Tambahan Sken 2
Tambahan Sken 2
1Fatty Liver
Definisi
Fatty liver merupakan pembengkakan hati yang disebabkan oleh adanya penimbunan lemak
(Lipid) yang berlebihan di dalam sel-sel hati. Dikatakan perlemakan hati jika kandungan
lemak (terutama terdiri atas trigliserida) di hati melebihi 5% dari seluruh berat hati. Karena
pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak praktis, diagnosis dibuat berdasarkan analisis
specimen biopsy jaringan hati, yaitu ditemukannya minimal 5-10% sel lemak dari
keseluruhan hepatosit.
Epidemiologi
Di Indonesia kasus Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH) masih belum banyak ditemukan,
menurut Lesmana dari 17 pasien NASH rata-rata berumur 42 tahun dengan 29% gambaran
histology hati yang disertai dengan fibrosis. Study populasi prevalensi NASH sebesar
30,6%. Faktor risiko yang penting adalah obesitas, hipertrigliseridemia, dan diabetes
mellitus (DM).NASH dapat terjadi pada semua usia, walaupun dikatakan paling banyak
keracunan vitamin A.
Fibrosis kistik (bersamaan dengan kurang gizi).
Kelainan bawaan pada metabolisme glikogen, galaktose, tirosin atau homosistin.
Kekurangan kolesterol esterase
Klasifikasi
1 Non alcoholic fatty liver
2 Alcoholic fatty liver
Dari kedua klasifikasi ini tidak terdapat perbedaan pada gambaran
histopatologis maupun manifestasi klinisnya, tetapi tatalaksananya
berbeda. Patokan pembedanya masih diperdebatkan oleh para ahli,
tetapi yang saat ini digunakan adalah apabila konsumsi alkohol kurang
dari 20g/hari, tergolong non alkoholik fatty liver.
7.1.1Non Alcoholic fatty liver
Perlemakan hati non-alkoholik dapat dibagi menjadi:
Steatosis Makrovesikular
Obesitas
Simtomatologi; asimtomatik. Pada CT-Scan parenkim hati hipodens, dan didapatkan juga
peningkatan transaminase. Sebagian besar kelompok obesitas ini adalah steatosis
makrovesikullar tanpa keluhan/ asimtomatik dan seringkali dittemukan secara kebetulan
karena adanya
peningkatan transaminase
atau ditemukannya
hepatomegali pada
pemeriksaan fisis di samping obesitas. Penurunan berat badan sangat dianjurkan dan ini
dapat menghentikan / mencegah terjadinya steatonekrosis dan fibrosis.
2
Steatosis Mikrovesikular
1
Patogenesis
Dua kondisi yang sering berhubungan dengan perlemakan hati non alkoholik adalah obesitas
dan diabetes nelitus, serta dua abnormalitas metabolik yang sangat kuat kaitannya dengan
penyakit ini adalah peningkatan suplai asam lemak ke hati serta resistensi insulin. Hipotesis
yang sampai saat ini banyak diterima adalah the two hit theory yang diajukan oleh Day dan
James.
Hit pertama terjadi akibat penumpukan lemak di hepatosit yang dapat terjadi karena
berbagai keadaan, seperti dislipidema, diabetes mellitus, dan obsitas. Seperti diketahui
bahwa dalam keadaan normal, asam lemak bebas dihantarkan memasuki organ hati lewat
sirkulasi darah arteri dan portal. Di dalam hati, asam lemak bebas akan mengalami
metabolisme lebih lanjut, seperti proses re-esterifikasi menjadi trigliserida atau digunakan
untuk pembentukan lemak lainnya. Adanya peningkatan massa jaringan lemak tubuh,
khususnya pada obesitas sentral, akan meningkatkan penglepasan asam lemak bebas yang
kemudian menumpuk di hepatosit. Bertambahnya asam lemak bebas di dalam hati akan
menimbulkan peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak. Proses ini terfokus di
mitokondria sel hati sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan mitokondria itu
sendiri. Inilah yang disebut sebagai hitkedua. Ketika stres oksidatif yang terjadi di hati
melebihi kemampuan perlawanan anti oksidan, maka aktivitas sel stelata dan sitokin pro
inflamasi akan berlanjut dengan inflamasi progresif, pembengkakan hepatosit dan kematian
dilakukan pemeriksaan lain, misalnya dalam medical check-up. Sebagian lagi datang dengan
komplikasi sirosis seperti asites, perdarahan varises, atau bahkan sudah berkembang menjadi
hepatoma.
Diagnosis
Biopsi hati
Merupakan baku emas (gold standard) pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
dan sejauh ini masih menjadi satu-satunya metode untuk membedakan steatosis non
Terapi Farmakologis
Antioksidan
Hepatoprotektor
7.1.2Alcoholic fatty liver
Konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
tiga lesi utama diantaranya adalah :
hepatitis alkoholic
sirosis alkoholic
Etiologi
Perlemakan hati alkoholic timbul pada sebagian besar peminum berat tapi reversibel pada
penghentian konsumsi alkohol dan tidak dianggap sebagai prekursor hepatitis alkoholik atau
sirosis yang tidak dapat dihindari. Selain itu, faktor nutrisi (malnutrisi sekunder)
memperbesar efek pencernaan alkohol kronik yang dapat merusak hati yang diawali oleh
lunak
berwarna kuning
berlemak
mudah patah
perubahan perlemakan dimulai dari sentrolobular tapi kemudian difus hingga seluruh
lobulus
kadang lemak mengumpul dalam bercak kecil tanpa disertai perpindahan inti (seperti
pada sindrom Rye)
awal mulanya terjadi peningkatan jaringan ikat yang sedikit atau tidak nyata yang timbul
secara sembunyi dan membahayakan.
Sampai timbulnya fibrosis ini, perubahan perlemakan reversibel bila tidak ada penggunaan
alkohol lebih lanjut.
Pengendapan kolagen dapat terjadi di sekitar vena sentralis (perisentral), sekitar sinusoid
(perisinusoid), atau sebagai serabut kecil di sekitar hepatosit (periseluler).
Patofisiologi
Penumpukan lemak dalam hati seorang alkoholik terjadi akibat kombinasi antara :
a)
b)
c)
1)
2)
3)
4)
Diagnosis
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan darah rutin normal
Serologis:
Bilirubin meningkat
Terjadi anemia hemolitik ( akibat efek hiperkolesterolemia pada membran eritrosit yang
menimbulkan tonjolan aneh seperti duri akantositosis)
Terjadi anemia ( kehilangan darah GI tract akut atau kronik, Defisiensi nutrisi terutama
asam folat dan vitamin B 12, Efek supresif langsung alkohol terhadap sumsum tulang)
Harus dicurigai pada pasien alkoholik dengan hepatomegali dan uji fungsi hati yang normal
sindrom ini
Selain itu ada juga keterkaitan dengan kehamilan kembar, fetus laki-laki, kehamilan
Definisi
Merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati, disebabkan oleh virus hepatitis
A (HAV). Di Indonesia, hepatitis A masih merupakan bagian tebesar dari kasus-kasus
hepatitis akut (39,8%-68,3%) yang sebagian besar terdapat di daerah dengan kesehatan di
bawah standar.
