BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang
memanfaatkan air sebagai sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah satu sumber
energi listrik utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya diharapkan mampu
memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat Indonesia, selain yang berasal dari bahan
bakar batu bara. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia banyak dikembangkan. Hal
ini karena persediaan air di Indonesia cukup melimpah. Keberadaan beberapa waduk
besar di Indonesia, selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk
menjadi energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air
ini salah satunya disebabkan potensi air yang ada di Indonesia. Jumlah air yang
melimpah, dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi sebuah arus
listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada listrik di
Indonesia. Pembangkit listrik tenaga air termasuk salah satu sumber pembangkit listrik
tertua yang pernah ditemukan. Selain pembangkit ini, masih ada pula beberapa jenis
pembangkit listrik yang ada di dunia. Seperti pembangkit listrik tenaga surya,
pembangkit listrik tenaga diesel, dan juga pembangkit listrik tenaga nuklir. Pembangkit
tinggi tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau
air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan
d a r i e n e r g y mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator). Kapasitas
PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6 milyar barrel
minyak atau samadengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1
milyar orang. PLTA termasuk jenis pembangkitan hidro. Karena pembangkitan ini
menggunakan air untuk kerjanya. Saat ini pengetahuan tentang PLTA perlu untuk
diketahui oleh para mahasiswa sebagai modal awal untuk kedepannya.
PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun 1900. Masa
itu merupakan era dimana penggunaan bahan bakar minyak merupakan sumber energi
utama di dunia. Pengembangan PLTA tidak terlalu diprioritaskan oleh karena itu
progresnya berjalan lambat. Sedangkan sekarang, pengembangan PLTA mulai di tinjau
ulang karena penggunaan bahan bakar minyak mengahasilkan banyak polusi
lingkungan dan persediaan bahan bakar minyak mulai menipis.
Beberapa alasan tambahan bahwa PLTA lebih menguntungkan dibandingkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Rumusan Masalah
Adapun hal yang akan dibahas mengenai PLTA pada makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan mengenai PLTA pada makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pembangkitan listrik, khususnya PLTA.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja dari sebuah PLTA.
3. Dengan membahas PLTA, kita bisa mengetahui faktor penting dalam pembangunan
PLTA dan dampak bagi masyarakat sekitar.
BAB II
ISI
A. Landasan Teori
Tenaga air merupakan sumber daya terpenting. Tenaga air memiliki beberapa
keuntungan yang tidak dapat dipisahkan. Bahan bakar untuk PLTU adakah batubara.
Berdasarkan pengertian yang sama, kita dapat mengatakan bahwa bahan bakr untuk
PLTA adalah air. Nyatanya suatu jurnal teknis mengenai tenag air menamakannya
sebagi batubara putih. Tetapi keunggulan untuk bahan bakar PLTA ini sama sekali tidak
akan habis terpakai ataupun berubah menjadi yang lain.
PLTA tidak menghadapi masalah pembuangan limbah. PLTA meruapkan suatu
sumber energy yang abadi. Air melintas melalaui turbin tanpa kehilangan kemampuan
pelayanan untuk wilayah di hilirnya. Biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTA
sangat rendah.
Pada PLTA, transportasi batubara putih berlangsung secara alamiah. Turbinturbin pada PLTA bisa dioperasikan setiap saat dan cukup sederhana untuk dimengerti.
Peralatan PLTA yang mutakhir, umumnya memiliki peluang yang besar untuk bisa
dioperasikan selama 50 tahun. PLTA bisa diamnfaatkan untuk cadangan yang bisa
diandalakn pada sistem kelistrikan terpadu.
1. Pengertian PLTA
Pengertian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah
energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan
turbinair) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator)
Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari
dam ke turbin setelah itu air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir
akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama tetap
stabil.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial
(dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari
energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator).
PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
yang
potensial
sebagai
sumber
air
untuk
beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang
akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak
sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian
kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk
menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi PLTA
tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air
maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi
sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.
Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6 milyar
barrel minyak atau sama dengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh
lebih 1 milyar orang.
Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan
tanaga listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah
tersebut.
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau
jaringan transmisi.
2. Prinsip PLTA dan konversi energi
Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi kinetis
dengan adanya head, lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis dengan
adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu energi mekanis ini berubah menjadi
energi listrik melalui perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik yang bisa
dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak tinggi air
(head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).
Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan
perubahan energi, yaitu:
a. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu akibat
adanya perbedaan ketinggian. Besarnya energi potensial yaitu:
Ep = m . g . h
Dimana:
Ep : Energi Potensial
m : massa (kg)
g : gravitasi (9.8 kg/m2)
h : head (m)
b. Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga timbul
air dengan kecepatan tertentu, yang dirumuskan.
Ek = 0,5 m . v . v
Dimana:
Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
v : kecepatan (m/s)
c. Energi Mekanis
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan turbin. Besarnya
energi mekanis tergantung dari besarnya energi potensial dan energi kinetis. Besarnya
energi mekanis.
dirumuskan: Em = T . . t
Dimana:
Em : Energi mekanis
T : torsi
: sudut putar
t : waktu (s)
d. Energi Listrik
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan energi listrik
sesuai persamaan:
El = V . I . t
Dimana:
El : Energi Listrik
V : tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)
3. Komponen Dasar PLTA
Komponen komponen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator dan transmisi.
Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin memerlukan
pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi untuk pengendalian
banjir.
a. Turbin
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air akan
memukul sudu sudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin ini di
hubungkan ke generator.
Turbin merupakan peralatan yang tersusun dan terdiri dari beberapa peralatan
suplai air masuk turbin, diantaranya sudu (runner), pipa pesat (penstock), rumah turbin
(spiral chasing), katup utama (inlet valve), pipa lepas (draft tube), alat pengaman,
poros, bantalan (bearing), dan distributor listrik. Menurut momentum air turbin
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Turbin reaksi
bekerja karena adanya tekanan air, sedangkan turbin impuls bekerja karena kecepatan
air yang menghantam sudu.
Prinsip Kerja Turbin Reaksi yaitu Sudu-sudu (runner) pada turbin francis dan
propeller berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya tetap (tidak bisa
digerakkan). Sedangkan sudu-sudu pada turbin kaplan berfungsi sebagai sudu-sudu
jalan, posisi sudunya bisa digerakkan (pada sumbunya) yang diatur oleh servomotor
dengan cara manual atau otomatis sesuai dengan pembukaan sudu atur. Proses
penurunan tekanan air terjadi baik pada sudu-sudu atur maupun pada sudu-sudu jalan
(runner blade). Prinsip Terja Turbin Pelton berbeda dengan turbin rekasi Sudu-sudu
yang berbentuk mangkok berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisinya tetap (tidak bisa
digerakkan).
Dalam hal ini proses penurunan tekanan air terutama terjadi didalam sudu-sudu
aturnya saja (nosel) dan sedikit sekali (dapat diabaikan) terjadi pada sudu-sudu jalan
(mangkok-mangkok runner).Air yang digunakan untuk membangkitkan listrik bisa
berasal dari bendungan yang dibangun diatas gunung yang tinggi, atau dari aliran
sungai bawah tanah. Karena sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain
sesuai dengan karakteristik dan jumlah aliran airnya. Berikut ini merupakan berbagai
jenis turbin yang biasa digunakan untuk PLTA.
b. Generator
Generator
dihubungkan
ke
turbin
dengan
bantuan
poros
dan
gearbox.
yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian menjadi listrik. Agar
generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
i. Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor,
sesuai dengan persamaan:
= 60 . f / P
dimana:
: putaran
f : frekuensi
P : jumlah pasang kutub
Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang, dengan frekuensi
system sebesar 50 Hertz, maka didapat nilai putaran rotor sebesar 333 rpm.
ii. Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya
daya listrik yang bisa dihasilkan oleh pembangkit
iii. Magnet
Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan
dihasilkan dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR
maka akan timbul magnet dari rotor.
