Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pendahuluan
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana yang vital
untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan.
Penggunaannya tidak saja terkonsentrasi pada proses penambangan baik tambang
terbuka maupun bawah tanah-, tetapi juga diperlukan untuk proses penunjang
penambangan, antara lain: (1) pemeliharaan jalan-jalan tambang dan (2) penataan areal
reklamasi pasca penambangan.
Peralatan produksi penambangan mungkin dapat didefinisikan sebagai alat-alat mekanis
yang ekonomis bila digunakan untuk menghasilkan suatu bahan galian (bijih), batubara dan
bahan galian industri. Dari definisi tersebut tersirat dua hal utama, yaitu alat bertenaga
mekanis atau alat berat dan harus ekonomis. Pertimbangan menggunakan alat berat adalah
sebagai berikut:
Berhadapan dengan material atau bahan galian yang secara alami mempunyai sifat
fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga mesin cukup kuat,
Untuk mengimbangi target produksi yang besar diperlukan alat yang berkapasitas
besar pula dan alat berat adalah jawabannya.
Di samping itu peralatan harus bernilai ekonomis tinggi karena biaya investasinya cukup
besar. Walaupun terdapat alat berat yang dioperasikan tidak langsung untuk penggalian bijih
aatau batubara (non-produksi), misalnya untuk perawatan jalan, pemindahan overburden
atau reklamasi; namun semua kegiatan tersebut harus dilaksanakan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Biaya yang diperlukan untuk penggalian non-produksi
merupakan salah satu komponen biaya produksi yang diperhitungkan untuk menentukan
marginal price of finished product.
Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat diklasifikasikan sebagai: (1) alat gali isi, (2)
alat angkut, dan (3) alat bantu. Alat gali-isi adalah alat produksi untuk menggaali dan
mengisikan material hasil galiannya ke alat angkut. Contoh alat gali-isi antara lain power
shovel, backhoe, dragline, front-end loader, claimshell, bucket wheel excavator (BWE),
Bucket Chain Excavator (BCE) dan sebagainya. Alat angkut adalah alat-alat produksi untuk
mengangkut material menuju proses berikutnya. Contoh alat angkut antara lain truck, lori
lokomotif, belt conveyor, pipa lumpur (slurry), scrapper dan sebagainya. Khusus untuk
scrapper, alat produksi ini dirancang sebagai penggali sekaligus mengangkutnya.
Sedangkan alat bantu maksudnya adalah alat-alat berat yang digunakan untuk membantu
kelancaran produksi. Walaupun mungkin di antara alat-alat bantu tersebut terdapat pula
yang diarahkan untuk memproduksi material. Contoh alat-alat bantu antara lain bulldozer,
ripper, grader, lubrication truck, water truck, fuel truck dan sebagainya.
Peralatan produksi tambang bawah tanah pada prinsipnya sama dengan tambang hanya
ukuran unitnya lebih kecil karena disesuaikan dengan ruang kerja yang terbatas di bawah
tanah dan lebih praktis. Beberapa contoh antara lain sebagai berikut:
Alat pemotong lapisan batubara bawah tanah disebut continuous miner baik yang
digunakan pada sistem longwall, shortwall maupun room and pillar. Contohnya alat
pemotong lapisan batubara antara lain; shearer dan plow (plough).
Alat
gali
isi
hasil
peledakan
bawah
tanah
adalah
Load-Haul-Dump
(LHD),
Alat angkut digunakan truck berdimensi kecil, belt conveyor, chain conveyor, lorilokomotif (train) dan lain-lain.
Di samping itu terdapat peralatan produksi lain yang berfungsi sebagai penyangga, yaitu
hydraulic support dan perangkat derek (cage).
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat berat antara lain:
Altitude, mempengaruhi terhadp kerja mesin, karena semakin tinggi altitude tekanan
udara semakain berkuran. Dari pengalaman diketahui tenaga mesin diesel akan
kerkuran 3% setiap kenaikan 1000 feet, yang menyebabkan penurunan volume
produksi/jam dan akan menambah ongkos gali per satuan volume.
Kapasitas, berkaitan dengan jumlah alat yang akan digunakan untuk memenuhi target
produksi. Semakin besar kapasitas alat, semakin sedikit jumlah alat yang dibutuhkan
untuk mengejar terget .
Sistem penambangan, pada operasi tambang bawah tanah digunakan peralatan yang
lebih kecil daripada tambang terbuka
Medan kerja, kadang sulit dijamah oleh alaat angkut daan muat konvensional, tetapi
lebih ekonomis digunakan cara lain, misalnya lori gantung, pipa lumpur, belt conveyor,
dll.
Ketersediaan
dana,
biasanya
cenderung
mengurangi
target
produksi.
Namun
persediaan dana ini bisa diatasi dengan mempetimbangkan pinjaman dari bank
dibandingkan dengan keuntungan yang bakal diraih.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atass, dihaarapkan dapat memilih alat
berat yang sesuai baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomisnya.
-1
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(1 + % berai)
(2.4)
Contoh :
(1). Apabila material memberai 20%, berapa LCM yang akan dipindahkan untuk 1000 BCM?
* Loose = 1000 x (1 + 0,20) = 1200 LCM
(2) Berapa BCM yang harus diperhitungkan pada rencana peledakan bila target produksi
adalah 1000 LCM dengan % swell = 25%.
(2.5)
100% + % berai
jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok pada LCM harus
dikalikan dengan LF.
Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF
(2.6)
(2.7)
Contoh:
Konstruksi jalan raya memerlukan tanah kering yang dipadatkan hingga harga SF = 0,80
yang jumlahnya 8.000 CCM. Tanah tersebut mempunyai % berai = 23%. Alat angkut yang
dipakai berkapasitas 10,7LCM (rata bak) atau 15 LCM (munjunga). Berapa BCM yang
diperlukan dan berapa kali pemindahan muatan tersebut (jumlah per siklusnya).
a. BCM = CCM/SF = 8.000 / 0,80 = 10.000 BCM
b. LF = 1 / (1 + 0,23)
= 0,81
(2.8)
Volume, m3 (yd3)
Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian, yaitu dari kondisi bank
ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang (per volume sama)
dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori udara. Untuk mengkonversi
densitas material dari bank ke loose digunakan rumus, sbb:
Kg/BCM
(1 + % berai) =
(2.9)
Kg/LCM
banyak tikungan dan sebagainya yang mempengaruhi laju kendaraan pada saat bermuatan
maupun kosong.
Tiga jenis tenaga yang menjadi bahan pertimbangan dalam pembelian suatu alat berat :
1. Tenaga Diperlukan (power required)
2. Tenaga Tersedia (power available)
3. Tenaga Terpakai (power useable).
2.2.1 Tenaga Diperlukan (TP)
Tenaga yang diperlukan (TP) adalah tenaga total atau Total Resistance yang muncul dari
kondisi jalan atau medan kerja yang telah digambarkan diatas yang diekspresikan dalam
bentuk Tahanan Guling (TG) atau Roller Resistance dan Tahanan Miring (TM) atau Grade
Resistance. Tahanan Total (TT) merupakan penjumlahan TG dan TM tersebut, jadi :
TT = TG + TM
(2.10)
Tahanan Guling (TG) adalah gaya yang harus diatasi kendaraan agar dapat bergerak
dipermukaan tanah. Sejumlah gagya mempengaruhi harga TG dan yang terpenting adalah
Gesekan Internal (GI) atau Internal Friction, Lenturan Ban (LB) atau Tire Flexing dan Penetrasi
Ban (PB) atau Tire Penetration. Tahanan Guling dapat dirumuskan sebagai berikut :
TG = GI + LB + PB
(2.11)
Lenturan Ban (LB) diperhitungkan sebagai tahanan pada saat kembangan ban
mengeliat akibat perubahan kondisi permukaan jalan. Bila kendaraan terpelihara
dengan baik, harga GI dan LB seharusnya konstan, yaitu 20 kg/ton berat kendaraan
(40 lb/ton). Dengan mengabaikan faktor-faktor lain, 20 kg akan selalu diperlukan untuk
mendorong dan menarik atau mengangkut setiap ton Berat Kendaraan Gross (BKG)
atau Gross Vehicle Weight.
Penetrasi Ban (PB) akan menambah TG yang besarnya 15 kg/ton kendaraan (30
lb/ton) atau identik dengan kemiringan jalan mendki efektif 1,5% setiap penetrasi ban
25 mm (1 inchi)
Tahanan guling (TG) diekspresikan dalam kg/ton (lb/ton) atau prosentase kemiringan efektif
karena kedua parameter tersebut akan mempengaruhi tenaga mesin dan hubungan keduanya
seperti pada persamaan berikut:
10 kg/ton TG (20 lb/ton TG) = 1% Kemiringan Efektif
(2.12)
contoh :
(1) Sebuah wheel loader memindahkan tanah penutup basah dari timbunan pada kondisi jalan
dengan TG = 50 kg/ton. Berapa TG tersebut bila dinyatakan dalam Prosen Kemiringan?
Jawab:
50 kg/ton
% TG =
=5
10 kg/ton/1%
(2) sebuah wheel-type tracktor bekerja sekitar dragline di mana penetrasi rodanya 250 mm.
berapa TG tersebut bila dinyatakan dalam kg/ton dan Persen Kemiringan?
Jawab:
Gunakan persamaan (2.11) di mana GI + LB = 20 kg/ton
15 kg/ton
TG = 20 kg/ton + (penetrasi ban x
= 170 ton
25 mm
konversi dari kg/ton ke % miring gunakan persamaan (2.12):
% miring = 170 kg/ton/1% = 17; atau kemiringan = 17%
Kondisi tanah sangat bervariasi, sementara harga faktor Tahanan Guling terbatas, namun
sebagai pegangan dapatlah digunakan harga faktor TG seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Faktor Faktor Tahanan Guling (TG) [10 kg/ton = 1%]
Kondisi Jalan
Kg/ton
Lb/ton
% Miring
Efektif
20
40
33
70
3,5
50
100
75
150
7,5
Efek TG terhadap kendaraan dengan tipe penarik rantai (track type) diabaikan. Meskipun
terjadi penetrasi akibat beban yang dibawanya, tetapi kecil pengaruhnya. Bahkan bila
bergerak pada kondisi jalan yang tidak berarti apa-apa.
Tahanan Miring (TM), adalah gaya gravitasi yang harus diatasi oleh kendaraan pada saat
bergerak naik (+) atau turun (-). Harga TM harus diperhitungkan baik pada kendaraan ban
karet amaupun rantai. Umumnya kemiringan dinyatakan dalam persen (%). Dikatakan
kemiringan 1% apabila jarak vertikal 1 m (1 ft) untuk horizontal 100 m (100 ft). Gambar 2.1
memperlihatkan perbandingan satuan kemiringan dalam prosen dan derajad.