Masa inkubasi dari HAV sekitar 15-50 hari (rata-rata 30 hari). HAV disekresi di tinja oleh
orang yang teinfeksi selama 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan penyakit.
Viremia muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 60 hari pada
System imun yang bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan hati dikarenakan virus
hepatitis A adalah
Melibatkan respon CD8 dan CD4 pada sel hati
Produksi sitokin di hati dan sistemik
Efek dari sitopatik terjadi karena merupakan efek langsung dari virus pada pasien
1 Fase inkubasi
Merupakan waktu anatara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan
dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek masa
inkubasi ini.
2 Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise
umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anoreksia. Mual muntah dan anoreksia berhbungan dengan perubahan
penghidu dan pengecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Demam
derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kadran
kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan
tetapi jarang menimbulkan kolesisitis.
3 Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
degan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi
justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4 Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali
dengan
menghilangnya
ikterus
dan
keluhan
lain,
tetapi
Diagnosis
Diagnosis HAV tidak dapat ditegakkan melaui gejala klinis dan pemeriksaan fisik, karena
hampir semua hepatitis virus mempunyai gejala klinis yang sama yaitu malaise, mialgia,
artralgia, anoreksia ikterus, nyeri hipokondrium dextra serta hepatomegali. Untuk itu,
penegakkan diagnosis HAV dilakukan pemeriksaan serologi.
Sewaktu timbul ikterus, antibodi terhadap HAV dapat diukur dalam serum. Penanda serologi
yang terdapat pada serum, antara lain:
Hepatitis A antigen. Terdeteksi karena periode viremia. Namun penanda ini jarang
ditemukan karena periode viremia pada hepatitis A sangat pendek (kurang dari 3 minggu)
vaksinasi
Enzim Liver
Terjadi peningkatan level ALT dan AST (aspartate aminotransfesare) ini merupakan
pemeriksaan yang paling sensitive.
Peningkatan ini bisa mencapai hingga 10.000 m IU/ml (dimana biasanya level ALT>AST),
dan akan kembali ekitar 5-20 minggu
Tes Fungsi Liver
Level blirubin akan meningkat, yang kemudian diikuti dengan peningkatan AST dan ALT.
Selain itu juga bisa disertai penurunan serum albumin.
Waktu Protrombin
Terjadi pemanjangan waktu protrombin.
Penatalaksanaan
Dianjurkan istirahat ditemapt tidur sampai pasien hampir bebas dari ikterus dan
yang sakit berat dan terancam akan koma hepatic, protein makanan harus dibatasi.
Pemberian kortikosteroid hanya pada kolestasis yang berkepanjangan.
1 Imunoprofilaksis
a Sebelum terjadinya paparan, digunakan vaksin HAV yang dilemahkan
b Vaksinasi
Dilakukan pada :
Pengunjung ke daerah yang resiko
Homosexual
Pekerja di pembuangan air
Paramusaji
2 Immunoprofilaksis pasca paparan
Pemberian injek immunoglobulin
Prognosis
Umumnya baik pasien dapat sembuh sempurna
Belum pernah didapati kematian akibat hepatitis virus A karena tidak akan
berkembang jadi kronik.
7.2.2 Hepatitis b
Definisi
Peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang disebarkan melalui seluruh
cairan tubuh penderita infeksi akut, kronis, maupun carrier asimtomatik.
Etiologi
Disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) dengan transmisi melalui darah dimana virus ini:
HBcAg
Antigen hepatitis B core
Merupakan protein structural
Tidak terdeteksi secara rutin dalam serum karena terdapat pada lapisan dalam dari kulit
(HBsAg).
hilang.
Selalu ditemukan pada infeksi akut dan jika menetap menunjukan infeksi replikatif kronis.
Menunjukan adanya replikasi virus dan dalam keadaan sangat menular.
Antibody terhadap HBeAg menandakan hilangnya virus yang bereplikasi dan menurunnya
daya tular.
Epidemologi dan Faktor Risiko
Dapat terjadi pada semua golongan umur
Pada 1-5% dewasa, 90% neonatus, dan 50 % bayi dapat berkembang menjadi kronis dan
persisten.
Viremia terjadi selama beberapa minggu bulan setelah infeksi akut.
Infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis dan kanker hepar.
Virus hepatitis B dapat ditemukan pada darah, semen, secret cervicovaginal, saliva, air mata,
dan tindik.
Transmisi maternal-neonatal maupun maternal-infant (ibu dengan HBV kepada bayinya).
Yang berisiko tinggi terkena adalah:
Imigran ataupun wisatawan dari daerah endemis hepatitis B.
Intravenous Drug User
Sering berganti-ganti pasangan seks.
Homoseksual yang aktif secara seksual.
Pasien RSJ (kebersihan diri tidak terjaga)
Pasien hemodialisis dan hemophilia yang menerima produk tertentu dari plasma.
Kontak serumah dengan penderita maupun karier HBV.
Pekerja kesehatan (sering kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien dan kemungkinan
1
2
4
a
NK-T.
Untuk proses eradikasi HBV lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik dengan
Manifestasi Klinis
Berdasarkan perjalanan penyakitnya. Terdapat perbedaan perjalanan penyakit antara
hepatitis B akut dengan yang kronis, yaitu:
Akut
Terdapat 4 tahapan, yaitu:
1 Fase inkubasi
Adalah waktu di antara masuknya virus dan timbul gejala.Tiap jenis virus hepatitis memiliki
2
Adalah fase di antara timbulnya keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.Awitannya
singkat atau insidious, ditandai dengan malaise, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala
saluran
napas,
dan
perubahan
penghidu
&
pengecapan
(mual,
muntah,
dan
klinis.
Fase konvalesen (penyembuhan)
Fase ini diawali dengan hilangnya ikterus dan keluhan lain, tapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Pada saat ini penderita sudah merasa sehat dan nafsu
makannya sudah kembali.
Pada keadaan akut, keadaan penderita biasanya membaik dalam 2-3 minggu.Untuk
perbaikan klinis dan laboratorium secara lengkap pada hepatitis B biasanya terjadi dalam 16
minggu.
Kronis
Terdapat 3 tahapan, yaitu:
1 Fase imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleran terhadap HBV (pada masa anak-anak ataupun dewasa muda)
konsentrasi virus dalam darah jadi meningkat (tinggi), tetapi tidak terjadi peradangan hati
yang berarti.
Pada keadaan ini virus sedang bereplikasi tanda: titer HBsAg sangat tinggi, HBeAg (+),
anti-HBe (-), titer DNA HBV tinggi, dan konsentrasi ALT relatif normal.
Pada fase ini jarang terjadi serokonversi HBeAg secara spontan dan terapi untuk
menginduksi serokonversi HBeAg biasanya tidak efektif.
Keterangan:
Serokonversi adalah perubahan tes serologi dari (-) menjadi (+) menunjukan
terinfeksi HBV.
Pada fase ini serokonversi HBeAg (spontan maupun karena terapi) lebih sering terjadi.
Fase nonreplikatif/Residual
Sekitar 70% individu yang sebelumnya mengalami fase imunotoleransi sebagian besar
partikel HBV dapat dihilangkan tanpa mengakibatkan kerusakan sel-sel hati yang berarti.
