Anda di halaman 1dari 12

Nama

: Cicilia Epriliana W.
NIM
: H0712050
Kelompok : 4
Co Ass
: Titis Wulandari

IV. MEDIA HIDROPONIK


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik adalah salah
satu cara penanaman atau menumbuhkan tanaman. Tanaman yang umumnya
dibudidayakan dengan cara hidroponik adalah tanaman sayur- sayuran,
tanaman

hias

dan

beberapa

jenis

dari

tanaman

buah-buahan.

Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia


pertanian bukan merupakan hal yang baru. Faktanya hingga kini masih
banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara
melakukan dan apa keuntungannya.
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan
yang lebih terkontrol. Adanya pengembangan teknologi, kombinasi sistem
hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida
secara nyata lebih efisien (minimalis sistem) dibandingkan dengan kultur
tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem
hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas
dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas
yang sama.
Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh
dengan baik apabila nutrisi (hara) dalam media tanam yang dibutuhkan
selalu tercukupi. Fungsi dari tanah (media tanam) adalah untuk penyangga
tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk
kemudian bisa diserap tanamanan. Pola pikir inilah yang akhirnya
melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan
adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) pada media tanam. Berdasarkan
hal tersebut, pentingnya praktikum acara IV Media Hidroponik ini yaitu
mengenai media hidroponik adalah mengetahui media tanam yang sesuai
untuk budidaya hidroponik agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman.

2. Tujuan
Tujuan praktikum acara Media Hidroponik adalah sebagai berikut:
a. Mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap jenis bahan substrat yang
biasa digunakan dalam sistem hidroponik.
b. Menyiapkan bahan dasar substrat untuk membuat substrat hidroponik.
c. Mengukur kapasitas dasar substart untuk membuat substrat hidroponik
d. Membuat komposisi substrat-substrat hidroponik yang dapat
diaplikasikan untuk budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik
substrat.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Nutrisi Hidroponik dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 20 Oktober 2014 pukul 09.00-11.00 WIB bertempat di Rumah
Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Pasir Malang adalah pasir yang berasal dari lava gunung berapi. Sifat
pasir Malang yang memiliki rongga-rongga halus membuat pasir Malang
menjadi ringan dan sangat porous. Sifatnya mudah basah tetapi mudah kering.
Pasir Malang yang paling baik, umumnya yang bertekstur halus dan seragam.
Pasir Malang sebelum digunakan, sebaiknya disaring menggunakan saringan
kawat untuk mendapatkan pasir Malang yang seragam. Penggunaan pasir
Malang sebaiknya menghindari yang berukuran besar dan bertekstur sangat
kasar. Ukuran pasir yang besar dan bertekstur kasar relatif lebih sulit untuk
mengaturnya di dalam pot, pasir Malang kasar juga beresiko melukai akar
dan batang tanaman, sehingga bisa menyebabkan kebusukan. Pasir Malang
yang besar dan kasar juga kurang indah dipandang mata. Kelemahan lain dari
penggunaan pasir Malang adalah sangat miskin unsur hara, sehingga
pemupukan teratur menjadi suatu keharusan, untuk mencegah tanaman
kekurangan unsur hara (Purwanto 2007).
Sifat media pakis adalah ringan, sangat porous dan mampu menahan air
dengan baik. Bila disiram air, kondisi media pakis akan mampu
mempertahankan kelembaban tetapi tidak jenuh air. Porousitas yang baik akan
mampu memberikan susunan udara (aerasi) yang baik. Aerasi sangat
dipengaruhi oleh susunan pori makro pada media. Media pakis, karena tersusun

dari serat-serat kayu yang kasar maka susunan pori makronya sangat baik.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan
sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang
baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
Kelemahan akar pakis sebagai media tanam adalah miskin unsur hara
sehingga perlu dicampur dengan media lain (Agromedia 2007).
Kelembaban dan aerasi yang baik dari suatu media sangat diperlukan
untuk pertumbuhan akar yang maksimal karena efektifitas pemupukan atau
pemberian larutan nutrisi dipengaruhi oleh media tanam. Terganggunya
respirasi akar dapat menyebabkan akar tidak berkembang dengan baik
sehingga akar kurang mampu menyerap unsur hara yang diberikan. Kurangnya
oksigen di sekitar perakaran tanaman dapat mengurangi kemampuan akar
dalam menyerap air dan mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan
tanaman serta dapat menyebabkan terjadinya akumulasi racun (Morgan 2006).
Menurut Susilo dan Kourniawati (2008), terendamnya akar tanaman
dalam larutan hara akan mengakibatkan rendahnya kadar oksigen di daerah
perakaran. Gangguan akar sebagai akibat kekurangan oksigen adalah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tidak sempurna serta
menurunnya hasil panen. Media tanam arang sekam merupakan media tanaman
yang ideal dalam hidroponik, hal ini dikarenakan sifat dari arang sekam yang
porous dan mampu menyimpan air dengan baik. Arang sekam merupakan
media organik yang banyak mengandung kalium dan carbon yang berguna
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media tanam sangat
menentukan kemampuannya dalam menyerap air sehingga media yang tidak
mampu menyerap air perlu penyiraman yang berulang-ulang agar memberikan
kelembaban media yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
(Siswadi dan Teguh Yuwono 2013).
Sistem hidroponik dikembangkan dengan berbagai jenis substrat untuk
menggantikan fungsi tanah, contoh substrat tersebut adalah perlit, vermikulit,
polyester, coco coir, dan rockwool. Rockwool disini yang sering digunakan
karena sifatnya yang anorganik, steril, inert, dan kapasitas tahan airnya tinggi

