuntungan
Sangat efektif
Metode jangka panjang (dianggap permanen)
Risiko rendah dari efek samping
Biaya Setelah di muka, tidak ada biaya yang berkelanjutan untuk menjaga metode
Tidak ada efek pada lingkungan hormonal
Segera efektif; tanpa kontrasepsi back-up diperlukan
Kekurangan
Membutuhkan prosedur pembedahan
Tidak ada perlindungan terhadap IMS
Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
Page
25
2.10.3 Risiko
Risiko kehamilan yang tidak diinginkan dengan metode ini adalah kurang dari 1%
2.10.4
Kontrasepsi
a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
b.
c.
d.
e.
f.
pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor sanggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Non Kontrasepsi
a.
Berkurangnya risiko kanker ovarium
2.10.5
2.11 Vasektomi
Sebuah bentuk permanen pengendalian kelahiran, vasektomi telah digunakan
untuk dekade untuk sterilisasi laki-laki. Prosedur rawat jalan sangat efektif dan memiliki
beberapa efek samping. Vasektomi adalah sangat aman.
Page
26
Dua teknik yang digunakan untuk melakukan vasektomi: tanpa pisau vasektomi (NSV)
dan tidak ada jarum vasektomi atau tanpa pisau (NNV). NSV dianggap sebagai standar
perawatan. Di NSV, dokter menggunakan jarum kecil untuk menyuntikkan anestesi ke dalam
kulit dan vas deferens. Di NNV, dokter menggunakan alat piston seperti untuk kekuatan
anestesi ke dalam jaringan. Setelah anesthetizing daerah, penyedia menciptakan lubang kecil
(beberapa milimeter) di kulit kantung skrotum dan menempatkan vas deferens. Vas kemudian
diligasi atau dibakar; tidak ada kebutuhan untuk jahitan.
Aktivitas seksual dapat dilanjutkan sekitar 1 minggu setelah prosedur atau waktu di
mana pasien merasa nyaman. Backup Metode kontrasepsi yang diperlukan sampai pasien telah
memiliki setidaknya satu cek sperma negatif minimal 3 bulan setelah prosedur dan setidaknya
20 ejaculations. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan tidak adanya sperma sisa dalam
vas di luar titik oklusi.
2.11.1 Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
2.11.2
Efektivitas:
Page
27
2.11.4
Page
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Mestad R, Secura G, Allsworth JE, et al. Acceptance of long-acting reversible contraceptive
methods by adolescent participants in the Contraceptive CHOICE Project. Contraception.
2011;84:493-8.
2. Peipert JF, Zhao Q, Allsworth JE, et al. Continuation and satisfaction of reversible
contraception. Obstet Gynecol. 2011;117(5):1105-13.
3. Trussell J. Contraceptive failure in the United States. Contraception. 2011;83(5):397-404.
4. Guttmacher Institute. Improving contraceptive use in the United States. In Brief. 2008 Series,
No. 1, April 2008.
5. Berg CJ, Callaghan WM, Syverson C, Henderson Z. Pregnancy-related mortality in the United
States, 1998 to 2005. Obstet Gynecol. 2010;116(6):1302-9.
6. Centers for Disease Control and Prevention. U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive
Use, 2010. MMWR . 2010;59(RR-04):1-86.
7. Lamvu G, Steiner MJ, Condon S, et al. Consistency between most important reasons for using
contraception and current method used: the influence of health care providers. Contraception.
2006;63(4):399-403.
8. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan
Kemenkes R.I., 2012)
Page
29
Page
30