Anda di halaman 1dari 9

Tektonik

Sesar adalah retakan atau system retaklan sepanjang batuan yang telah mengalami
pergerakan (Keller dan Pinter, 1996; dalam Supartoyo, 2008). Sekumpulan sesar yang saling
berhubungan disebut zona sesar (Supartoyo, 2008). Definisi sesar aktif adalah sesar yang pernah
bergerak pada kurun waktu 10.000 tahun yang lalu,dan sesar berpotensi aktif adalah sesar yang
pernah bergerak pada kurun waktu 2 juta tahun yang lalu. Sedangkan sesar tidak aktif adalah
sesar yang belum atau tidak pernah bergerak dalam kurun waktu 2 juta tahun yang lalu (Keller
dan Pinter, 1996; dalam Supartoyo, 2008).
Sesar atau patahan (fault) merupakan suatu fenomena geologi yang umum di jumpai di
kulit bumi. Sesar di definisikan sebagai bidang rekahan yang di sertai oleh adanya pergeseran
relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat
hanya beberapa mili meter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari
yang berukuran beberapa centimenter hingga puluhan kilometer (Billing, 1959).
Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang mengalami pergeseran (Ragan, 1973). Sesar
aktif adalah sesar yang masih terus bergerak sampai rezim tektonik sekarang, sedangkan struktur
yang tidak bergerak dalam periode ini dapat di sebut sebagai sesar non-aktif atau sesar yang
mati, akan tetapi hal ini masih mengabaikan kemungkinan terjadinya pergeseran sesar pada masa
yang akan datang. (Muir Wood dan Mallard, 1992).
Sesar berpotensi aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun
yang lalu, sedangkan sesar tidak aktif adalah sesar yang belum/tidak pernah bergerak dalam
kurun waktu dua juta tahun yang lalu. Sesar aktif adalah sesar yang bergerak pada jaman Kuarter
dan berpotensi untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang (Huzita dkk., 1992 dalam
Munif, 2011). Sesar tersebut memotong permukaan morfologi berumur Kuarter, memotong

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 1

batuan Kuarter, sesar pada daerah gunungapi yang bergerak pada periode pendek (selama masa
letusan gunungapi), dan sesar normal yang dapat diamati pada pegunungan akibat gaya gravitasi.

Gambar 1 Bentukan lahan berkaitan dengan sesar aktif strike slip (USGS, 2006, modifikasi
dari Wesson dkk., 1975)
Morfotektonik akan dipengaruhi oleh kondisi morfologi dan proses tektonik yang terjadi
pada masa lalu, karena morfologi memiliki dimensi ruang dan tektonik mempunyai dimensi
waktu. Bentukan lahan tektonik akan mengekspresikan bentukan topografi yang dapat dijadikan
indikator telah terjadi pergerakan tektonik. Bentuk topografi yang telah mengalami perpindahan
dapat terlihat dan teramati melalui foto udara dan citra yang memberikan kenampakan
morfotektonik berupa pola aliran sungai, perpindahan perbukitan, pembelokan sungai, kelurusan,
gawir sesar, dan kenampakan teras sungai. Sedangkan bentuk topografi yang mengalami
pergerakan pada umur yang lebih tua akan sulit diamati oleh foto udara karena telah tertutup oleh
sedimentasi dan tererosi. Pada gambar 2.3 menampilkan contoh morfologi yang terbentuk akibat
sesar aktif. Morfotektonik mempelajari tentang segala hal menyangkut hubungan antara struktur
geologi dengan bentukan lahan (Hancock, 1994).

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 2

Geomorfologi tektonik mengungkapkan sebuah pandangan roman topografi yang dapat


dipakai sebagai indikator dari corak, kekuatan, dan rata-rata atau pergerakan tektonik (tectonic
movement). Neotektonik dicerminkan oleh morfotektonik, yaitu geomorfologi atau bentang alam
yang menjadi karakter tektonik zaman sekarang. Kajian geomorfologi tektonik dibedakan
menjadi dua bagian (Stewart and Hancock, 1994), yaitu:
a) Primer (Primary tectonic landforms)
Kajian ini menjelaskan bentuk roman muka bumi sebagai akibat aktivitas tektonik,
contohnya adalah gawir sesar (fault scarps). Karakter dari gawir sesar berubah-ubah
sesuai dengan kuantitas dan model patahan serta tergantung dari sifat litologi.
b) Sekunder (Secondary tectonic landforms)
Bagian ini merupakan fenomena geomorfologi sebagai akibat aktivitas tektonik.

Keanekaragaman dari bentang alam memberikan makna adanya aktivitas tektonik.