dan ringan. Sifat fisik rockwool yang kapasitas menahan air yang tinggi, maka
konsentrasi oksigen dalam rockwool dapat menjadi penting dan mempengaruhi
tumbuhnya tanaman. Keseimbangan frekuensi penyiraman dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman dan penambahan oksigen. Substrat yang
selalu jenuh dengan larutan nutrisi dan jenuh terhadap kandungan udara, maka
air akan segera habis oleh respirasi akar, yang dapat menyebabkan hipoksia
(Morard et al 2007).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara Media Hidroponik

2.

adalah sebagai berikut:


a. Tungku pembakar sekam
b. Pisau
c. Gunting
d. Saringan
e. Timbangan
f. Ember
g. Polibag
h. Gelas takar
i. Alat tulis
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara Media Hidroponik
adalah sebagai berikut:
a. Sekam padi
b. Batang pakis
c. Pasir malang
d. Pasir merapi
e. Air

3.

Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum acara Media Hidroponik adalah
sebagai berikut:
a. Membuat arang sekam:
1) Menyiapkan alat tungku

pembakar

sekam

padi,

kemudian

mengisinya dengan sekam padi. Mengusahakan agar sekam padi


berada pada posisi di sekeliling saringan.
2) Menaruh sumber api dibagian dalam saringan menggunakan
kayu/bamboo yang dibakar.

3) Menunggu beberapa saat agar sekam mulai terbakar, kemudian


membolak-balikan perlahan-lahan agar sekam yang terbakar tidak
sampai berubah menjadi abu.
4) Jika sebagian sekam sudah berwarna hitam, segera memercikan air
pada sekam yang sedang terbakar, sehingga proses pembakaran
berhenti.
5) Menumpahkan isi tungku pembakaran dan untuk meyakinkan bahwa
proses pembakaran berhenti, memercikan air ke dalam tumpukan
sekam bakar, kemudian diangin keringkan.
b. Menyiapkan pakis cacah
1) Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi relatif lunak
(supaya tidak ulet).
2) Memotong batang pakis menggunakan pisau besar atau gunting
dengan ukuran 1-1,5cm.
3) Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah /dipotong-potong atau
mengeringkannya.
4) Menyimpan pakis cacah dalam karung atau siap dicampurkan
dengan substrat lainnya untuk membuat komposisi substrat
hidroponik.
c. Menyiapkan pasir malang/pasir agregat
1) Pasir yang digunakan sebagai substrat hidroponik berukuran agregat,
yaitu 3-8mm.
2) Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir berukuran
agregat, mata saring yang lebih kecil (5mm) disusun dibagian
bawah.
3) Menyaring pasir dan mengumpulkan pasir yang terperangkap
dibagian tengah / diantara kedua saringan, yang merupakan pasir
dengan ukuran yang kita kehendaki.
4) Mencuci pasir dengan cara merendamnya dengan air, kemudian
meniriskan dan menjemurnya.
d. Membuat komposisi substrat dengan perbandingan berdasarakan
volume sebagai berikut:
1) Komposisi A = arang sekam
2) Komposisi B = pasir malang
3) Komposisi C = pakis cacah
4) Komposisi D = arang sekam : pasir malang (1:1)
5) Komposisi E = arang sekam : pakis cacah (1:1)

6) Komposisi F = pakis cacah : pasir malang (1:1)


e. Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan substrat dan
pada beberapa komposisi substrat hidroponik, dengan cara sebagai
berikut:
1) Mengisi

polibag

dengan

substrat

sebanyak

1L,

kemudian

menimbang (B1).
2) Menuangkan air sebanyak 1L (V1) ke dalam polibag yang telah
berisi substrat, menunggu selama 30 menit agar air membasahi
seluruh bagian substrat.
3) Membuat lubang pada bagian bawah polibag (bisa menggunakan
paku atau lidi) sehingga air dapat menetes namun substrat tidak ikut
keluar.
4) Menampung air yang menetes dan menunggu hingga beberapa lama
sampai air tidak menetes lagi, kemudian mengukur volume air yang
menetes (V2).
5) Menimbang kembali polibag berisi substrat setelah dibasahi (B2).
f. Menghitung jumlah air yang dapat tertahan dalam substart, dengan
melengkapi table berikut:
Jenis bahan
substrat/komposisi
substrat

