Anda di halaman 1dari 20

Seminar Makalah

TOKSIN LOGAM BERAT

Oleh
HADRI DJON
NIM. 632411060

JURUSAN TEKNOLOGI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah sehingga Makalah Seminar ini dapat diselesaikan tanpa ada
hambatan apapun. Makalah ini membahas tentang Toksin Logam Berat Di
Perairan.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapakan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah
lainnya ataupun tugas-tugas selanjutnya.
Melalui lembaran ini penyusun mengucapakan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan, dan tak
lupa juga penulis sampaikan banyak terima kasih buat teman-teman yang telah
membantu baik dalam segi materi maupun waktu. Sekian..

Gorontalo, 7 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Logam Berat dan Jenis-jenisnya...................................................3
2.2 Sumber Bahan Pencemar Logam Berat......................................................9
2.3 Mekanisme Kerja Toksikan Logam Berat dalam Sistem Perairan..............11
2.4 Mekanisme Pengangkutan atau Akumulasi Toksin Logam Berat dalm Biota
hingga Meracuni manusia...........................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
3

1.1 Latar Belakang


Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002:71)
pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.Air dapat
tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang
berbahaya.Komponen-komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri.
Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat antara lain industri
tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta warna, percetakan, bahan agrokimia dan lain-lain.
Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya
bagi kehidupan.( Wisnu, 1995: 74).
Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui dapat
menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air. Di samping itu terdapat fakta
bahwa logam berat membunuh mikroorganisme. Hampir semua garam-garam logam
berat dapat larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak dapat dipisahkan
dengan pemisahan fisik.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat
pula usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya. Sehingga
semakin variatif pula aktivitas manusia, salah satunya aktivitas industri. Akan tetapi
pertumbuhan industri ini memiliki efek samping yang kurang baik. Sebab industriindustri kecil tersebut pada umumnya membuang limbahnya langsung ke
selokan/badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran air karena dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang tinggi.
Selain itu pencemaran lingkungan perairan dapat disebabkan oleh polutan
organik maupun anorganik. Polutan organik yang sering mencemari perairan antara
lain DDT, PAH, pestisida, insektisida, deterjen dan limbah rumah tangga lainnya.
Sedangkan polutan anorganik yang sering dijumpai di perairan misalnya logam berat
Cd (Kadmium), Pb (Timbal), Hg (Merkuri), As (Arsen), Zn (seng), Cu (Tembaga), Ni
(Nikel), dan Cr (Krom).

Polutan

logam

berat

tersebut

sangat

berbahaya

apabila

mencemari

perairan,karena bersifat toksik, karsinogenik, bioakmulatif dan biomagnifikasi


(Kosnett 2007, Plaa 2007, Wardhana 2004). Kadmium, Timbal, Merkuri merupakan
logam berat yang sangat toksik dibandingkan logam berat lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebaagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa definisi Logam Berat?


Jenis-jenis logam berat dan sumbernya.
Bagaimana mekanisme kerja toksik logam berat diperairan?
Bagaimana akumulasi toksin logam berat dalam biota hingga meracuni
manusia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Menjelasakan definisi Logam Berat
2. Menyebutkan jenis-jenis logam berat serta menjelaskan sumber-sumbernya
3. Menjelaskan mekanisme kerja toksin logam berat di perairan
4. Menjelaskan mekanisme kontaminasi logam berat dalam biota hingga
meracuni manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Logam Berat dan Jenisnya

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari
5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan
sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi
makhluk hidup (Subowo dkk, 1999). Logam berat ialah unsur logam dengan berat
molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi
tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Termasuk logam berat yang sering
mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976).
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau
seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan
tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam
berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan
konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup (Anonimous, 2008).
Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam berat termasuk
dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak
dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Adanya logam berat diperairan,
berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya
secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini terkait dengan sifat-sifat
logam berat, yaitu :
1. Sulit didegadasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang danikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yangmengkonsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sediment, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi
dari konsentrasi logam dalam air.
Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang
akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen
menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu Kadmium dalam air
berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering

digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan
alloy, dan beterai alkali. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Efek
keracunan yang ditimbulkan berupa penyakit dan kelenjar pencernaan serta
mengakibatkan kerapuhan pada tulang.
Tembaga merupakan logam yang ditemukan di alam dalam bentuk senyawa
dengan sulfide (CuS). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang
memproduksi peralatan listrik, gelas, alloy. Tembaga masuk keperairan merupakan
faktor alamiah seperti terjadinya pengikisan dari batuan mineral sehingga terdapat
debu, partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh
hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti
dari industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik. Pada
konsentrasi 2.3-2.5 mg/l dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan efek
keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir. Tembaga dalam tubuh berfungsi
sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah diekskresikan dalam urine karena
sebagian terikat dengan protein, sebagian diekskresikan melalui empedu ke dalam usus
dan dibuang ke feses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga
menyebabkan penyakit anemia dan tuberkolusis.
Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat racun
dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari proses korosi lead bearing alloys.
Kadang-kadang terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil
timbal, dan tetra alkil timbal (TAL). Pada manusia, timbal dapat masuk ke dalam
tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi serta melalui pernapasan dan
penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas
enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan
penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah
kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah, dan pusing-pusing. Timbal
dapat juga menyerang susunan syaraf dan mengganggu sistem reproduksi, kalainan
ginjal, dan kelainan jiwa. (Marganof, 2003)
Jenis Logam Berat Berbahaya dalam Perairan

Kontaminasi logam berat pada lingkungan perairan merupakan masalah besar


dunia saat ini. Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena
akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta
meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah,
udara dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting
terhadap peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila
produk yang dikonsumsikan mengandung logam berat. Berikut ini penjelasan singkat
mengenai logam berat dan standar kesehatannya.
1. Antimony (Sb).
Antimony dapat dijumpai secara alamiah di lingkungan dalam jumlah yang
kecil, tetapi dengan adanya kegiatan industri elemen ini dapat dijumpai dalam jumlah
cukup besar. Kuantitasnya di lingkungan adalah sebagai berikut; sebagai endapan ratarata sebesar 0.03-0.31 ppb, endapan lumpur (Thames, UK) sebesar 1.3-12.7 ppm, pada
air sungai (Thames, UK) levelnya berkisar 0.09-0.86 ppb, lima air sungai Jepang Sb
dijumpai sebesar 0.07-0.29 ppb, air danau (Biwa, Jepang) berkisar 0.09-0.46 ppb, air
laut (di perairan China) sebesar 0.8-0.9 ppb, perairan Jepang sebasar 0.18 ppb, tanah
sebesar 4.3-7.9 ppm, rambut manusia berkisar 0.03-1.63 ppm, ambient partikel (di
daerah industri Jepang) berkisar 58-1170 ppm. Sifat racun antimony setara dengan
arsenik dan bismut. Seperti halnya arsenik, antimony bervalensi tiga lebih beracun
dibandingkan dengan antimony bervalensi lima.
2. Arsenik (As).
Arsenik diakui sebagai komponen essensial bagi sebagian hewan dan tumbuhtumbuhan, namun demikian arsenik lebih populer dikenal sebagai raja racun
dibandingkan kapasitasnya sebagai komponen essensial. Pada permukaan bumi,
arsenik berada pada urutan ke-20 sebagai element yang berbahaya, ke-14 di lautan,
dan unsur ke-12 berbahaya bagi manusia. Senyawa ini labil dalam bentuk oksida dan
tingkat racunnya sama seperti yang dimiliki oleh beberapa elemen lainnya, sangat
tergantung pada bentuk struktur kimianya. Tingkat toksiti senyawa ini adalah arsines >
arsenites (inorganik, trivalen) > arsenoxides (organik, trivalen) > arsenates (inorganik,