Sehingga didapat persamaan:
E=B.V.L
Dimana:
E : Gaya elektromagnet
B : Kuat medan magnet
V : Kecepatan putar
L : Panjang penghantar
Dari ketiga hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan kumparan,
sehingga agar beban yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa diatur adalah sifat
kemagnetannya, yaitu dengan mengatur jumlah arus yang masuk. Makin besar arus
yang masuk, makin besar pula nilai kemagnetannya, sedangkan makin kecil arus yang
masuk, makin kecil pula nilai kemagnetannya.
Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator dibedakan menjadi empat,
yaitu:
Jenis biasa thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua guide bearing.
Jenis Payung (Umbrella Generator) thrust bearing dan satu guide bearing diletakkan
dibawah rotor.
Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator) kombinasi guide dan thrust bearing
diletakkan dibawah rotor dan second guide bearing diletakkan diatas rotor.
Jenis Penunjang Bawah thrust bearing diletakkan dibawah coupling. Generator yang
digunakan di Saguling adalah jenis Setengah Payung.
c. Travo
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak
banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi. Travo yang digunakan adalah travo
step up. Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah atau
industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step
down. Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air
dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada teknologi baru yang dikenal
dengan pumped-storage plant.
d. Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pusat Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki
bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara
i.
ii.
iii.
iv.
4. Jenis PLTA
a. PLTA jenis terusan air (water way)
Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai dan
mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan (gradient) yang agak
kecil.Tenaga listrik dibangkitkan dengan cara memanfaatkan tinggi terjun dan
kemiringan sungai.
b. PLTA jenis DAM /bendungan
Adalah
pembangkit
listrik
dengan
bendungan
yang
melintang
ketinggian.
Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan
b.
c.
pabrik.
Berdasarkan ketinggian, yaitu: dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama
lebih dari 150 m.-dam rendah kurang dari 30 m, dam ketinggian-medium antara 30 -100
m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.Beberapa bendungan lainnya yaitu bendungan
Sadel sebenarnya adalah sebuah dike,yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi
danau untuk melindungi tanah disekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan tanggul, yaitu
tembok yang dibuatsepanjang sisi sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di
sekitarnya darikebanjiran. Sebuah bendungan Pengukur overflow dam didisain untuk
dilewati air. Weir adalah sebuah tipe bendungan pengukur kecil yang digunakan untuk
mengukur input air. Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang
didisain untuk mengurangi dan mengontrol arus soil erosion. Pumped-storage plant
memiliki dua penampungan yaitu:
i. Waduk Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA konvensional.
Air dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan listrik.
ii.
Waduk cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin
ditampung di lower reservoir sebelum dibuang disungai.
6. Parameter yang mempengaruhi pengoperasian PLTA
a. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan musim
penghujan. Maupun musim kemaraupanjang, diperlukan perhitungan besar volume air
yang tersedia dalam waduk / dam, guna perhitungan berapa besar debit air yang harus
dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin. Bila terjadi banjir, berapa besar
volume air yang harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui pintu pembungan air,
sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam waduk / dam, dengan demikian dapat
dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun perangkat keras pendukung
lainnya. Untuk kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang
berada dalam waduk / dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter yang
mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang ada dalam waduk/dam.
Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar pada DAS
dalam waduk / dam tersebut.
b. Konstruksi Saluran Air ke Turbin
Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran air yang
dialirkan ke turbin. Besar tekanan aliran air yang dialirkan tersebut, dipengaruhi debit air
yang dialirkan beserta konstruksi dan penempatan saluran air yang mengalirkan air
tersebut. Semakin lebar diameter dan semakin tinggi pintu saluran air dibuka, semakin
besar debit air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang terjadi masuk ke turbin.
Selain hal tersebut diatas, rancangan dan peletakan saluran air tersebut, juga
mempengaruhi tekanan air yang dialirkan ke turbin.
Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi operasi PLTA,
disebabkan oleh :
i. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan musim
penghujan maupun musim kemarau panjang, diperlukan perhitungan besar volume air
yang tersedia dalam waduk / dam, guna perhitungan berapa besar debit air yang harus
dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin.