Volume air
yang
menetes
(ml)

Komposisi A
Komposisi B
Komposisi C
Komposisi D
Komposisi E
Sumber: Panduan Praktikum

Berat
substrat
basah
(gram)

V1-V2
(ml)

B2-B1
(gram)

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Rekapan Kapasitas Menahan Air pada Berbagai Jenis
Substrat
Shift Kel.
Jenis Bahan
Volume Air
Berat
V1-V2 B2-B1
Substrat/
yang
Substrat
(mL)
(gr)
Komponen
Menetes
Basah (gr)
Substrat
(mL)
Senin 1
Komposisi A
420
759
580
559
2
Komposisi C
700
459
300
259
3
Komposisi B
880
320
120
120
4
Komposisi D
600
584
400
384
5
Komposisi E
450
684
550
484
Selasa 6
Komposisi A
505
627
495
427
7
Komposisi B
920
286
80
86
8
Komposisi C
750
441
250
241
9
Komposisi D
630
496
370
296
10
Komposisi E
610
569
390
369
11
Komposisi F
850
334
150
134
Rabu 12
Komposisi A
540
687
460
487
13
Komposisi B
840
298
160
98
14
Komposisi C
680
541
320
341
15
Komposisi D
650
443
350
243
16
Komposisi E
690
577
310
377
17
Komposisi F
750
446
250
246
Kamis 18
Komposisi A
550
683
450
483
19
Komposisi B
850
289
150
89
20
Komposisi C
700
456
300
256
21
Komposisi D
660
539
340
339
22
Komposisi E
530
650
470
450
23
Komposisi F
830
377
170
377
Jumat 24
Komposisi A
440
748
560
548
25
Komposisi B
920
318
80
118
26
Komposisi C
800
504
200
304
27
Komposisi D
700
485
300
285
28
Komposisi E
800
360
200
160
29
Komposisi F
870
362
130
162
Sumber: Data rekapan
Keterangan:
Komposisi A: Arang sekam

Komposisi D: Sekam+Pasir malang

Komposisi B: Pasir malang

Komposisi E: Sekam+Pakis cacah

Komposisi C: Pakis cacah

Komposisi F: Pakis cacah+Pasir malang

2. Pembahasan

Sistem budidaya secara hidroponik merupakan salah satu solusi


untuk mengatasi semakin sempitnya lahan untuk bercocok tanam secara
konvensional. Hidroponik substrat menggunakan media padat (selain tanah)
yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta
mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Penggunaan media
tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yangditanam. Secara
umum media tanam yang digunakan haruslah memenuhi syarat sebagai
media tumbuh yang baik seperti mempunyai sifat yang ringan, murah,
mudah didapat, gembur dan subur, sehingga memungkinkan pertumbuhan
bibit yang optimum (Wijayani et al. 2008).
Macam-macam media tanam yang digunakan pada teknologi
hidroponik antara lain adalah kerikil, arang sekam, arang bakar, pasir, sabut
kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan
busa. Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,
ringan, sudah steril dan mempunyai porositas yang baik. Sekam bakar
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam menjadi gembur. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran,
yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja serta
cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak konstan
dan hanya dapat digunakan dua kali (Haryoto 2009).
Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari media anorganik
maupun organik. Media tanam anorganik adalah media tanam yang sebagian
besar komponennya berasal dari benda-benda mati, tidak menyediakan
nutrisi bagi tanaman, mempunyai pori-pori makro yang seimbang, sehingga
aerasi cukup baik, dan tidak mengalami pelapukan dalam jangka
pendek. Jenis media tanam anorganik yaitu pasir, kerikil alam, kerikil
sintetik, batu kali, batu apung, pecahan bata/genting, perlit, zeolit, spons,
dan

serabut

batuan

(rockwool).