Tanda: titer HBsAg rendah, HBeAg menjadi (-), dan anti-HBe menjadi (+) secara spontan,
Pada sebagian pasien, sewaktu terjadi serokonversi HBeAg (+) menjadi anti-HBe , justru
sudah terjadi sirosis (karena terjadi fibrosis setelah nekrosis pada kekambuhan yang
berulang sebelum terjadi serokonversi).
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan dari IgM antibodi terhadap
diperiksa.
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg .Kedua petanda tersebut menghilang
dalam beberapa minggu atau bulan pada infeksi yang sembuh sendiri .selanjutnya kan
Definisi
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini disebabkan
oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak memberikan gejala, namun
infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun
menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami
gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung,
yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.
Hepatitis C mempunyai tingkat keparahan yang paling tinggi dibanding Hepatitis A dan B.
Sama dengan Hepatitis B, Virus hepatitis C ditularkan lewat darah yang jalan utama
infeksinya berasal dari transfusi darah atau produk darah yang belum diskrining
(pemeriksaan),
saling
tukar
jarum
suntik
oleh
pengguna
narkoba
suntik
(injectingdruguser/IDU) serta jarum atau alat tato dan tindik yang tidak steril.
Infeksi virus Hepatitis C juga disebut sebagai infeksi terselubung (silentinfection) karena
pada infeksi dini seringkali tidak bergejala atau tidak ada gejala yang khas sehingga
seringkali terlewatkan. Kebanyakan orang tidak tahu mereka terinfeksi Hepatitis C sampai
Hepatitis C virus).
Termasuk flaviviridae, genus hepacivirus
Merupakan virus dengan rantai tunggal RNA
Ada 6 genotip yang diketahui, namun yang umum diketahui hanya genotip 1,2,3
Genotip 2 dan 3 lebih responsive terhadap antiviral daripada tipe 1
HCV dapat bermutasi, yang akan mengakibatkan:
Ketidakmampuan anti HCV IGg antibody untuk membersihkan infeksi
Infeksi yang persisten dan relaps, menjurus ke hepatitis kronik
Perkembangan vaksin yang kurang, sampai saat ini penggunaan vaksin sebagai
Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk
menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu
tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan
kanker hati.
Faktor Risiko
Penggunaan narkoba suntik
Penggunaan narkoba suntik merupakan faktor risiko utama penularan virus hepatitis C di
banyak negara di dunia.Kajian di 77 negara menunjukkan bahwa 25 negara memiliki angka
hepatitis C pada populasi pengguna narkoba suntik antara 60% dan 80%, termasuk di
Amerika Serikat dan Cina. Di dua belas negara angkanya lebih besar dari 80% Sebanyak
sepuluh juta pengguna narkoba suntik terinfeksi hepatitis C; Cina (1,6 juta), Amerika Serikat
(1,5 juta), dan Rusia (1,3 juta) memiliki total terbanyak. Angka hepatitis C pada warga
binaan di lembaga pemasyarakatan di Amerika Serikat sepuluh hingga dua puluh kali lipat
dibandingkan dengan populasi umum, dan penelitian ini mengaitkannya dengan perilaku
berisiko seperti penggunaan narkoba suntik dan pembuatan tato dengan peralatan yang tidak
steril
Pajanan terkait layanan kesehatan
Transfusi darah, produk darah, dan transplantasi organ tanpa penapisan HCV menimbulkan
risiko yang tinggi terkena infeksi. Amerika Serikat mewajibkan penapisan universal pada
1992. Sejak saat itu angka infeksi menurun dari sebelumnya satu dari 200 unit
darah,menjadi hanya satu dari 10.000, hingga satu dari 10.000.000 unit darah. Risiko rendah
tetap ada karena terdapat periode sekitar 11-70 hari antara seorang pendonor darah yang
kemungkinan menderita hepatitis C dan hasil pemeriksaan darah yang positif.Beberapa
negara belum melakukan penapisan hepatitis C karena masalah biaya.
Orang yang tertusuk jarum suntik bekas pakai penderita HCV memiliki peluang 1,8% untuk
tertular penyakit hepatitis C. Risiko tersebut menjadi lebih tinggi jika jarum yang digunakan
berlubang dan luka tusuk tersebut dalam.Terdapat risiko paparan mukus ke darah; namun
risiko tersebut rendah, dan tidak ada risiko jika pajanan darah tersebut terjadi pada kulit
yang utuh.
Peralatan rumah sakit juga dapat menularkan hepatitis C termasuk: penggunaan ulang jarum
suntik dan spuit, vial obat yang digunakan berkali-kali, kantong infus, dan peralatan bedah
yang tidak steril. Standar yang buruk di fasilitas pelayanan kesehatan umum dan gigi
menjadi penyebab utama penularan HCV di Mesir, negara dengan angka infeksi tertinggi di
dunia.
Hubungan seksual
Tidak diketahui apakah hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Meskipun
terdapat hubungan antara aktivitas seksual berisiko tinggi dan hepatitis C, belum jelas
apakah penularan penyakit tersebut disebabkan oleh penggunaan narkoba yang tidak
dikatakan oleh pasien atau disebabkan oleh seks itu sendiri. Bukti yang ada mendukung
bahwa tidak ada risiko pada pasangan heteroseksual yang tidak berhubungan seks dengan
orang lain selain pasangan mereka. Aktivitas seksual yang melibatkan trauma berat pada tepi
bagian dalam saluran anus, seperti penetrasi anus, atau yang terjadi ketika terdapat infeksi
menular seksual, termasuk HIV atau ulkud genital, cukup berisiko. Pemerintah Amerika
Serikat merekomendasikan penggunaan kondom hanya untuk mencegah penularan hepatitis
C pada orang yang bergonta-ganti pasangan.
Tindik di bagian tubuh
Tato juga dapat meningkatkan risiko penularan hepatitis C hingga dua atau tiga kali lipat. Ini
bisa disebabkan karena peralatan yang tidak steril atau karena tinta yang digunakan
terkontaminasi virus. Tato atau tindik badan yang dilakukan sebelum pertengahan tahun
1980an atau yang dilakukan secara tidak profesional menjadi salah satu penyebabnya,
karena masih buruknya teknik steril dalam kondisi tersebut. Risiko tersebut semakin
meningkat jika tato yang dibuat lebih besar. Hampir setengah dari warga binaan di lapas
menggunakan peralatan pembuatan tato secara bersama-sama. Tato yang dibuat di tempat
pembuatan tato yang sah jarang dikaitkan dengan infeksi HCV.
Kontak dengan darah
Benda perawatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, dan peralatan manikur atau pedikur
dapat berkontak dengan darah. Penggunaan peralatan pribadi bersama-sama dengan orang
lain berisiko menularkan HCV. Orang-orang harus waspada terhadap luka iris dan luka
terbuka atau perdarahan lain HCV tidak menular melalui kontak biasa, seperti berpelukan,
berciuman, atau penggunaan bersama peralatan makan atau peralatan memasak.
Penularan dari ibu ke anak
Penularan hepatitis C dari ibu yang terinfeksi ke anaknya terjadi pada kurang dari 10%
kehamilan. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah risiko ini. Penularan dapat terjadi
selama kehamilan dan saat persalinan.Persalinan yang berlangsung lama dikaitkan dengan
semakin tingginya risiko penularan.Tidak ada bukti bahwa pemberian ASI menularkan
HCV; namun, ibu yang terinfeksi harus menghindari pemberian ASI jika puting ibu
mengalami pecah-pecah dan berdarah, atau jumlah virus dalam tubuhnya banyak.