Bila terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibuang keluar dari waduk /
dam melalui pintu pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam
waduk / dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan waduk / dam
maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk kebutuhan perhitungan keadaan air
baik yang akan masuk maupun yang berada dalam waduk / dam, dilakukan pengukuran
terhadap parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang
ada dalam waduk/dam.
Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar pada DAS
dalam waduk / dam tersebut. Data hasil pengukuran yang diperoleh pada stasiun
pengukuran, ditransmisikan melalui media komunikasi yang digunakan ke pusat kontrol
operasi PLTA untuk diproses sesuai fungsinya dalam sistem kontrol tersebut.
Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada beberapa parameter yang harus
diperhatikan antara lain:
ii. Aliran permukaan ( surface flow)
Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama
turunnya hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama waktu
turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar sungai. Tinggi
permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin besar aliran
permukaan dan aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi, sehingga semakin
besar volume air yang mengalir ke dalam waduk / dam.
iii. Aliran dasar ( Base flow)
iv. Tinggi muka air
v. Kehilangan air karena keadaan lingkungan
Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi antara
lain:
Suhu udara semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air.
Kelembaban semakin kecil kelembaban (humidity), semakin besar kehilangan air.
Kecepatan angin semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar
kehilangan air.
Penyinaran matahari semakin panas dan semakin lama penyinaran matahari, semakin
besar kehilangan air.
vi. Keadaan DAS
Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara lain :
kehilangan air
7. Klasifikasi PLTA
Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air berdasarkan:
a. Berdasarkan tujuan
Hal ini disebabkan karena fungsi yang berbeda-beda misalnya untuk mensuplai
air, irigasi, kontrol banjir dan lain sebagainya disamping produksi utamanya yaitu tenaga
listrik.
b. Berdasarkan keadaan hidraulik
Suatu dasar klasifikasi pada pembangkit listrik tenaga air adalah memperhatikan
prinsip dasar hidraulika saat perencanaannya. Ada empat jenis pembangkit yang
i.
ii.
kekuatan air secara wajar yang diperoleh dari pengaliran air dan sungai.
Pembangkit listrik dengan pemompaan kembali air ke kolam penampungan yaitu
pembangkitan menggunakan konsep perputaran kembali air yang sama denagn
mempergunakan pompa, yang dilakukan saat pembangkit melayani permintaan tenaga
iii.
iv.
i.
ii.
iii.
iv.
i.
ii.
iii.
iv.
Pembangkit listrik pada aliran sungai, pemiliahn lokasi harus menjamin bahwa
pengalirannya tetap normal dan tidak mengganggu bahan-bahn konstruksi pembangkit
listrik. Dengan demikian pembangkit listrik walaupun mempunyai kolam cadangan untuk
penyimpanan air yang besar, juga mempunyai sebuah saluran pengatur jalannya air
a. Turbin Kaplan
Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di bawah20
meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik roda air
turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin Kaplan menyerupai
baling-baling dari kipas angin.
b. Turbin Francis
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk
tinggi terjun sedang, yaitu antara 20-400 meter. Teknik mengkonversikan energi
potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses
reaksi sehingga turbin Francis jugadisebut sebagai turbin reaksi.
c. Turbin Pelton
Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu di atas 300
meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda
air turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai
turbin impuls.
Untuk semua macam turbin air tersebut di atas, ada katup pengatur yang mengatur
banyaknya air yang akan dialirkan ke roda air. Dengan pengaturan air ini, daya turbin
dapat diatur. Di depan katup pengatur terdapat katup utama yang harus ditutup apabila
turbin air dihentikan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan pada
turbin. Apabila terjadi gangguan listrik yang menyebabkan PMT generator trip, maka
untuk mencegah turbin berputar terlalu cepat karena hilangnya beban generator yang
diputar oleh turbin, katup pengatur air yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan
katup pengatur ini akan menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa
Inggris disebut water hammer (palu air). Water hammer ini menimbulkan pukulan
mekanis kepada pipa pesat ke arah atas (hulu) yang akhirnya diredam dalam tabung
peredam (surge tank).