Beberapa bentang alam menjadi batas struktur aktif, contohnya adalah pola aliran sungai
(drainage pattern), endapan fluvial dan laut (fluvial marine scarps), dan kipas aluvial (alluvial
fans).
Bentuk topografi yang telah mengalami perpindahan/ pergerakan dapat terlihat dan
teramati melalui foto udara yang memberikan kenampakan morfotektonik berupa pota aliran
sungai, perpindahan perbukitan, pembelokan sungai, kelurusan, gawir sesar, kenampakan teras
sungai. Sedangkan bentuk topografi yang mengalami pergerakan pada umur yang lebih tua akan
sulit diamati oleh foto udara karena telah tertutup oleh sedimentasi dan tererosi.
Kekar

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 3

Istilah kekar pertama kali digunakan di Inggris, yaitu pada lokasi penambangan batubara.
Di lokasi tersebut tubuh batuan menyerupai susunan batu bata yang satu dengan yang lainnya
dipisahkan oleh bidang rekahan. Kekar atau rekahan adalah jenis struktur geologi yang umum
dijumpai pada batuan. Struktur kekar didefinisikan sebagai bidang rekahan atau pecahan pada
batuan yang sedikit atau tidak sama sekali mengalami pergeseran (Haryanto, 2003).
Struktur kekar dapat terbentuk secara non-tektonik dan dapat pula terbentuk akibat
aktifitas tektonik. Berdasarkan genesanya dikaitkan dengan kegiatan tektonik, kekar dapat
diklasifikasikan menjadi Kekar Gerus (shear joint) dan Kekar Tarik (extension joint) (Haryanto,
2003).
Kekar gerus adalah bidang pecah atau rekahan yang terbentuk akibat adanya geseran dan
gesekan pada batuan (shearing), memiliki ciri antara lain lurus, bentuk permukaan bidangnya
relatif datar, rapat, kadang dijumpai jejak pergeseran berupa cermin sesar (slicken side).
Sedangkan kekar tarik terbentuk akibat adanya peregangan (tarikan), mempunyai ciri fisik antara
lain relatif tidak lurus, bentuk permukaan bergelombang, berongga, sering diisi oleh mineral
sebagai urat.

Morfometri
Morfometri didefinisikan sebagai pengukuran kuantitatif bentuk bentang alam. Secara
ringkas suatu bentang alam dapat diidentifikasikan melalui karakteristik ukuran, elevasi
(maksimum, minimum, atau rata-rata) dan kemiringan lereng (Keller and Pinter, 2002).
Pengukuran kuantitatif geomorfologi sebagai objek perbandingan bentuk lahan dan perhitungan
parameter secara langsung sangat berguna untuk mengidentifikasi karakter suatu wilayah dan
Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 4

tingkatan aktivitas tektonik. Beberapa indikasi geomorfik telah dikembangkan sebagai alat kajian
dasar yang penting untuk mengidentifikasi deformasi tektonik yang baru pada satu daerah.
Indikasi tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi lanjut mengenai tektonik aktif.
Indikasi geomorfik merupakan bagian yang sangat penting pada studi tektonik kerena dapat
digunakan untuk mengevaluasi secara cepat suatu daerah yang luas dan data yang digunakan
mudah didapat dari peta topografi dan foto udara. Beberapa indikasi geomorfik yang umumnya
digunakan untuk studi tektonik aktif adalah:
1)
2)
3)
4)

Asimetri cekungan pengaliran (drainage basin asymmetry).


Indeks gradien panjang sungai (stream length-gradient index).
Sinusitas muka pegunungan (Mountain front sinuosity).
Perbandingan lebar dan tinggi lembah (ratio of valley floor width to valley height).
Hasil indikasi geomorfik tersebut dapat dikombinasikan dengan data lainnya seperti

kecepatan pengangkatan atau uplift untuk menghasilkan tingkatan aktivitas tektonik yang secara
luas bisa digunakan sebagai dasar pemikiran atau penafsiran tingkatan aktivitas relatif tektonik
pada suatu daerah. Dengan melakukan beberapa indikasi geomorfik tersebut untuk tektonik aktif
suatu daerah, dapat digunakan untuk mengelompokan tingkatan aktivitas tektonik menjadi
tektonik sangat aktif, aktif sedang, atau tidak aktif. Dasar dari klasifikasi tektonik aktif dapat
digunakan untuk mendeliniasi studi detil identifikasi struktur aktif pada suatu daerah.

Asimetri Cekungan Pengaliran (Drainage Basin Asymetry)


Geometri jejaring sungai dapat dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif. Daerah aliran
sungai (DAS) dapat memberikan informasi deformasi tektonik aktif dengan membedakan pola
dan geometri. Faktor asimetri (AF) merupakan salah satu analisis kuantitatif DAS untuk
mendeteksi kemiringan tektonik (tectonic tilting) baik pada skala DAS kecil maupun luas (Keller

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 5

dan Pinter, 2002). Harga faktor asimetri diperoleh dari peta topografi dan metode
perhitungannya:
AF = 100 (Ar / At )
Dimana AF= faktor asimetri
Ar = wilayah cekungan yang dimiliki oleh sungai
At = luas total wilayah cekungan

Gambar 2 Metode perhitungan faktor asimetri.