Patofisiologi
Umumnya virus masuk dalam darah lewat transfusi atau kegiatan apapun yang dapat
yang terdapat disel hati maupun limfosit sel B atau Reseptor LDL.
Setelah berada pada sitoplasma sel hati VHC melepas selubung virusnya dan RNA virus
principle of internal medicine disebutkan bahwa ada bagian protein core yang dapat
menimbulkan reaksi pelepasan radikal oksigen pada mitokondria dan berperan dalam proses
signaling apoptosis. Sedangkan yang sudah pasti merusak hati adalah reaksi sitotoksik T-sel
yang akan menjurus pada reaksi inflamasi melalui mediator mediator sitokin pro inflamasi
seperti TNF, TGF-1. Inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan fibrosis yang
meluas dan mengarah ke sirosis hepatis.
Gejala
Umumnya tidak member gejala / hanya bergejala minimal
20-30% menunjukkan tanda hepatitis akut 7-8 minggu setelah
terjadinya paparan
Malaise, mual, ikterus seperti hepatitis akut
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis : penderita tidak nafsu makan, cepat lelah, mual
muntah.
Inspeksi : penderita kurus karena nafsu makan berkurang atau
tidak ada sama sekali, ikterus,asites, spider naevi, eritema
palmaris.
Palpasi: hepatomegali, nyeri tekan di
epigastrium/splenomegali
Pemeriksaan Penunjang
SGOT/SGPT meningkat gambaran SGPT dikelompokkan
biopsy hati.
Pada gambaran histopatologis ada gambaran khas dari
hepatitis C yaitu terdapat hepatosit yang mengalami
perlemakan ringan, proloferasi sel epitel duktus biliaris,
pembentukan agregat limfoid, dan mirip seperti hepatitis kronis dengan adanya bridging
fibrosis.
Tambahan
Profil serologi infeksi Hepatitis C
Tes diagnosis untuk hepatitis C termasuk: antibodi HCV, ELISA, Western blot, dan RNA
HCV kuantitatif.
Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi RNA HCV satu hingga dua minggu
setelah infeksi, sedangkan antibodi baru terbentuk dan baru dapat ditemukan dalam waktu
yang lebih lama.
Hepatitis C kronis merupakan infeksi dengan virus hepatitis C yang menetap selama lebih
dari enam bulan berdasarkan keberadaan RNA-nya. Karena infeksi kronis umumnya baru
menunjukkan gejala setelah berpuluh tahun,dokter biasanya baru menemukan kasus pada
saat pemeriksaan fungsi hati atau saat melakukan penapisan rutin pada orang berisiko tinggi.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara infeksi akut dan infeksi kronis.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hepatitis C biasanya dimulai dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
apakah ada antibodi terhadap HCV dengan menggunakan uji imunoasai enzim (enzyme
immunoassay). Jika hasil pemeriksaan ini positif, dilakukan pemeriksaan kedua untuk
memastikan uji imunoasai dan untuk menentukan beratnya penyakit. Uji imunoblot
rekombinan memastikan uji imunoasai tersebut, dan reaksi rantai polimerase RNA HCV
menentukan beratnya. Jika tidak ada RNA dan hasil imunoblot positif, orang tersebut pernah
mengalami infeksi namun sudah teratasi baik dengan pengobatan maupun secara spontan;
jika imunoblot negatif, artinya uji imunoasai salah. Uji imunoasai baru akan memberikan
hasil positif enam hingga delapan minggu setelah infeksi.
Enzim hati dapat bervariasi selama tahap awal infeksi; rata-rata enzim tersebut mulai
meningkat tujuh minggu setelah infeksi. Enzim hati tidak terlalu berkaitan dengan beratnya
penyakit.
Biopsi
Biopsi hati dapat menentukan derajat kerusakan hati, namun prosedur tersebut memiliki
beberapa risiko. Perubahan khas yang biasanya terdeteksi melalui biopsi meliputi limfosit di
dalam jaringan hati, folikel limfoid di dalam trias hepatika, dan perubahan pada saluran
empedu. Terdapat beberapa pemeriksaan darah untuk menentukan tingkat kerusakan dan
menyingkirkan perlunya biopsi.
Penapisan
Hanya 550% dari orang-orang yang terinfeksi di Amerika Serikat dan Kanada yang
mengetahui status mereka. Pemeriksaan hepatitis C sangat dianjurkan untuk orang berisiko
tinggi, termasuk orang yang memiliki tato. Penapisan juga disarankan pada orang dengan
peningkatan kadar enzim hati, karena seringkali hal ini merupakan satu-satunya tanda
hepatitis kronis.Penapisan rutin tidak disarankan di Amerika Serikat.
7.2.4 Hepatitis d
Definisi
Hepatitis D (hepatitis delta) adalah inflamasi hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis D (HDV), merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila
sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B. HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan
dengan HBV (Price, 1994). Hepatitis D merupakan penyakit peradangan pada hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD atau Agen Delta) yang merupakan hybrid DNA
virus Hepatitis B. Virus ini memerlukan selubung HB sAg, karena itu VHD merupakan
Menggunakan jarum suntik dan obat-obatan secara bersamaan. Hepatitis D paling sering
3
4
infeksi HVD pada bayi baru lahir disertai oleh infeksi VHD, hal ini akan memperbanyak
bentuk hepatitis kronik.
Menurut Selamihardja/G.Sujayanto (2007), cara penularan VHD sama dengan VHB, kecuali
transmisi vertikal sebab HVD tidak ditularkan secara vertikal. Hubungan seksual merupakan
salah satu cara penularan yang cukup berperan. Penularan hepatitis D bisa melalui
bermacam-macam media atau cara. Adapun cara penularannya antara lain :
a Dapat melalui barang yang tercemar VHD sesudah digunakan para carrier positif atau penderita
hepatitis D, seperti jarum suntik yang tidak sekali pakai, pisau cukur, jarum tato, jarum tusuk
kuping, sikat gigi, bahkan jarum bor gigi.
bAkibat berhubungan seksual atau berciuman dengan penderita
c Akibat transfusi darah yang terkontaminasi VHD.
dCara penularan yang terakhir ini memasukkan para penderita kelainan darah seperti hemofilia
(kadar protein faktor VIII atau zat pembeku dalam darah sangat rendah), thalasemia,
leukemia, atau melakukan dialisis ginjal ke dalam kelompok rawan atau berisiko tinggi
terkena penyakit hepatitis D, apalgi jika sebelumnya ia penderita hepatitis B.
e VHD memang tidak menular melalui singgungan kulit, namun kalau ada luka terbuka di kulit
Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi HBV (koinfeksi atau super
infeksi)
IVDU
Pasangan seksual
Cara penularan
Melalui darah
Tranmisi seksual
Penyebaran maternal-neonatal
Koinfeksi HDV dan HBV biasanya sembuh spontan dan sembuh tanpa gejala sisa
Gagal hati akut lebih sering pada superinfeksi HDV disbanding dengan koinfeksi dengan
HBV
Superinfeksi HDV dapat berlanjut menjadi HDV kronik superimposed dengan HBV kronik
dan berkembang menjadi hepatitis kronik berat dan sirosis
Patofisiologi
Menurut Price (1994), Silalahi (2004), Smeltzer (2001), patofisiologi penyakit hepatitis D
adalah sebagai berikut :
Penyakit ini dapat timbul karena adanya ko-infeksi atau super-infeksi dengan VHB. Koinfeksi berarti infeksi VHD dan VHB terjadi bersamaan. Adapun super-infeksi terjadi karena
penderita hepatitis B kronis atau pembawa HBsAg terinfeksi oleh VHD. Ko-infeksi
umumnya menyebabkan hepatitis akut dan diikuti dengan penyembuhan total. Koinfeksi
dengan hepatitis D meningkatkan beratnya infeksi hepatitis B, perjalanan penyakitnya lebih
membahayakan dan meningkatkan potensi untuk menjadi penyakit hati kronik. Sementara
super-infeksi sering berkembang ke arah kronis dengan tingkat penyakit yang lebih berat
dan sering berakibat fatal.
Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptor-reseptor spesifik yang terletak pada
membran sel-sel hepar kemudian melakukan replikasi. Untuk dapat bereplikasi, virus
tersebut memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrate pada
hypatocytes oleh sel mononukleus. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis
sel parenkim hati. Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir system
drainase hati sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadikan empedu tidak
dapat diekskresikan kedalam kantong empedu dan bahkan kedalam usus sehingga meningkat
dalam darah sehingga terjadi peningkatan bilirubin direk maupun indirek sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobillinogen dan kulit hepatocelluler jaundice,
kemudian diikuti dengan munculnya gejala yang lain.
Virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Bila HBsAg
menghilang dari darah maka VHD akan berhenti bereplikasi dan penyakit menjadi sembuh.
Virus hepatitis D (VHD) bersifat patogen, dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah
Superinfeksi HDV
HBsAg positif
IgG anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya perbaikan infeksi.
Tatalaksana
Pada dasarnya penatalaksanaan dari hepatitis D ini tidak ada yang spesifik. Hampir sama
dengan pengobatan hepatitis yang lain sepesti tirah baring dan pembatasan aktifitas fisik
berlebihan dan tetap mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
Komplikasi
Menurut Afifah, dkk (2005), Cecily (2002), komplikasi hepatitis D adalah :
Hepatitis Fulminans Hepatis yang berlangsung progresif atau cepat menjadi berat dan
Keadaan initerjadiakibatinfeksi
menyebabkanperadanganhati
virus
hepatitis
yang
yang
luas
Akibatnyaseluruhstrukturjaringanhatimengalamiperubahandanmenjaditidakteratur,
bentukhatijugaberubahdengandisertaipenekananpadapembuluhdarah.
Karsinomahepatoselular (KHS)/ Hepatoma Penyakithati primer yang berasaldariselselhati, penyakitinibelumdiketahuisecarapastipenyebabnya.
7.2.5 HEPATITIS E
Definisi
Penyakit hati atau inflamasi pada hati yang disebabkan oleh virus HEV yang menyebar
secara faecal-oral. Hepatitis E merupakan waterborne disease yang artinya bahwa, air
ataupun makanan yang terkontaminasi oleh virus ini yang menjadi sumber penularannya,
serta sanitasi dan hygiene yang buruk. Pada umumnya, epatitis E adalah self-limiting viral
Tanpa selubung
Positive-sense
Single stranded RNA virus (RNA virus linier)
Pada manusia hanya terdiri atas satu serotype, empat sampai lima genotype utama
Dapat menyebar pada sel embrio diploid di paru
Replikasi hanya terjadi pada hepatosit
HEV RNA terdapat di serum dan tinja selama fase akut
Zoonosis: babi, simpanse, monyet
Manifestasi Klinis
Infeksi HEV Simtomatik lebih sering ditemukan pada usia 15-40 tahun, sedangkan pada
Penatalaksanaan
Rawat jelan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang menyebabkan dehidrasi
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
Aktifitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan malaise
Tidak ada engobatan spesifik untuk Hepatitis E
Obat-obatan yang tidak perlu harus dihentikan
Pencegahan
Jangan memakan makanan atau minuman yang tidak diketahui dari mana asalnya, hindari
mengkonsumsi kerang yang tidak dimasak, perbaiki sanitasi dan hygiene masing-masing
pribadi.
7.2.6 Hepatitis f dan g
Hepatitis F adalah hipotetis virus terkait dengan hepatitis . Calon hepatitis F muncul
beberapa pada 1990-an,. Tidak satupun dari laporan telah dibuktikan
Pada tahun 1994, Deka et al. melaporkan bahwa partikel virus baru telah ditemukan dalam
tinja pasca transfusi, non- hepatitis A , non- hepatitis B , non- hepatitis C , non- hepatitis E
pasien. Injeksi ini partikel ke dalam aliran darah India monyet rhesus menyebabkan
hepatitis, dan virus itu bernama hepatitis F atau virus Toga . Penyelidikan lebih lanjut gagal
mengkonfirmasi keberadaan virus, dan itu dihapuskan sebagai penyebab hepatitis menular.
Sebuah virus kemudian-ditemukan diduga menyebabkan hepatitis bernama Hepatitis G
virus, meskipun perannya dalam hepatitis belum dikonfirmasi dan sekarang dianggap identik
dengan GB virus C dan merupakan "virus yatim" tanpa hubungan kausal untuk setiap
penyakit manusia.
Virus Heatitis G (HGV) adalah suatu flavivirus yang mungkin menyebabkan hepatitis
fulminant. HGV ditularkan terutama melalui air, namun juga dapat dikeluarkan melalui
hubungan seksual. Kelompok berisiko adalah individu yang telah meakukan transfuse darah,
tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, penggunaan obat intravena, atau pasien
hemodialisis. Beberapa peneliti menyakini bahwa HGV tidak menyebabkan hepatitis yang
bermakna secara klinis, sehngga mereka tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai
virus hepatitis.
7.2.7 Drug induced hepatitis
Definisi
Penyakit-penyakit hati yang diinduksi oleh obat adalah penyakit-penyakit dari hati yang
disebabkan oleh obat-obat yang diresepkan oleh dokter, obat-obat bebas (over-the-counter),
vitamin-vitamin, hormon-hormon, herba-herba, obat-obat terlarang, dan racun-racun
lingkungan. Hepatotoksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial yang hampir
selalu ada pada setiap obat yang diberikan, karena hati merupakan usat disposisi metabolik
dari semua obat dan bahan-bahan asing yang masuk ke tubuh.
Contoh Obat :
menembus
membrane sel intestinal. Obat kemudian dibuat lebih hidrofilik melalui proses-proses
biokimiawi dalam hepatosit, menghasilkan produk-produk larut air yang diekskresi ke dalam
urin atau empedu. Biotransformasi hepatic ini melibatkan jalur oksidatif utamanya melalui
system enzim sitokrom P-450. Patogenesis dari Hepatitis karena obat dibagi menjadi dua:
Patofisiologi
Gangguan Hepatosit
Ikatan kovalen dari obat dengan protein intraseluler mmenyebabkan penurunan ATP yang
mengakibatkan gangguan pada akitin di permukaan hepatosit. Sehingga menyebabkan
b
c
d
e
f
empedu)
Hepatotoksin unpredictable
Hati rusak bukan karena toksisitas intrinsic obat, tapi karena reaksi idiosinkronasi (reaksi
imunologik dengan gejala dan tanda yang tampak di luar hati) pada orang-orang tertentu
Kelainan Metabolisme
Memiliki masa laten yang bervariasi antara 1 minggu-1 tahun.
