PENDAHULUAN
dini,
lebih
cepat
dan
lebih
efektif.
Untuk
menjawabnya,
berhasil,
lebih
banyak
nyawa
yang
hilang
akibat
tidak
dilakukannya resusitasi.(1,2)
Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa,
tetapi ribuan bayi dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti
jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang prematur,
dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi
ribuan nyawa yang dapat diselamatkan setiap tahun. (1,2)
Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga
orang yang terlatih dalam bidang kesihatan. Ini bermaksud bahwa RJP
boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga
orang awam. (1,2)
Menurut
American
Heart
Association,
rantai
kehidupan
American
Heart
Association
Guidelines
for
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
II.2. INDIKASI
A. Henti Napas
Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,
obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir,
serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dan
lain-lainnya(4).
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa
menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan
untuk
mempunyai
pasukan
yang
serentak
resusitasi
membutuhkan
integrasi
koordinasi
Defibrilasi cepat
terintegrasi
Sistem gawat darurat yang secara efektif menerapkan jalur ini
dapat meningkatkan harapan hidup pasien dengan henti jantung VF
(ventricle fibrillation) hingga 50%. Pada sebagian besar sistem
gawat darurat angkanya masih lebih rendah, menandakan bahwa
masih ada ruang untuk perbaikan dengan evaluasi ulang dari jalur
ini.
Penyelamat dapat memiliki berbagai pengalaman, pelatihan
dan kemampuan. Begitu pula dengan status korban dan keadaan
sekitar kejadian. Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan RJP
yang lebih dini dan lebih efektif bagi setiap korban.
Chain of survival(1,2,5,6)
Penyelamat
Setiap orang dapat menjadi penyelamat bagi korban henti
jantung. Kemampuan RJP dan penerapannya tergantung dari
hasil pelatihan, pengalaman dan kepercayaan diri si penyelamat.
Kompresi dada adalah dasar RJP. Setiap penyelamat, tanpa
memandang hasil pelatihan, harus melakukan kompresi dada
pada semua korban henti jantung. Karena pentingnya, kompresi
dada harus menjadi tindakan RJP yang pertama kali dilakukan
terhadap semua korban tanpa memandang usianya. Penyelamat
yang memiliki kemampuan sebaiknya juga melakukan ventilasi.
Beberapa
penyelamat
yang
sangat
terlatih
harus
saling
Kompresi
Korban
Sebagian besar henti jantung dialami orang dewasa
secara tiba-tiba setelah suatu sebab primer; karenanya sirkulasi
yang dihasilkan dari kompresi dada menjadi yang terpenting.
Sebaliknya, henti jantung pada anak-anak sebagian besar
karena asfiksia yang memerlukan baik ventilasi dan kompresi
untuk hasil yang optimal. Karenanya, bantuan nafas lebih
penting bagi anak-anak dibandingkan orang dewasa.
AHA 2010 dalam panduannya memberikan 2 jenis algoritma BLS
1. Simple Algorithma
10
Setelah
mengenali,
penolong
harus
AED/defibrilator
datang,
pasang pad,
jika
hingga
ditangani
oleh
penolong
yang
lebih
berpengalaman/ahli.
Pengenalan dan aktivasi respons gawat darurat
Seorang korban henti jantung biasanya tidak bereaksi. Tidak
bernafas atau bernafas tetapi tidak normal. Deteksi nadi saja
biasanya
tidak
dapat
diandalkan,
walaupun
dilakukan
oleh
dan
lingkungan
sekitar.
Penolong
harus
fokus
pada
Menunggu
dada
mengembang
sempurna
setelah
setiap
kompresi
ventilasi.
mengakibatkan
Tetapi
manuver
tertundanya
ini
dapat
kompresi
menjadi
dada,
sulit
terutama
dan
pada
tanpa
ventilasi.
Ventilasi
harus
diberikan
jika
korban
cenderung disebabkan oleh asfiksia (contohnya pada bayi, anakanak atau korban tenggelam).
Begitu
alat
bantu
nafas
tersedia,
penolong
harus
12
Defibrilasi
Kesempatan korban untuk selamat menurun seiring jeda
waktu antara henti jantung dan defibrilasi. Karenanya defibrilasi
tetap
menjadi
dasar
tatalaksana
untuk
fibrilasi
ventrikel
13
14
melihat
seorang
yang
tiba-tiba
jatuh
atau
tidak
15
hal
tersebut
tidak
lagi
dianjurkan
bertujuan
untuk
Kriteria
penting
untuk
mendapatkan
kompresi
yang
berkualitas adalah :
Frekuensi kompresi setidaknya 100 kali/menit.
Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm),
sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anteriorposterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak
sekitar 2 inchi (5 cm).
Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah
bawah sternum). Petugas berlutut jika korban terbaring di
bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di
tempat tidur (bila perlu dengan bantuan ganjalan kaki untuk
mencapai tinggi yang diinginkan sehingga dan papan kayu untuk
mendapatkan kompresi yang efektif selama tidak memakan
waktu).
Menunggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi.
Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi.
Menghindari ventilasi berlebihan.
Jika ada 2 orang
advance
dilakukan dengan
17
Posisi mantap
Lebih dikenal dengan recovery posisition, dipergunakan pada
korban tidak responsive yang memiliki pernafasan dan sirkulasi
yang baik. Tidak ada posisi baku yang menjadi standar, namun
posisi yang stabil dan hamper lateral menjadi prinsip ditambah
menaruh tangan yang berada lebih bawah ke kepala sembari
mengarahkan kepala menuju tangan dan menekuk kedua kaki
menunjukan banyak manfaat.
Ringkasan komponen BLS (basic life support) bagi dewasa, anak-anak
dan bayi
Komponen
Pengenalan
Dewasa
Tidak
Anak-Anak
Tidak
Tidak
Bayi
responsif,
responsif,
responsif,
tidak bernafas
tidak bernafas
tidak bernafas
atau tersedak
atau tersedak
atau tersedak
(gasping)
Nadi tidak
(gasping)
Nadi tidak
(gasping)
Nadi tidak
18
teraba dalam
teraba dalam
teraba dalam
Urutan RJP
Kecepatan
10 detik
CAB
100/menit
10 detik
CAB
100/menit
10 detik
CAB
100/menit
kompresi
Kedalaman
2 inchi (5cm)
2 inchi (5cm)
1,5 inchi (4
kompresi
Interupsi
Minimalisir
Minimalisir
cm)
Minimalisir
kompresi
interupsi
interupsi
interupsi
hingga < 10
hingga < 10
hingga < 10
Jalan nafas
detik
Head tilt-chin
detik
Head tilt-chin
detik
Head tilt-chin
Rasion
lift-jaw thrust
30:2 (1 atau 2
lift-jaw thrust
30:2 (satu),
lift-jaw thrust
30:2 (satu),
kompresi:ventil
penyelamat)
15:2 (2
15:2 (dua
asi
Jika penyelamat
Kompresi saja
penyelamat)
Kompresi saja
penyelamat)
Kompresi saja
Ventilasi jika
1 nafas setiap
1 nafas setiap
1 nafas setiap
mungkin
6-8 detik,
6-8 detik,
6-8 detik,
tanpa
tanpa
tanpa
menyesuaikan
menyesuaikan
menyesuaikan
dengan
dengan
dengan
kompresi, 1
kompresi, 1
kompresi, 1
detik setiap
detik setiap
detik setiap
nafas, hingga
nafas, hingga
nafas, hingga
dada
dada
dada
mengembang
Gunakan AED
mengembang
Gunakan AED
mengembang
Gunakan AED
sesegera
sesegera
sesegera
mungkin,
mungkin,
mungkin,
minimalisir
minimalisir
minimalisir
interupsi
interupsi
interupsi
kompresi,
kompresi,
kompresi,
lanjutkan
lanjutkan
lanjutkan
kompresi
kompresi
kompresi
tidak terlatih
Defibrilasi
19
setelah setiap
setelah setiap
setelah setiap
kejutan
kejutan
kejutan
kebutuhan
dan
yang
perlu
diperhatikan
dapat
21
22
Terapi definitifnya adalah syok electric (DC-Shock) dan belum ada satu
obatpun yang dapat menghilangkan fibrilasi.
23
24
spontan dan pupil tetap dilatasi 15-30 menit, biasanya menandakan kematian
serebral dan usaha-usaha resusitasi selanjutnya biasanya sia-sia. Kematian
jantung
sangat
memungkinkan
terjadi
bila
tidak
ada
aktivitas
oleh
Amerikan
Heart
Assosiation.
Amerikan
Heart
DAFTAR PUSTAKA
1. John M. Field, Part 1: Executive Summary: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S640S656.
2. Sayre MR. et al. Highlights of the 2010 American Heart Association
Guidelines for CPR and ECC. 7272 Greenville Avenue. Dallas,
Texas 75231-4596.. 90-1043.
3. Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal.
173-7.
4. Latief S.A. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta. 2007
5. Robert A. Berg, et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation2010;122;S685-S705.
6. Andrew H. Travers, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S676S684
27