Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi,sering menyerap O2
dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama.Namun sperti kita
ketahui,respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. Proses
keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-oksidasi,yaitu senyawa dioksidasi
menjadi

CO2

dan

O2

yang

diserap

direduksi

menjadi

H2O,pati,fruktan,sukrosa atau gula yang lainnya,lemak, asam organik,


bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury &
Ross,1995).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerob maupun
anaerob. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondioksida,seperti alkohol,asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi. Secara umum,respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut :
C6H12O6 + O2
Proses

6CO2+ H2O+ energi

respirasi

diawali

dengan

adanya

penangkapan

O2

dari

lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan


berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk
ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar
sel,dinding sel,sitoplasma, dan membran sel. Demikian juga halnya CO2 yang
dihasilkan respirasi akan berdisfusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang
antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan
sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara,
O2

kemudian

digunakan

dalam

proses

respirasi

dengan

beberapa

tahapan,diantaranya yaitu glikolisis,dekarboksilasi oksidatif,siklus krebs,dan


transpor elektron.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dari praktikum ini
adalah bagaimana pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah kacang hijau
(Vigna radiata)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas,maka tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mendeskripsikan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau (Vigna radiata).
1.4 Hipotesis
Ha

: ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

kacang hijau (Vigna radiata).


Ho

: tidak ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

kacang hijau (Vigna radiata).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna radiata

Proses tumbuh merupakan salah satu aktivitas fisiologi. Pada proses


pertumbuhan ini banyak dipengaruhi berbagai faktor lingkungannya salah satunya
seperti suhu udara. Proses pertumbuhan memiliki keterkaitan fungsi dengan
aktivitas fisiologi lain yang merupakan satu kesatuan fungsi. Aktivitas fisiologi
yang terkait dengan proses tumbuh ini antara lain meliputi respirasi, transpirasi,
absorbsi, transportasi bahan, fotosintesa, dan proses biosintesa lainnya.
Semua sel hidup melakukan respirasi secara terus-menerus untuk mencukupi
kebutuhan energinya. Pada umumnya respirasi merupakan proses oksidasi
substrat glukosa, berlangsung dalam rangkaian proses pemecahan (katabolisme)
yang melibatkan sistem enzim pada glikolisis (jalur EMP) dan daur Trikarboksilat
(daur krebs). Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme
berupa uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan panas sebagai entropi (energi
panas yang tidak termanfaatkan). Bila respirasi berjalan sempurna, dari
pembakaran substrat (karbohidrat, lipida, atau protein) akan menghasilkan rasio
3

CO2/O2 tertentu disebut Respiratory quotient [RQ]. Respirasi dengan substrat


lipida akan diperoleh RQ<1, dan RQ=1 untuk substrat glukosa.
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi
lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan
merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan
O2 yang diserap direduksi menjadi H2O. Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang
lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat
respirasi. (Salisbury & Ross, 1995)
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik
yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. (Lovelles, 1997).
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel
tumbuhan tinggi. Secara umum, respirasi dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut :
C6H12O6 + O2

6CO2 + H2O + ENERGI

Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan.


Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara
difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel
tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan
membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan
berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini dikarenakan
membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas
tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses
respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.

Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme berupa


uap air, CO2 dan panas sebagai entropi (energi panas yang tidak termanfaatkan).
Bila respirasi berjalan sempurna, dari pembakaram substrat (karbohidrat, lipida,
atau protein) akan dihasilkan rasio CO2/O2 tertentu yang disebut dengan
Respiratory quotient [RQ]. Respirasi dengan substrat lipida akan diperoleh
RQ<1, dan RQ=1 untuk substrat glukosa.
Dengan kata lain, perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah
O2 yang digunakan dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient
dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi
dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya
(Simbolon, 1989).
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang
dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai
RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam
organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk
respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto
dkk, 2005).
Sebagian besar energi yang dilepaskan selama respirasi kira-kira 2870 kj atau
686 kcal per mol glukosa berupa bahang. Bila suhu rendah, bahang ini dapat
merangsang metabolisme dan menguntungkan beberapa spesies tertentu, tapi
biasanya bahang tersebut dilepas ke atmosfer atau ke tanah, dan berpengaruh kecil
terhadap tumbuhan. Yang lebih penting dari bahan adalah energi yang terhimpun
dalam ATP, sebab senyawa ini digunakan untuk berbagai proses esensial dalam
kehidupan, misalnya pertumbuhan dan penimbunan ion. (Salisbury & Ross,
1995).
Respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, masingmasing dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi merupakan oksidasi
(dengan produk yang sama seperti pembakaran) yang berlangsung di medium air
dengan Ph mendekati netral, pada suhu sedang dan tanpa asap. Pemecahan
bertahap dan berjenjang molekul besar merupakan cara untuk mengubah energi

menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan berlangsungnya pemecahan, kerangka


karbon-antara disediakan untuk menghasilkan berbagai produk esensial lainnya
dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk
asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin (seperti klorofil dan
sitokrom). Tentu saja bila senyawa tersebut terbentuk, pengubahan substrat awal
respirasi menjadi CO2 dan H2O tidaklah lengkap. Biasanya hanya beberapa
substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O (proses
katabolik/penguraian), sedangkan sisanya digunakan dalam proses sintesis
(anabolisme/pembentukan) terutama di dalam sel yang sedang tumbuh. Energi
yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan
untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bila
tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan
pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reksi sintesis
dan tidak pernah muncul sebagai CO2. (Salisbury & Ross, 1995).
Berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju respirasi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan substrat
Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang
kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada
laju yang rendah. Tumbuhan yang kahat gula sering melakukan respirasi
lebih cepat bila gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih
cepat segera setelah matahari tenggelam, saat kandungan gula tinggi
dibandingkan dengan ketika matahari terbit, saat kandungan gulanya lebih
rendah. Selain itu, daun yang ternaungi atau daun bagian bawah biasanya
berespirasi lebih lambat daripada daun sebelah atas yang terkena cahaya
lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi, maka daun sebelah bawah akan
lebih cepat mati. Perbedaan kandungan gula akibat tak berimbangnya laju
fotosintesis mungkin yang menyebabkan laju respirasi yang lebih rendah
pada daun yang ternaungi. (Salisbury & Ross, 1995).
2. Ketersediaan oksigen

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya


pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi,
karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh
lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk
setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada
masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies
tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan
25C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi
tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun. Penjelasan
tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju
penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai
menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi
O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk
proses fisika ini hanya 1,1, jadi suhu tidak mempercepat secara nyata
difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu sampai 40C atau lebih, laju
respirasi malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada
keadaan ini dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang
diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu yang
tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi. Pada
kecambah kacang kapri, peningkatan suhu dari 25C menjadi 45C mulamula meningkatkan respirasi dengan cepat, tapi setelah dua jam lajunya
mulai berkurang. Kemungkinan penjelasannya ialah jangka waktu dua jam
sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim respirasi. (Salisbury &
Ross, 1995).
4. Jenis dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada

masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang


lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ
tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah percobaan eksperimental,hal ini dapat
dilihat

saat

proses

percobaan

ini

dilakukan

di

laboratorium

dan

menggunakan beberapa variabel,yaitu variabel kontrol,variabel manipulasi


dan variabel respon.
3.2 Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Selasa,31 Maret 2015
Jam
: 09.00 WIB
Tempat
: Gedung C10 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
3.3 Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi
: Suhu
2. Variabel kontrol
: Massa kecambah,volume NaOH,Volume
Bacl,waktu,jenis kecambah
3. Variabel respon
: Volume HCl (perubahan warna NaOH)
3.4 Alat dan Bahan
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Kecambah kacang hijau (Vigna radiata)


HCl
NaOH
BaCl2
PP ( Phenolftalin)

Alat

Pipet tetes
Gelas ukur
Tabung Erlenmeyer
Spet
Plastik
Karet gelang
Kasa
Tali kasur

3 buah
1 buah
6 buah
1 buah
6 buah
6 buah
6 buah
secukupnya

30 gram
30 ml
2,5 ml
2 tetes

3.5 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 6 tabung erlenmeyer,dan diisi 30 ml NaOH 0,5 M
3. Menimbang 5 gram kecambang kacang hijau (Vigna radiata),bungkus
dengan kasa dan diikat dan digantungkan dalam tabung erlenmeyer
dengan menggunakan tali kasur,menutup tabung rapat-rapat dengan
plastik
4. Melakukan hal yang sama untuk tabung erlenmeyer 1 hingga 4
5. Menyimpan 2 tabung yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna
radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
sebagai kontrol kedalam inkubator dengan suhu 380C.
6. Menyimpan 2 tabung yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna
radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
sebagai kontrol kedalam ruangan dengan suhu 280C.
7. Membiarkan selama 24 jam
8. Mengambil

5ml

NaOH

dan

di

masukkan

dalam

tabung

erlenmeyer,kemudiah menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes PP