Gejala: tidak disertai demam, ruam kulit, eosinofilia
Diagnosis: apabila kita memberikan 1 / 2 challenge dose, ia tidak bisa diinduksi untuk
timbul lagi sehingga membutuhkan waktu yang lama dan pada kebanyakan kasus bersifat
kronik.
Manifestasi Klinik
Demam, ruam, gatal kulit, diare, nyeri sendi, mual, vomit, anoreksia, ikterus, urin gelap,
hepatomegali.
Terapi
Menghentikan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan hepatotoksisitas.
Prognosis
Sangat bervariasi tergantung keadaan klinik pasien dan tingkat kerusakan hati.
7.2.8 Hepatitis neonatorum
Hepatitis pada anak merupakan kasus berbahaya karena 90% kasus pada anak
berkembangmenjadi klronis. Anak yang menderita hepatitis memiliki bahaya karsinoma
1
2
3
1
2
hepar 100 kali lebih besar daripada yang bukan pnderita hepatitis di usia yang sama
Prevalensi
Hepatitis B 30% lkasus (paling banyalk)
Hepatitis C 20%
Hepatitis D dan hepatitis E sangat jarang
Stadium:
Prodomal (4-7 hari)
Ikterik (3-6 minggu)
Pasca Ikterik
Penyebab
Hepatitis B pada neonatus ditularkan dari Ibu hamil yang positif mengidap Hepatitis B.
Hepatitis A pada anak ditularkan dari teman sepermainan, alat makan yang tidak dicuci
bersih dan lain sebagainya
Pencegahan:
Bayi pada wanita yang memiliki HbsAg positif harus mendapatkan vaksin hepatitis (yang
terdiri dari HB 0,5ml dan HBIG 2 ml) secepatnya setelah lahir. Dosis bayi baru lahr
setengah dosis dewasa, ulangi pada usia 1 bulan dan 6 bulan. Sedangkan anak dengan
kontak HbsAg positif juga diberi vaksin dengan HB 5ml dan HBIG 2 ml. Anak yang negatif
kontak dengan HbsAg juga tetap harus diberi vaksin. Pada anak, kekebalan yang diperoleh
setelah mendapatkan vaksin yakni 85%.
Promosi kesehatan
Penyebaran virus hepatitis sebenarnya dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat
tubuh.
Selalu periksa kebersihan makanan yang akan dimakan. Usahakan selalu mencuci makanan
dengan air mengalir dan bersih. Air yang berasal dari sumber air yang terpapar kotoran
manusia jangan dipakai mencuci tanpa pengolahan. Air tersebut kemungkinan dapat
merebus air, maka bakteri dan virus akan mati akibat dari proses pemanasan.
Proteksi spesifik
Proteksi spesifik merupakan upaya-upaya khusus yang dilakukan untuk mencegah tercegah
penyakit tersebut. Contoh upaya-upaya tersebut adalah:
Melakukan imunisasi spesfik pada virus-virus hepatitis yang sudah ditemukan vaksinnya
seperti hepatitis A, B dan C. Perlu juga dilakukan imunisasi booster dalam jangka waktu
b
c
upaya-upaya tersebut:
Kenali gejala-gejala hepatitis. Gejala-gejala seperti demam, mual dan muntah, tubuh
kekuningan merupakan tanda khas dari gejala hepatitis. Jangan lupa untuk mengingat-ingat
apa saja yang dilakukan sebelum terkena gejala-gejala tadi karena dengan mengingat
b
a
b
5
masih rendah jadi perlu istirahat yang cukup setelah keluar dari rumah sakit.
Selalu menjaga kesehatan diri dengan selalu berupaya hidup bersih dan sehat. Selalu hidup
bersih dan sehat dengan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan makan
makanan yang bersih dan bergizi dapat mengurangi paparan terhadap virus hepatitis dan
dapat meningkatkan imunitas pasien hepatitis.
Definisi
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit
dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis)
disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Chirossis adalah fase akhir dari penyakit kronis liver, di tandai dengan destruksi bentuk
normal liver oleh septa fibrosa yang melingkupi dari nodul yang dapat beregenerasi dalam
hepatosit.
Klasifikasi
Konvensional
Makronodular memiliki nodul lebih dari 3 mm
Mikronodular memiliki nodul kurang dari 3 mm
Campuran makro dan mikro
Jenis Sirosis
Alkoholic
Kriptogenik dan post hepatis ( pasca nekrosis )
Biliaris
Kardiak
Metabolik, keturunan dan terkait obat
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada atadiu kompensata ini belum terlihat gejala-
gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas,
Hepatitis B atau C
Auto Imune
Genetic
Haemocromasitosis
Wilsons Disease
Pada tahap berikutnya, terjadi kerusakan parenkim dan peradangan yang terjadi pada sel
duktulus, sinusoid, dan sel- sel retikuloendotelial di dalam hati yang memacu terjadinya
fibrogenesis yang akan menimbulkan septa yang aktif. Sel limfosit T dan makrofag ikut
berperan engan sekresi limfokin dan monokin yang dianggap mediator fibrogenesis.
Mediator ini mungkin dibentuk tanpa adanya nekrosis an inflamasi yang aktif .septa aktif ini
akan menjalar menuju ke dalam parenkim hati dan berawal di daerah porta . Pembentukan
septa tingkat kedua ini akan menentukan perjalanan progresif sirosis hati. Pada saat yang
bersamaan nekrosis jaringan parenkim akan memacu proses regenerasi sel-sel hati.
Regenerasi hati yang timbu justru mengganggu pembentukan susunan jaringan ikat
tadi.yang disebut fibrogenesis dan regenerasi sel yang terjadi terus menerus dala
hubungannya dengan peradangan dan perubahan vaskuler intrahepatik serta gangguan faal
Manifestasi Klinis
Gejala awal (kompensata):
mudah lelah dan lemas
selera makan berkurang
perasaan perut kembung
mual
dorongan seksualitas.
Gejala lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol bila timbul komplikasi
di hati.
Pemeriksaaan hati juga dapat dilakukan dengan ultrasonografi.
Petanda obyektif yang digunakan adalah ukuran hati, limpa , gambaran parenkim hati,
permukaan dan pinggir hati, vena porta , dan pembuluh bilier.apat pula ditetapkan keadaan
Definisi
Amoebic liver abscess merupakan manifestasi dari infeksi parasit terutama yang paling
sering adalah Entamoeba hystoliyica di intestinal. Infeksi di hati disebabkan oleh naiknya E.
Hystolitica menuju hati melalui sistem vena porta yang akhirnya akan membentuk ruang
paling sering
ditemukan pada lobus kanan liver. Abses liver ini memiliki dinding capsuler tipis dengan
necrotic centre yang berisi cairan tebal. Khasnya, cairan abses ini tidak berbau, tampak
seperti sirup cokelat, dan steril dari bakteri, meski invansi bakteri sekunder mungkin
terjadi.