pentavalen) > methylated arsenik. Senyawa methylated arsenik memiliki tingkat racun
yang sangat rendah dibanding dengan senyawa arsenik lainnya. Tingkat racunnya
adalah monomethylated arsenik (MMA) > dimethylated arsenik (DMA) >
trimethylated arsenik (TMA) 0. Arsenik dapat berikatan kuat dengan gugus thiol dan
protein, menyebabkan penurunan kemampuan koordinasi penggerak, gangguan pada
urat saraf, pernafasan, serta ginjal. Namun demikian, arsenik tidak menghambat
system enzim.
Proses alam seperti berbagai fluktuasi cuaca mengakibatkan batu-batuan dan
gunung berapi memberikan kontribusi yang besar ke lingkungan. Disamping itu
masuknya arsenik dalam jumlah besar ke lingkungan berasal dari sumber-sumber
lainnya yang meliputi; pertambangan minyak, emas, dan batubara, pembangkit tenaga
listrik, pestisida, keramik, peleburan logam dan pabrik-pabrik pupuk. Di beberapa
negara Asia, kontaminasi arsenik telah tersebar secara luas seperti yang dilaporkan
oleh team survey dari Asia Arsenic Network (AAN). Kontaminasi ini terus akan
berkembang sejalan dengan meningkatnya usaha pengeksplorasian berbagai sumber
alam di mana arsenik terdapat di dalamnya. Oleh karenanya beberapa negara, seperti
Jepang dan Jerman pada tahun 1993 telah mengubah batas maksimum yang diizinkan
untuk kandungan arsenik di perairan dari 0,05 menjadi 0.01 ppm, sedangkan bagi
Indonesia dan negara Asia lainnya angka tersebut masih 0.05 ppm.
3. Kadmium (Cd).
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap
manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya
hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan
pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Jumlah normal
kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1700 ppm) dijumpai
pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn).
Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam
berat lainnya seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri

sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada
kesehatan manusia.
4. Kromium (Cr).
Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai
dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI), tetapi hanya kromium bervalensi
tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi tiga
umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material
biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi
merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi
memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada bahan
makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah dan kebanyakan berasal dari
makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam level yang rendah.
5. Kobal (Co).
Logam berat ini memiki tingkat racun yang tinggi terhadap tumbuhan.
Kebanyakan tumbuhan memerlukan cairan elemen ini dalam konsentrasi tidak lebih
dari 1 ppm. Biasanya kobal yang terkandung di tanah diperkirakan sebesar 10 ppm,
sebagai komponen esensial. Dosis kematian (LD50) bagi tikus sebesar 1.310-3
mol/kg.
6. Tembaga (Cu).
Tembaga bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan di
atas 0.1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm.
Bersifat racun bagi domba pada konsentrasi di atas 20 ppm. Konsentrasi normal
komponen ini di tanah berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena
ikatan yang sangat kuat dengan material
7. Timbal (Pb).
Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara
praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis. Sumber
utama timbal adalah berasal dari komponen gugus alkil timbal yang digunakan
sebagai bahan aditif bensin. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan.
Timbal menunjukkan beracun pada sistem saraf, hemetologic, hemetotoxic dan

10

mempengaruhi kerja ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan


oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 g/kg berat badan dan untuk
bayi atau anak-anak 25 g/kg berat badan.
8. Merkuri (Hg).
Keracunan merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang
pada tahun 1953. Kontaminasi serius juga pernah diukur di sungai Surabaya,
Indonesia tahun 1996. Sebagai hasil dari kuatnya interaksi antara merkuri dan
komponen tanah lainnya, penggantian bentuk merkuri dari satu bentuk ke bentuk
lainnya selain gas biasanya sangat lambat. Proses methylisasi merkuri biasanya terjadi
di alam di bawah kondisi terbatas, membentuk satu dari sekian banyak elemen
berbahaya, karena dalam bentuk ini merkuri sangat mudah terakumulasi pada rantai
makanan. Karena berbahaya, penggunaan fungisida alkyl merkuri dalam pembenihan
tidak diizinkan di banyak negara.
9. Nikel (Ni).
Elemen ini cenderung lebih beracun pada tumbuhan.Selama masih mudah di
ambil oleh tanaman dari tanah, pembuangan limbah yang mengandung nikel masih
sangat perlu diperhatikan. Total nikel yang terkandung dalam tanah berkisar 5-500
ppm. Konsentrasi pada air tanah biasanya berkisar 0,005-0,05 ppm, dan kandungan
pada tumbuhan biasanya tidak lebih dari 1 ppm (kering).
10. Seng (Zn).
Penggunaan elemen ini pada proses galvinasi besi sangat luas. Seng biasanya
dijumpai pada tanah dengan level 10-300 ppm dengan perkiraan kasar rata-rata 30-50
ppm. Lumpur pembuangan biasanya mengandung seng dengan kadar tinggi. Elemen
ini lebih bersifat aktif di tanah.
11. Stronsium (Sr).
Stronsium bersifat isomorphously menggantikan peranan kalsium pada tulang
dan bahkan lebih aktif dibandingkan dengan kalsium, serta dapat menyebabkan
penyakit Urov (Osteoarthritis Deformans Endemica).
12. Selenium (Se).