9. Melakukan titrasi dengan larutan HCl,hingga larutan berwarna
putih.
10. Mencatat volume HCl pada laporan sementara.

10

3.6 Rancangan Percobaan


Menyiapkan 6 tabung erlenmeyer,dan diisi
30 ml NaOH 0,5 M

Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan hal yang sama untuk

Menimbang 5 gram kecambang kacang

tabung erlenmeyer 1 hingga 4

hijau (Vigna radiata),bungkus dengan


kasa dan diikat dan digantungkan

Menyimpan

tabung

kecambah

kacang

yang
hijau

berisi

dalam

(Vigna

tabung

menggunakan

radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah

erlenmeyer
tali

dengan

kasur,menutup

tabung rapat-rapat dengan plastik

kacang hijau (Vigna radiata) sebagai


kontrol kedalam inkubator dengan suhu

Menyimpan 2 tabung yang berisi

380C.

kecambah

(Vigna

kacang hijau (Vigna radiata) sebagai


kontrol

Mengambil 5ml NaOH dan di masukkan


tabung

hijau

radiata)dan 1 tabung tanpa kecambah

Membiarkan selama 24 jam

dalam

kacang

kedalam

ruangan

dengan

suhu 280C.

erlenmeyer,kemudiah

menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes

Melakukan titrasi dengan larutan

PP

HCl,hingga larutan berwarna putih.

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah melakukan praktikum di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Tabel
Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah
Kacang Hijau (Vigna radiataI)
Suhu

Perlakuan

280C

Volume

CO2 yang

Rata-rata CO2

Kecepatan

HCl (ml)

dihasilkan

yang

respirasi

(ml)

dihasilkan (ml)

(ml/jam)

Kecambah 1

0,4

27,6

Kecambah 2

0,5

27

Tanpa

0,6

26,4

Kecambah 1

0,4

27,6

Kecambah 2

0,3

28,2

Tanpa

0,6

26,4

27,3

26,4

Kecambah

380C

27,9

26,4

Kecambah

1,369

1,32

1,395

1,32

Kecepatan Respirasi (ml/jam)

2. Grafik
1,395

1,4
1,369

1,38
1,36
1,34

1,32

1,32

1,32

Tanpa Kecambah
Rata-rata Kecambah

1,3
1,28
28
38
Suhu (0C)

Grafik 1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi pada kecambah kacang


hijau (Vigna radiata)

12

4.2 Analisis
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kecepatan
respirasi pada kecambah kacang hijau (Vigna radiata) yang diperlakukan pada
suhu 280C (ruangan)menghasilkan volume CO2 sebesar 27,6 dan 27 ml dengan
volume rata-rata CO2 yang dihasilkan adalah 27,3 ml. Kecambah kacang hijau
(Vigna radiata) ini memiliki kecepatan respirasi sebesar 1,369 ml/jam,sedangkan
pada tabung erlenmeyer yang menjadi kontrol atau tanpa kecambah kacang
hijau (Vigna radiata) menghasilkan CO2 sebesar 26,4 ml dengan kecepatan
respirasi sebesar 1,32 ml/jam.
Pada tabung erlenmeyer yang berisi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
yang diletakkan pada suhu 380C (inkubasi) menghasilkan CO2 sebesar 27,6 ml
dan 28,2 ml dengan rata-rata volume CO2 sebesar 27,9 ml. Kecambah kacang
hijau

(Vigna

radiata)

ini

memiliki

kecepatan

respirasi

sebesar

1,395

ml/jam,sedangkan pada tabung erlenmeyer yang menjadi kontrol (tidak ada


kecambah kacang hijau (Vigna radiata) menghasilkan CO2 sebesar 26,4 ml dengan
kecepatan respirasi 1,32 ml/jam.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau (Vigna radiata) yang diletakkan pada suhu 280C (ruangan) kecepatan
reaksinya lebih rendah jika di bandingakan dengan kecambah kacang hijau
(Vigna radiata) yang dilekkan pada suhu 380C (inkubasi). Kemudian untuk 2
tabung erlenmeyer tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata) atau yang
dijadikan sebagai kontrol ternyata menghasilkan CO2 yang menandakan bahwa
pada tabung erlenmeyer tersebut terjadi respirasi dengan kecepatan respirasi
yang sama,yaitu 1,32 ml/jam.
4.3 Pembahasan
Pada praktikum ini,bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau
(Vigna radiata) yang masih berumur 1 hari,karena pada kecambah yang masih
berumur 1 hari ini kecambah masih aktif dalam melakukan metabolisme yang
dapat menghasilkan energi yang digunakan untuk berkecambah. Selain itu
dalam kotiledon mengandung cadangan makanan yang berupa pati. Pati