Faktor resiko terjadinya ALA, yaitu Alcoholim, keganasan, infeksi HIV, malnutrisi,
penggunaan kortikosteroid, kelainan imunitas, homoseksual, sempat travelling ke daerah
endemi.
Etiologi
Etiologi abses hati amebic adalah protozoa pseudopodia amoeba intestinal yang
patogen yakni Entamoeba histolytica. Protozoa ini memiliki dua bentuk dalam
siklus hidupnya yakni kista dan trofozoit yang dapat bergerak. Bentuk trofozoit
merupakan bentuk vegetatif yang tidak tahan terhadap suasana asam dan kering.
Trofozoit
sangat
aktif
eritrosit (haematophagous
bergerak,
memiliki
kemampuan
memangsa
yakni
kehamilan,
malnutrisi,
penyakit
keganasan,
penggunaan
memuncak/tinggi tiba-tiba tapi kadang bertahan hingga beberapa hari, dengan kekakuan dan
keringat terus-menerus.
Tanda cardinal: nyeri hepatomegaly. Pada palpasi liver terasa lembut dan lembek. Bagian
yang lembek biasanya terlokalisir di bagian yang terkena abses, terbanyak di bagian ICS
bawah bagian kanan. Hepatomegali bisa saja tidak terdeteksi pada pasien dengan abses di
lokasi subdiafragmatika
Pergerakan dari bagian kanan dada dan diafragma bisa terjadi restriksi dengan perkusi
tumpul
Pemeriksaan Laboratorium
Pada sampel feses baru bisa dideteksi adanya tropozoit yang mengandung eritrosit.
Pada aspirasi, amoeba tersebar di bagian nekrosis dari pusat abses, tapi lebih banyak pada
bagian pinggir dinding dan biasanya ditemukan pada bagian akhir material aspirasi
Serologi bisa membantu dalam diagnosis amoebiasis tapi hasil negatif bukan berarti tidak
terjadi amoebiasis
X-ray abdomen dan thorax: bisa menunjukkan terjadinya elevasi pada bagian hemidiafragma
dextra, reaksi pleural pada sudut costofrenikus dektra
USG: adanya area bundar/oval hypoechoic pada capsula liver dan tanpa echoes dinding yang
significan. Itu juga mungkin berhubungan dengan efusi pleura kanan/adanya ruptur
Penatalaksanaan
Terdapat 4 grup modal treatmen yang dapat digunakan:
Gagal untuk terjadi peningkatan setelah melakukan terapi non invasif dalam 4-5 hari
Surgical intervention
Kematian akibat intervensi bedah sangat tingga. Pada praktisi klinis, intervensi bedah hanya
dilakuakan jika kavitas sudah ruptur ke bagian viseral.
Prognosis
Prognosis bisa baik jika tidak terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan. Prognosis
buruk jika terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, apalagi jika ditemukan bakteri
penyebab yang multipel.
Definisi
Gagal hati adalah sindrom klinik yang disebabkan oleh nekrosis sel hati yang luas,
disertai dengan kegagalan fungsi hati secara tiba-tiba, sering diikuti dengan
<7 hari
Edem
a
Otak
Serin
g
Serin
Akut
8-28 hari
Sub-
29 hari -
g
Serin
akut
12 mg
Prognos
is
Penyebab
Virus A,B
Sedang
Jelek
Jelek
Acetaminoph
en
NonA/B/C;obat
NonA/B/C;obat
Etiologi
Kerusakan akibat konsumsi alkohol kronik, toksisitas obat hepatitis, Carsinoma hepar, fatty
liver.
Gejala
Gejala klinis dari gagal hati bervariasi, yaitu:
Pemeriksaan Laboratorium
Serum transaminase : meningkat 70-100 kali
Bilirubin direk dan total : bilirubin > 4 mg/dl menunjukkan prognosis buruk
Alkali fosfatase : normal atau meningkat
Faal hemostasis : memanjang
Albumin serum : fase awal normal dan menurun pada fase lanjut. Kadar albumin
Definisi
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran
kandung empedu (Ductus Choledocus) yang pada umumnya komposisi utamanya adalah
Yaitu akibat adanya proses hemolitik atau investasi dari bakteri E. Coli atau cacing
Ascaris lumbricoides sehinga mengubah bilirubin diglukoronoida menjadi bilirubin
timbul batu.
Gangguan hormonal seperti pada wanita hamilmenyebabkan proses pengosongan
empedu menjadi lebih lama sehingga muncul stasis empesu yang mengakibatkan
empedu di dalam kantong mengendap cukup lama sehingga lama kelamaan akan
timbul batu.
Infeksi bakteri selain dapat mengubah bentuk bilirubin juga dapat memicu
kerusakan lipatan mukosa vesica felea sehingga timbul deskuamasi mukosa yang
Akut
Epigastium kanan nyeri dan spasme
Ikterus ringan
Rasa nyeri (kolik)
Mual dan muntah
Febris
Kronis
Nyeri di mid-epigastrium dan menyebar sampai ke scapula dextra, sifatnya menetap
Pemeriksaan fisik
Murphy sign positif. Yaitu dengan cara meletakkan jari telunjuk di abdomen garis
midclavicula kemudian pasien diminta menarik nafas. Apabila dirasakan nyeri saat
Feses pucat dan urin gelap, karena saluran empedu tersumbat sehingga empedu
tidak keluar menuju saluran cerna sehingga pada saluran cerna kekurangan zat
empedu yang memberikan warna kuning pada feses. Hal ini menyebabkan feses
pucat. Tersumbatnya saluran empedu menyebabkan bilirubin yang diproduksi sel
hepar tidak dapat disalurkan menuju ke saluran cerna padahal sel hepar terus
memproduksi bilirubin. Akibatnya terjadi aliran balik bilirubin ke darah sehingga
darah mengandung banyak bilirubin. Ginjal yang menyaring drah juga akan
membuang bilirubin tersebut lewat urin sehingga urinmenjadi gelapa atau disebut
Definisi
Kolesistitisadalahradangkandungempedu
yang
merupakanreaksiinflamasiakutdindingkandungempedudisertaikeluhannyeriperutkana
natas, nyeritekandanpanasbadan. Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis
akut sertakronik.Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung
empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam
duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang
luar biasa.
Epidemiologi
Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk, insidensi kolesistitis di negara
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Pada
individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
katup Oddi
tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air.
Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis
empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan
susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung
empedu.
Manifestasi Klinis
Nyeri, timbul larut malam atau pada dini hari, biasapada abdomen kanan atas atau
epigastrium danteralihkankebawahangulus scapula dexter, bahukananatau yang
atau menguap.
Penderita berkeringat kadang dapat terbaring tidak bergerak dalam
posisi melekuk. Fatulens dan mual biasa ditemukan, tetapi tak biasa
terhadap
hiperestesia. Fundus
rasa
vesica
tekan
biliaris
pada
kulit,
dipersarafi
ada
rigiditas
otot,
penderita
akan
saluran cerna atas (>500 mL/hari). Adanya nekrosis, pseudokista atau abses juga
berperan dalam beratnya pankreatitis.
2 Pankreatitis
nekrosis
komplikasi
berat
dan
metabolik
(hipertrigliseridemia,
hiperlipoproteinemia,
hiperkalsemia,
Enzim
pankreas
(enzim
proteolitik
(tripsin,
kimotripsin,
cairan
empedu, aktivasi
sistem
Alkohol juga mengurangi inhibitor tripsin (fungsi inhibitor pankreas, lihat atas),
mengakibatkan sekresi pankreas pekat sehingga terbentuk small
protein
tiba di epigastrium (tersering), kadang agak ke kiri atau kanan; rasa nyeri dapat
menjalar ke punggung, perut dan abdomen bawah; terus-menerus, makin bertambah
dan berhari-hari; bisa disertai mual-muntah serta demam; kadang terdapat tanda
kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan pernapasan.
Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan perut bagian atas karena rangsangan
peritoneum, tanda peritonitis, adanya massa pada bagian pankreas yang
membengkak dan infiltrat radang, meteorismus abdomen pada 70-80% kasus
pankreatitis akut. Suhu tinggi menunjukkan kemungkinan kolangitis, kolesistitis,
atau abses pankreas. Ikterus pada sebagian kasus, kadang asites seperti sari
daging dan mengandung amilase dan efusi pleura pada sisi kiri.
Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan enzim amilase dan atau lipase serum, leukositosis, fungsi hati yang
terganggu, hiperglikemia. Penurunan kalsium dan kolesterol serum
7.15 Leptospirosis
Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh Leptospira interogans yang asal mulanya penyakit ini hanya
menginfeksi hewan saja. Namun, sekarang telah meningkat jumlahnya pada manusia
(zoonosis). Reservoirnya dapat berupa tikus, sapi, babi, dan anjing.
Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, kecuali antartika, dan terbanyak di daerah tropis.
Leptospira hidup di hewan piaraan (terutama hewan pengerat) di epitel tubulus ginjal dan
berkembang baik pada musim hujan. Tempat perkembangbiakan leptospira adalah tempat
yang lembap, hangat, dan memiliki PH air dan tanah yang netral. Suasana tersebut terdapat
di sepanjang daerah tropis.
Penularan
Penularan leptospira dapat terjadi apabila :
1
Kontak dengan air, tanah, lumpur yang telah terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi
leptospira. Jika terdapat luka atau lesi pada kulit, selaput lendir atau mukosa manusia maka
2
3
4
dapat terinfeksi
Gigitan binatang yang terinfeksi leptospira
Ekspose yang lama terhadap air meskipun kulit utuh (tidak luka)
Terinfeksi saat mengurusi biakan leptospira di laboratorium
Pathogenesis
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui luka dan mengikuti aliran darah kemudian
berkembangbiak. Saat leptospira menyebar ke jaringan tubuh, terjadi respon imunologi dan
terbentuk antibody spesifik. Beberapa leptospira berhasil diberantas, namun ada sejumlah
kecil leptospira yang dapat mencapai tubulus ginjal dan bertahan karena daerah ini terisolasi
dari imunologi. Lalu leptospira melepaskan toksin yang dapat menyebabkan lesi pada
endotel kapiler dan dilepaskan melalui urin.
Gejala Klinis
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
Fase leptospiraemia
Berlangsung selama 4-7 hari
Terdapat leptospira di darah dan CSS
Sakit kepala terutama pada frontal
Sakit otot
Demam tinggi, menggigil
Mual dan muntah
Kehilangan kesadaran
Fase Imun
Demam 40C
Sakit menyeluruh (leher, tangan, perut, betis)
Perdarahan (epistaksis, ptekie)
Ikterik
Peningkatan titer Ab
Ada leptospira di urin
Diagnosis
Diagnosis untuk kasus leptospirosis sangat sulit karena pasien dapat sudah dengan hepatitis
atau meningitis karena leptospira masuk ke sel hati atau ke sistem saraf pusat. Pada
pemeriksaan lab didapatkan leukositosis, peningkatan LED, proteinuria, leukosituria dan
terdapat torak. Harus dilakukan kultur biakan leptospira atau uji serologi (polymerase chain
reaction) untuk hasil yang lebih cepat.
Tata laksana
1
2
3
Terapi simtomatik untuk mengatasi dehidrasi dan hipotensi (dengan penggantian cairan)
Pada kasus leptospirosis berat dapat diberi antibiotic penisislin G
Pada kasus leptospirosis ringan dapat diberi antibiotic tetrasiklin, doksisiklin, atau ampisilin
Prognosis
Jika tidak terjadi ikterus, jarang fatal. Jika terdapat ikterus, pada umur <30 tahun dapat 5%
meninggal sedangkan pada usia lanjut angka kematian mencapai 30-40%.
Pencegahan
1
2
3
7.16 Schistosomiasis
Definisi
Schistosomiasis (bilharziasis) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing pipih (cacing
pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-dingin, dan nyeri otot dan
kadangkala menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih dan pendarahan.
Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di daerah tropis dan subtropis di
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Lima jenis schistosoma yang paling menyebabkan kasus
-
kronis
meningkatkan
resiko
kanker
kantung
kemih.
Semua jenis schistosomiasis bisa mempengaruhi organ-organ lain (seperti paru-paru, tulang
belakang, dan otak). Telur-telur yang mencapai paru-paru bisa mengakibatkan peradangan
dan peningkatan tekanan darah di dalam arteri pada paru-paru (hipertensi pulmonari).
Gejala
Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang gatal bisa terjadi (gatal
perenang). Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa mulai
meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah, rasa tidak nyaman yang samar
(malaise), mual, dan nyeri perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa membesar untuk
sementara waktu, kemudian kembali normal. kelompok gejala-gejala terakhir ini disebut
demam
katayama.
Gejala-gejala
lain
bergantung
pada
organ-organ
yang
terkena
- Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis : perut tidak nyaman, nyeri, dan
pendarahan
(terlihat
pada
kotoran),
yang
bisa
mengakibatkan
anemia.
- Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah adalah tinggi : pembesaran hati dan
limpa
atau
muntah
darah
dalam
jumlah
banyak.
- Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat nyeri, sering berkemih, kemih
berdarah,
dan
meningkatnya
resiko
kanker
kandung
kemih.
- Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan dan akhirnya luka parut yang bisa
menyumbat
saluran
kencing.
- Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis (jarang terjadi) : Kejang atau
kelemahan otot.
Diagnosa
Wisatawan dan imigran dari daerah-daerah dimana schistosomiasis adalah sering terjadi
harus ditanyakan apakah mereka telah berenang atau menyeberangi air alam. Dokter bisa
memastikan diagnosa dengan meneliti contoh kotoran atau urin untuk telur-telur. Biasanya,
beberapa contoh diperlukan, tes darah bisa dilakukan untuk memastikan apakah seseorang
telah terinfeksi dengan schistosoma mansoni atau spesies lain, tetapi tes tersebut tidak dapat
mengindikasikan seberapa berat infeksi atau seberapa lama orang tersebut telah
memilikinya. Kadangkala, seorang dokter mengambil contoh pada usus atau jaringan
kantung kemih untuk diteliti di bawah mikroskop pada telur-telur. Untrasonografi bisa
digunakan untuk mengukur seberapa berat schistosomiasis pada saluran kemih atau hati.
Pengobatan
Untuk pengobatan, 2 sampai 3 dosis praziquantel digunakan melalui mulut lebih selama 1
hari.
Pencegahan
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari berenang, mandi, atau
menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung schistosomes.