11

Selenium merupakan elemen essensial bagi hewan dan juga merupakan prioritas
utama elemen pencemar yang dapat didegradasi pada sistem akuatik. Selenium masuk
ke lingkungan secara alami sejalan dengan proses kegiatan manusia. Secara normal,
selenium terdapat pada organisme perairan melalui proses perubahan cuaca secara
alami. Selenium juga masuk ke perairan lingkungan melalui leaching fly-ash serta dari
limbah produksi pembakaran batu-bara pada pembangkit-pembangkit tenaga listrik di
mana selenium terkandung dalam level yang tinggi.
Pencemaran logam berat meskipun dalam konsentrasi rendah dalam perairan
sangat berbahaya bagi biota di dalamnya. Dampak logam berat sangat meracuni bagi
manusia yang mengkonsumsi ikan dari perairan tercemar. Hal ini karena konsentrasi
logam berat dalam ikan yang dikonsumsi sudah berada pada taraf diatas ambang batas
akibat proses bioakumulasi.
2.2 Sumber Bahan Pencemar Logam Berat
a.

Sumber dari Alam


Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan

sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan


terdapat didalam batu pasir ( sand stone) kadarnya lebih besar yaitu
100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg
dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 g/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb
pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 g/liter. Dalam
air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda
yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar
0,07 g/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA
berkisar antara 1-10 g/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di
udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 g/m3.
Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat
mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar
antara 0,1 -1,0 g/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari

12

tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan


PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb
yang berasal dari tambang.
Logam

berat

Pb

yang

berasal

dari

tambang

tersebut

bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb


murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan
tembaga. Secara alami Hg dapat berasal dari gas gunung berapi dan
penguapan dari air laut.
Dilaporkan kandungan kadnium (Cd) dalam air laut di dunia di
bawah 20 ng/l. Variasi lain kandungan kadnium dari air hujan,
freshwater dan air permukaan di perkotaan dan daerah industri,
kadnium pada level 104000 ng/l tergantung pada spesifikasi lokasi
atau saat pengukuran larutan kadnium (WHO 1992).
Kadnium masuk kedalam freshwater dari sumber yang berasal
dari

industri.

Air

sungai

dan

irigasi

untuk

pertanian

yang

mengandung kadnium akan terjadi penumpukan pada sedimen dan


Lumpur. Sungai dapat mentrasport kadnium pada jarak sampai
dengan 50 km dari sumbernya.Kadnium dalam tanah bersumber dari
alam dan sumber antropogenik yang berasal dari alam berasal dari
batuan atau material lain seperti glacial dan alluvium. Kadnium dari
tanah yang berasal dari antropogenik dari endapan penggunaan
pupuk

dan

limbah.

Sebagian

besar

kadnium

dalam

tanah

berpengaruh pada pH, larutan material organik, logam yang


mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik.
Rata-rata kadar kadnium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1 -0,5
ppm.
b. Sumber dari Industri

13

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb


adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku
maupun bahan penolong, misalnya:
1) Industri

pengecoran

maupun

pemurnian.

Industri

ini

menghasilkan timbal konsentrat ( primary lead), maupun


secondary lead yang berasal dari potongan logam ( scrap).
2) Industri battery. Industri ini banyak menggunakan logam Pb
terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan
dasarnya.
3) Industri bahan bakar. Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra
methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan
bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang
dihasilkan merupakan sum ber pencemaran Pb
4) Industri kabel. Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi
kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang,
walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au
dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan
makluk hidup.
5) Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada
industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang
lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red
lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.
Industri

pengecoran

logam

dan

semua

industri

yang

menggunakan Hg sebagai bahan baku maupun bahan penolong,


limbahnya merupakan sumber pencemaran Hg. Sebagai contoh
antara lain adalah industri klor alkali, peralat an listrik, cat,
termometer, tensimeter, industri pertanian, dan pabrik detonator.
Kegiatan lain yang merupakan sumber pencemaran Hg adalah
praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan

14

penambal gigi. Selain itu bahan bakar fosil juga merupakan sumber
Hg pula.
c. Sumber dari Transportasi
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) Pb pada
bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik.
Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan
bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka
logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang
lainnya.
2.3 Mekanisme Kerja Toksikan Logam Berat dalam Sistem Perairan
Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam
air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal
dari pertambangan, peleburan logam dan industri lainnya, dan dapat juga berasal dari
lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam.
Di dalam air biasanya logam berikatan dengan senyawa kimia atau dalam bentuk
logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada. Tingkat
kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi bergantung pada lokasi,
jenis kompartemen, dan tingkat pencemarannya. Telah banyak dilaporkan bahwa
konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup di dalamnya.
Logam berat di perairan baik sungai maupun laut akan mengalami 3 proses
yaitu pengendapan, adsorbsi (ikatan) dan absorbsi (penyerapan) oleh organismeorganisme perairan. Kebanyakan logam berat memiliki daya larut tinggi sehingga
membahayakan kehidupan organisme perairan. Daya larut tersebut bisa bertambah
tinggi atau rendah tergantung kondisi perairan. Logam berat juga dapat dipindahkan
dari badan air melalui adsorbsi. Partikel bahan tertentu dan bahan organik dapat
mengadsobrsi logam berat yang terkandung dalam perairan. Logam berat dapat pula
dipindahkan dari badan air melalui proses absorbsi oleh organisme air secara langsung
maupun tidak langsung (Supriharyono, 2002).
Seperti yang dinyatakan Dahuri, dkk. (2004) pencemaran perairan akan
mempengaruhi kegiatan perikanan karena secara langsung maupun tidak langsung

15

mengurangi jumlah populasi, kerusakan habitat dan lingkungan perairan sebagai


media hidupnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan diantaranya
adalah menurunnya kandungan oksigen dalam perairan sebagai pembatas habitat ikan
terutama ikan dasar dekat pantai, eutrofikasi perairan menyebabkan pertumbuhan
algae tidak terkendali seperti peristiwa red tides yang menimbulkan keracunan pada
ikan.
Menurut Kunaefi dan Ariesyady (2006), kegiatan industri pertambangan,
pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya telah meningkatkan
kandungan logam di perairan laut. Logam yang terdistribusi di perairan laut akan
mempengaruhi kandungan logam terakumulasi diantara segenap organisme yang
hidup di sana. Kebanyakan logam bersifat racun, korosif serta bersifat bioakumulatif.
Walaupun logam yang dikonsumsi berada dalam jumlah yang sangat kecil dan jauh di
bawah baku mutu, bukan berarti substansi ini tidak memberikan efek negatif bagi
suatu organisme, dikarenakan sifat bioakumulasinya tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di perairan Pulau Kelapa (Kepulauan Seribu), potensi
bioakumulasi logam berat pada ikan di perairan tersebut sangat besar, dengan nilai
BCF paling tinggi dimiliki oleh logam Zn yang mencapai angka 65.196,50.
http://dedepurnama.blogspot.com
2.4 Mekanisme Pengangkutan atau Akumulasi Toksin Logam Berat dalam Biota
Hingga Meracuni Manusia
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan,
di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah
tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan
pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme
laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lainlain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh
fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam

16

rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan


dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton

memangsa

fitoplankton

sebanyak-banyaknya.

Fitoplankton

dan

zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik


level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau
hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai
tropik level tertinggi. Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung
konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi diantara seluruh organisme laut.
Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan
menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan.
Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan
bisa melebihi konsentrasi yang di air
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal pada keadaan yang lebih buruk.Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada
kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan
pencemar atau polutan. Dalam undang-undang lingkungan hidup dijelaskan bahwa
suatu tatanan lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila ke dalam tatanan
lingkungan hidup itu masuk atau dimasukkannya suatu benda lain yang kemudian
memberikan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian yang menyusun tatanan
lingkungan hidup itu sendiri, sehingga tidak dapat lagi hidup sesuai aslinya.
Pada tingkat lanjutnya bahkan dapat menghapuskan satu atau lebih dari mata
rantai dalam tatanan tersebut.Sedangkan suatu pencemar atau polutan adalah setiap
benda, zat ataupun organisme hidup yang masuk ke dalam suatu tatanan alami dan
kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang bersifat negatif terhadap tatanan
yang dimasukinya (Palar, 2004).