13

merupakan substrat dalam respirasi kecambah,sehingga sebagian besar pati akan


hilang selama proses pertumbuhan berlangsung.
Pada praktikum ini tabung erlenmeyer diisi dengan 30 ml NaOH yang
berfungsi sebagai mengikat CO2 yang merupakan hasil respirasi dari kecambah
kacang hijau (Vigna radiata). Untuk mengamati hasil respirasi maka dibutuhkan
waktu selama 24 jam. Setelah 24 jam NaOH direaksikan dengan BaCl2 yang
kemudian dititrasi dengan HCl yang berguna untuk mengetahui banyaknya
volume NaOH yang tidak mengikat CO2. Adapun beberapa reaksi yang terjadi
sebagai berikut :

Pengambilan NaOH
CO2 + NaOH

NaOH ditambahkan dengan BaCl2


NaOH + BaCl2

NaHCO3 + H2

NaCl2 + Ba(OH)2

Ditambahkan PP dan dititrasi dengan HCl


Ba(OH)2 + HCl

2H2O + BaCl2

Tidak semua CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi dapat diikat oleh
NaOH dan NaOH yang tidak mengikat CO2 tersebut tidak semuanya bereaksi
dengan BaCl2 dan menghasilkan Ba(OH)2 yang berwarna bening. Ba(OH)2 dapat
diuji dengan menggunakan PP,sehingga berubah warna menjadi merah muda.
Warna merah muda menunjukkan bahwa Ba(OH)2 bersifat basa. Ketika Ba(OH)2
sebanyak 5 ml dititrasi dengan HCl maka akan menghasilkan garam BaCl 2
dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2 yang asalnya berwarna merah muda
berubah menjadi putih (warna merah muda tepat hilang),pada saat itulah
volume HCl dihitung. Volume HCl tersebut sebanding dengan volume NaOH
yang tidak mengikat CO2,sehingga dari volume HCl diketahui volume NaOH
yang mengikat CO2.
Berdasarkan hal tersebut diketahui volume total CO2 yang dilepaskan dari
proses respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata) pada suhu 380C volume
CO2 lebih besar jika dibandingkan dengan suhu 280C. Pada suhu 380C pada
tabung erlenmeyer tanpa kecambah kacang hijau (Vigna radiata) memiliki
kecepatan respirasi sebesar 1,32 ml/jam hal ini di karenakan adanya kontaminasi
NaOH,saat memasukkan NaOH dalam tabung erlenmeyer. Sedangkan pada
tabung erlenmeyer yang terdapat kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
14

memiliki kecepatan respirasi sebesar 1,395 ml/jam. Pada suhu 280C pada tabung
erlenmeyer tanpa kacang hijau (Vigna radiata) memiliki kecepatan respirasi
sebesar 1,32 ml/jam hal ini di karenakan adanya kontaminasi NaOH,saat
memasukkan NaOH dalam tabung erlenmeyer.Sedangkan pada tabung
erlenmeyer yang terdapat kecambah kacang hijau (Vigna radiata) memiliki
kecepatan respirasi sebesar 1,369 ml/jam.

15

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
(Vigna radiata). Semakin optimal suhu maka kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau (Vigna radiata) akan semakin cepat,jika suhu tidak optimal (suhu
tinggi atau rendah) maka kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna
radiata) akan menurun.
5.2 Saran
Saran untuk melakukan praktikum ini adalah gunakan kecambah kacang
hijau (Vigna radiata) yang masih berumur 1 hari dan belum terlalu besar.

16

DAFTAR PUSTAKA
Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarbaru: FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
Penerbit ITB.
Simbolon, Hubu, dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

17

LAMPIRAN

Gambar 1. Kecambah kacang hijau Gambar 2. Kecambah kacang hijau


(Vigna radiata) yang dibungkus dengan

(Vigna radiata)

kasa

Gambar 3. Kecambah kacang hijau


(Vigna radiata) digantung di tabung
erlenmeyer

Gambar 4. HCl

Gambar 5. Tabung kontrol ruang Gambar 6. Tabung kontrol ruang


(sebelum titrasi)

(setelah titrasi)

Gambar 7. Kecambah 1 ruang (sebelum Gambar 8. Kecambah 1 ruang (setelah


titrasi)

titrasi)

18

Gambar 9. Kecambah 2 ruang (sebelum Gambar 10. Kecambah 2 ruang (setelah


titrasi)

titrasi)

Gambar 11. Tabung kontrol inkubator Gambar 12. Kecambah 1 inkubator


(sebelum titrasi)

(sebelum titrasi)

Gambar 13. Kecambah 1 inkubator Gambar 14. Kecambah 2 inkubator


(setelah titrasi)

(sebelum titrasi)

19

Anda mungkin juga menyukai