Media

arang

mempunyai sifat mudah mengikat air dan tidak mudah lapuk, tidak
menggumpal sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.

sekam
cepat

Media tanam yang termasuk dalam kategori media organik


umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian
dari tanaman seperti seresah daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu.
Penggunaan media organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan media anorganik. Hal itu dikarenakan media organik
memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air
yang tinggi.
Media tanam organik dapat berasal dari seresah tanaman yang
biasanya dianggap sebagai limbah. Seresah tanaman akasia dan bambu
dapat dimanfaatkan untuk media tanam, terutama sebagai alternatif yang
memadai untuk media tanam bersifat ramah lingkungan. Seresah daun
akasia dan daun bambu yang di alam menjadi masalah karena seresah daun
tersebut tidak mudah terdekomposisi, sehingga akan menghambat siklus
hara yang terjadi di bawah tegakan pohon akasia dan bambu. Selain itu, juga
mencegah terjadinya penumpukan seresah yang berlebih.
Media tanam yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah arang
sekam, pakis cacah, dan pasir malang serta beberapa kombinasi diantara
ketiga media tersebut. Kombinasi media tersebut antara lain: Komposisi D
(sekam+pasir malang), Komposisi E (sekam+pakis cacah) dan Komposisi F
(pakis cacah+pasir malang). Maksud dari perlakuan dari beberapa media
adalah mengetahui kapasitas menahan air pada berbagai jenis substrat. Hasil
dari beberapa

uji coba pada tiap kelompok praktikum dapat diketahui

bahwa volume air yang menetes paling sedikit terdapat pada perlakuan
arang sekam, hal ini terlihat pada setiap shift perlakuan arang sekam
menunjukkan volume air menetes paling sedikit dibanding media lainnya.
Perlakuan kombinasi menggunakan komposisi arang sekam+pakis cacah
dapat menghasilkan volume air yang menetes lebih kecil dibanding
komposisi lainnya. Tidak semua shift menghasilkan data yang sama, pada
shift hari rabu dan jumat komposisi D memiliki volume air yang menetes
lebih besar dibanding komposisi E. Berdasarkan hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa media hidroponik yang mengandung arang sekam dan


pakis memiliki kapasitas menahan air yang baik karena sesuai dengan hasil
pratikum volume air menetes pada arang sekam lebih kecil dibanding media
lainnya. Kedua media tersebut mampu mempertahankan kelembaban tetapi
tidak jenuh air. Porositas yang baik akan mampu memberikan susunan
aerasi yang baik. Kedua media tersebut memiliki pori makronya sangat
baik. Karakteristik tersebut membuat arang sekam dan pakis cacah mudah
mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak
sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. Media pasir yang sebenarnya
juga bersifat porous namun kapasitas menahan airnya masih kurang baik
dibanding pakis cacah dan arang sekam. Media yang dianjurkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman adalah arang sekam dan pakis cacah.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan acara media
hidroponik dapat disimpulkan bahwa:
a. Media tanam yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tanah pada
teknik budidaya tanaman dengan hidroponik antara lain adalah arang
sekam, arang bakar, pakis, pasir, spons, kerikil, sabut kelapa, sabut kayu
dan lain-lain.
b. Setiap bahan yang dapat dijadikan sebagai media hidroponik memiliki
karakteristik, kelebihan serta kelemahan masing-masing.
c. Syarat bahan yang dapat dijadikan sebagai media tanam hidroponik yaitu
bahan harus bersifat porous, memiliki aerasi dan draenase yang baik,
murah, ringan, tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit dan
mudah didapat.
d. Bahan substrat yang digunakan dalam praktikum yaitu arang sekam,
pakis cacah dan pasir malang.
e. Arang sekam dan pakis cacah mudah mengikat air, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh
akar tanaman, media yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai
media tanam budidaya sayuran
2. Saran
Pengujian media hidroponik sebaiknya menggunakan bahan-bahan
yang berkualitas agar mendapatkan data atau hasil pengamatan yang sesuai
dengan sumber informasi dan literatur yang valid. Selain itu, praktikan juga
harus dengan cermat dalam mengikuti cara kerja praktikum yang diberikan
coass agar hasil pengujian benar dan dapat dijelaskan latar belakangnya.

DAFTAR PUSTAKA
Agromedia 2007. Agar Daun Anthurium Tampil Menawan. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Haryoto 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta: Kanius.
Morard, P lacoste, L Silvestre 2007. Effect of oxygen deficiency on uptake of
water and mineral nu trien ts by tomato plants in soilless culture. Jurnal
Plant Nutr. 2: 1063 -1078.
Morgan L 2006. Are Your Plants Soffocatting? The Importance of Oxygen in
Hydroponics. The Gowing Edge. 12 (6): 50-54.
Purwanto A W 2007. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Bunga.
Yogyakarta: Kanisius.
Siswadi, Teguh Yuwono 2013. Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media
Tanam Secara Hidroponik. Jurnal Innofarm. 2 (1): 44-50.
Susilo A D, Koesniawati 2008. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanam pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa) dalam Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung. Buletin Agron. 32 (3): 16-21.
Wijayani A, D Muljanto, Soenoeadji 2008. Pemberian Nitrogen pada Berbagai
Macam Media Tumbuh Hidroponik : Pengaruhnya terhadap Kuantitas dan
Kualitas Buah Paprika (Capsicum annuum var. Grossum). Jurnal Ilmu
Pertanian. 6 (2): 8-13.

Anda mungkin juga menyukai