Kecepatan spesifik (specffic speed) turbin air didefinisikan sebagai jumlah putaran
per menit [rpm] (rotation per minute [rpm] dari turbin untuk menghasilkan satu daya
kuda pada tinggi terjun H = I meter.
Saluran air dari dam atau kolam tando sampai pada. tabung peredam, panjangnya
dapat mencapai beberapa kilometer. Apabila saluran ini tidak rata, jalannya naik turun,
maka di bagian-bagian cekungan yang rendah, harus ada katup untuk membuang
endapan pasir atau lumpur yang terjadi di cekungan rendah tersebut. Di sisi lain, yaitu
di bagian-bagian lengkungan yang tinggi juga harus ada katup, tetapi dalam hal ini
untuk membuang udara yang terperangkap dalam lengkungan yang tinggi ini. Secara
periodik, katup-katup tersebut di atas harus dibuka untuk membuang endapan yang
terjadi maupun untuk membuang udara yang terperangkap.
B. Metode Pembahasan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi literatur yang
bersumber dari referensi referensi jurnal yang bahasannya meliputi tentang
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), tidak hanya itu kamipun menggunakan metode
searching melalui internet. Sehingga materi materi yang kami dapat tidak hanya dari 1
sumber saja, melainkan kumpulan dari point point penting dari setiap setiap jurnal dan
artikel.
C. Pembahasan
EBTKEPembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar
di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan
kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt
(MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.
Kapasitas 1008 MW tersebut terdiri dari Cirata I yang memiliki empat unit
masing-masing operasi dengan daya terpasang 126 MW yang mulai dioperasikan tahun
1988 dengan daya terpasang 504 MW, selain itu Cirata II juga dengan empat unit
masing-masing 126 MW, yang mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan daya
terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1.428
GWh pertahun yang kemudian dislaurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra
tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Guna menghasilkan energi listrik sebesar 1.428 Gwh, dioperasikan delapan
buah turbin dengan kapasitas masing-masing 129.000 KW dengan putaran 187,5 RPM.
Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin 112,5 meter dengan debit air
maksimum 135 m3 perdetik.
PLTA Cirata dibangun dengan komposisi bangunan power house empat lantai di
bawah tanah yang menpengoperasiannya dikendalikan dari ruang control switchyard
berjarak sekitar 2 kilometer (km) dari mesin-mesin pembangkit yang terletak di power
house. PLTA tersebut merupakan pembangkit yang dioperasikan oleh anak perusahaan
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilo volt (KV) ke sistem
Jawa Bali yang diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).
Kontribusi utama Cirata terhadap sistem Jawa Bali yaitu memikul beban puncak
dan beroperasi pada pukul 17.00-22.00, dengan moda operasi LFC (Load Frequency
Control), dimana memiliki fasilitas line charging bila sistem Jawa Bali mengalami Black
Out dan Start up operasi/ sinkron ke jaringan 500 KV yang relatif cepat yaitu kurang
lebih lima menit.
PLTA Cirata terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru,
Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Latar belakang pendirian PLTA
ini, dengan letak sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah
hujan yang tinggi. Pembangunan proyek PLTA Cirata merupakan salah satu cara
pemanfaatan potensi tenaga air di Sungai Citarum yang letaknya di wilayah kabupaten
Bandung, kurang lebih 60 km sebelah barat laut kota Bandung atau 100 km dari Jakarta
melalui jalan Purwakarta. (ferial).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen kompnen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator dan transmisi.
Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin memerlukan
pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi untuk pengendalian
banjir. contoh waduk Jatiluhur yang berkapasitas 3 miliar kubik air dengan volume
efektif sebesar 2,6 miliar kubik.
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. gaya
jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air
kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk
memutar baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Perputaran turbin ini di
hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin Francis, Kaplan,
Pelton, dll.
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.
Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet didalam generator
sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC.
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak
banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi. Travo yang digunakan adalah travo
step up.
Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah atau
industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step
down.
DAFTAR PUSTAKA