Apabila nilai AF yang diperoleh dari perhitungan menunjukan nilai 50, maka daerah tersebut
memiliki kemiringan (tilting) yang kecil. Apabila nilai AF lebih besar atau kurang dari 50, maka
terjadi kemiringan (tilting) akibat tektonik. Metode ini baik diterapkan pada DAS yang memiliki
batuan dasar yang homogen.
Sinusitas Muka Pegunungan (Mountain Front Sinuosity)
Sinusitas muka pegunungan merupakan perbandingan antara panjang permukaan muka
gunung dengan panjang lurus dari muka gunung tersebut. Sinusitas muka pegunungan dapat
dihitung menggunakan persamaan:

Smf=Lmf/Ls
Dengan: Smf : sinusitas muka gunung
Lmf : panjang permukaan muka gunung
Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 6

Ls : panjang lurus muka gunung

Gambar 4 Metode perhitungan sinusitas muka gunung.


Sinusitas muka gunung merupakan suatu indeks yang mencerminkan keseimbangan antara
gaya/kekuatan erosi yang mempunyai kecenderungan memotong sepanjang muka pegunungan
sehingga membentuk lekukan (sinous) muka gunung dan gaya/kekuatan tektonik vertikal yang
cenderung menghasilkan muka gunung lurus yang mencolok (Bull and McFadden, 1977).
Dengan demikian, muka pegunungan yang berasosiasi dengan pengangkatan aktif relatif lurus,
namun bila laju pengangkatan dikurangi atau dihentikan, proses erosi akan berjalan dan
membentuk muka sinus yang menjadi lebih tidak teratur seiring waktu.

Perbandingan lebar dasar lembah dan tinggi lembah (ratio of valley floor width to valley
height)

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 7

Indeks ini berdasarkan observasi wilayah yang mengalami pengangkatan cepat yang
ditandai oleh torehan sungai, dengan dasar lembah yang sempit dan profil sungai berbentuk-v.
Bull and McFadden (1977) mendeskripsikan perbandingan lebar dan tinggi lembah (Vf) dengan
persamaan:
Vf = 2Vw/[(Eld Esc)+ (Erd Esc)]
Dimana: Vf
Vw

= Index
= lebar lembah dasar sungai

Erd/Eld = ketinggian bagian kanan/kiri lembah diukur dari dasar sungai


Esc

= elevasi dasar lembah

Nilai Vf yang tinggi berhubungan dengan lebar, dasar lembah yang datar, dan nilai Vf yang
rendah berhubungan dengan pengangkatan aktif dengan bentuk lembah-v. Perbandingan lebar
dasar lembah pada ketinggian menghasilkan sebuah indeks yang menginformasikan apakah suatu
sungai memotong turun aktif atau mengerosi secara lateral kepada lereng bukit yang berdekatan.
Dalam studi saat ini rasio Vf yang berkisar antara 0,29 sampai 17,74 pada wilayah dengan celah
sempit dan dalam menunjukan muai Vf yang kecil <1.0, lembah ini dapat diklasifikasikan
sebagai lembah berbentuk V dan nilai Vf antara 1-1,5 mengindikasikan wilayah yang aktif
sedang dan nilai Vf lebih besar dari 1.0 dapat diklasifikasikan sebagai lembah berbentuk U,
wilayah ini merupakan hasil erosi lateral mayor.

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 8

Gambar 5 Perbandingan lebar dasar lembah dan tinggi lembah.

Referensi
Billings, M. P. 1972. Structural geology: Third Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: PrenticeHall.
Bowles, J.E. (1979), Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGrawhill Book
Company, New York.
Keller, Edward A. dan Pinter, Nicholas. 1996. Active tectonics: Earthquakes, uplift, and
landscape. New Jersey: Prentice Hall.
Moody, J. D. & Hill, M. J. 1956. Wrench-Fault Tectonics. Geological Society of America
Bulletin 67
Muir Wood, R & Mallard, D.J. 1992. When is a Fault extinct? . London: Journal Geology
Society
Stewart, I S. And Hancock, P.L 1994 NeoTectonik In Hancock, P.L. Coninental Deformation
Strahler, A. N., 1952. Hypsometric (area-altitude) analysis of erosional topography . Geological
Society American Bulletin 63, 1117-1142.

Geomorfologi kuantitatif Terapan (Murni Sulastri/270120150020)

Page 9

Anda mungkin juga menyukai