17

Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi


kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan terdapat 80 jenis
logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi dalam dua
jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial; yakni ion logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut bisa
menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain
sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial; yakni ion logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cd, Pb, Cr,
dan lain-lain.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia,
tergantung bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta
besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja
enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat
mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati dkk.,
2008)
Bryan (1976) dalam Maruf (2007) menyatakan secara umum sumber-sumber
pencemaran logam berat di laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber-sumber yang
bersifat alami dan buatan. Logam berat yang masuk ke perairan laut secara alami
berasal dari tiga sumber, yaitu : masukan dari daerah pantai (coastal supply) yang
berasal dari sungai dan hasil abrasi pantai aktivitas gelombang, masukan dari laut
dalam (deep sea supply) meliputi logam-logam yang dibebaskan dari aktivitas gunung
berapi di laut dalam dan partikel atau sedimen akibat proses kimiawi, serta masukan
dari lingkungan dekat daratan pantai. Adapun sumber buatan (man-made) adalah
logam-logam yang dibebaskan oleh proses industri logam dan batu-batuan.
Upaya Penanggulangan Pemcemaran Logam Berat
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan
dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu
untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion, serta beberapa
18

metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan


reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan
permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme
akuatik (perairan).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksin Logam-logam berat seperti Merkuri (Hg), Arsen (As), Kadmium (Cd),
Besi (Fe), dan Radioaktif memiliki pengaruh yang besar apabila masuk ke dalam
tubuh, terutama mempengaruhi sel-sel dan organ-organ, sehingga perlu dihindari
terjadinya pemaparan terhadap logam-logam tersebut. Logam berat termasuk bahan
berbahaya dan beracun yang biasanya dihasilkan oleh Alam itu sendiri, industri berupa
limbah. Logam berat yang lazim terdapat dalam limbah industri adalah logam timbal
(Pb),merkuri (Hg), kadnium (Cd), dan arsenicum (As).
3.2 Saran
Sebagai generasi penerus, maka sebaiknya kita harus bijakasana dalam
menjalani hidup ini.Perlu ditanamkan bahwa kesehatan adalah sesuatu yang harus dan
mesti dipertahankan.Dengan pola hidup sehat, maka bukan hanya kita yang dapat
merasakan arti kesehatan itu, tapi juga orang banyak.

19

DAFTAR PUSTAKA
Anderson,K dan Scoot,R. (1982). Fundamental of Industrial Toxicology. Michigan:
Ann Arbor Science Publisher.
Bernard S, Enayati A, Binstock T, Roger H, Redwood L, McGinnis W (2000). Autism:
A Unique of Mercury Poisoning. ARC Research Cranford, NJ 07016.
Casarett & Doulls.(2001). Toxicology the Basic Science of Poissons. New York:
McGraww-Hill Medical Publishing Division.
Eddie,

W.S.
(2005).
Limbah
B3
dan
//www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200504121503
%20B-3.pdf. 18 Desember 2005.

Kesehatan.http:
LIMBAH

Gayer, RA.(1986). Toxic Effects of Metal.In C.D.Klaasen, M.O.Amdur, and J.Doul.


(Eds). Toxicology the Basic Science of Poisons.3rd ed. New York: Mac
Millan Publishing Co.
Mukono, H.J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya: Airlangga
University Press.
Mukono, H.J. (2002). Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Press.
Mukono J., Koeswadji H., Sugijanto, Laksminiwati E. (1991). Laporan Penelitian:
Status Kesehatan dan Kadar Pb (timah hitam)Darah pada Karyawan SPBU
di Jawa Timur. LembagaPenelitian Universitas Airlangga.
Ringo,HS. and Damon, LE. (1990). Occupational Hematology. In J.LaDou (eds).
Occupational Medicine. San Fransisco: Riantice Hall International,Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai