PENDAHULUAN
1.1 Latar Bekang
Ketika memulai suatu pekerjaan baru bagi seorang karyawan, hal pertama
yang akan muncul dalam pikirannya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang
kesanggupan melakukan pekerjaan barunya serta kecocokan dengan lingkungan
barunya. Hal ini tentunya dapat mengurangi kepuasan karyawan baru dan
kemampuan untuk belajar bekerja, jika tidak ada antisipasi lebih awal dari manjer
SDM. Pada dasarnya kesan awal akan terasa begitu kuat dan wajar-wajar saja bagi
karyawan baru karena karyawan baru masih memiliki sesuatu yang sedikit, seperti
pengetahuan dan pengalaman kerja, serta untuk melakukan penilaian diri.
(Mangkuprawira, 2003)
Merekrut dan memilih karyawan baru yang berpotensi tidak menjamin
bahwa mereka akan bekerja secara efektif. Salah satu penyebabnya adalah
karyawan baru tudak mengetahui apa yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukannya. Untuk itu, langkah yang harus diambil oleh perusahaan adalah
membuat karyawan baru mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Langkah ini dapat dilakukan dengan memberikan orientasi kepada
karyawan-karyawan baru. (Gary, 2006)
Penempatan merupakan tindak lanjut dari seleksi, dimana calon karyawan
yang diterima akan menempati jabatan/pakerjaan yang membutuhkannya dan
sesuai dengan kemampuannya. Tetapi, sering kali terjadi penugasan kembali
karyawan yang ada untuk menempati posisi baru tanpa melalui program orientasi
karena adanya anggapan karyawan tersebut berpengalaman dan telah mengetahui
semua yang dibutuhkan perusahaan. Padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya
benar, karyawan yang dianggap berpengalaman mungkin hanya mengetahui
rencana perusahaan, struktur, manfaat karyawan dan beberapa kepentingan umum
lainnya, tetapi tidak bisa menempatkan diri pada posisi barunya. (Mangkuprawira,
2003)
penempatan
yang
mencakup
prinsip
dan
faktor
yang
mempengaruhi penempatan?
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian orientasi dan segala sesuatu yang terkait dengan
orientasi
yang
mencakup
tujuan,
manfaat
dan keuntungan,
isi,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Orientasi
2.1.1 Pengertian Orientasi
Orientasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Orientation yang artinya
penyesuaian diri terhadap situasi tertentu atau lingkungan tertentu. Kegiatan
orientasi dilakukan oleh departemen SDM dan atasan untuk mensosialisasikan
nilai-nilai organisasi pada pegawai baru. Menurut para ahli orientasi dapat
diartikan dalam berbagai macam pengertian. Menurut Gary (2006), orientasi
merupakan prosedur untuk memberikan informasi latar belakang kepada
karyawan baru yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka secara
memuaskan, seperti infomasi tentang peraturan perusahaan. Sedangkan menurut
Mondy (2008), orientasi merupakan upaya pelatihan dan pengembangan awal
bagi para karyawan baru yang memberi mereka informasi mengenai perusahaan,
jabatan, dan kelompok kerja. Beberapa pengertian lain dari orientasi menurut para
ahli:
a. Menurut Cascio dalam Sedarmayanti (2010:114), orientasi adalah
pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan.
b. Menurut Decenzo & Robbins dalam Sedarmayanti (2010:114), orientasi
adalah aktivitas yang melibatkan pengenalan karyawan baru kepada
organisasi dan unit kerja mereka.
c. Menurut Wether & Davis dalam Sedarmayanti (2010:114), orientasi adalah
mengakrabkan karyawan dengan peran, organisasi, kebijakan organisasi,
dan karyawan lain.
d. Orientasi adalah aktivitas sumber saya manusia yang memperkenalkan
karyawan baru kepada organisasi dan kepada tugas-tugas yang harus
dikerjakan, atasan, dan kelompok kerja (Ivancevich dalam Marwansyah,
2010:141).
e. Orientasi adalah prosedur pemberian informasi pokok tentang perusahaan
kepada karyawan baru (Dessler dalam Marwansyah, 2010:141).
f. Menurut H. Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk bisnis yang kompetitif (2008:208), Orientasi adalah usaha
membantu para pekerja agar mengenali secara baik dan mampu beradaptasi
dengan
suatu
situasi
atau
suatu
lingkungan/iklim
bisnis
suatu
organisasi/perusahaan.
Dari beberapa pengertian di atas, orientasi dapat diartikan sebagai suatu
proses/program yang digunakan perusahaan dalam membantu karyawan barunya
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan kerja barunya. Dengan
demikian karyawan baru diharapkan mampu mencapai efisiensi kerja yang
maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Orientasi pada dasarnya
merupakan salah satu bagian dari proses sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu
proses penanaman sikap, standar, nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam
perusahaan kepada pegawai baru.
2.1.2 Tujuan Program Orientasi
Orientasi merupakan suatu hal yang penting dalam proses penerimaan
karyawan baru. Tanpa informasi dasar mengenai hal-hal seperti peraturan dan
kebijakan dalam perusahaan, karyawan baru dapat melakukan kesalahan dalam
menjalani pekerjaannya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan yang
berbahaya (Gary, 2006). Oleh karena itu harus ada tujuan yang jelas dalam
pelaksanaan program orientasi. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para
ahli tentang tujuan dari program orientasi.
Tujuan orientasi menurut R. E. Smith dalam Marwansyah, (2010:143)
sebagai berikut:
1. Pengenalan organisasi atau perusahaan.
2. Penyampaian kebijakan dan praktik-praktik yang penting.
3. Penyampaian informasi tentang benefits dan services.
4. Pendaftaran program benefit.
5. Pengisian dokumen-dokumen kepegawaian.
6. Penyampaian informasi tentang harapan-harapan manjemen.
7. Penetapan harapan-harapan atau tujuan karyawan.
8. Pengenalan rekan-rekan kerja.
9. Pengenalan fasilitas kerja.
10. Pengenalan tugas-tugas/pekerjaan.
Menurut Sedarmayanti (2010:115), tujuan orientasi adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan karyawan baru dengan ruang lingkup tempat bekerja, dan
kegiatannya.
2. Memberi informasi tentang kebijakan yang berlaku.
mengenai
pekerjaannya,
4. Mencegah pengaruh buruk dari rekan kerja atau atasan yang kurang
mendukung,
5. Karyawan baru menjadi lebih mandiri,
6. Karyawan baru bekerja dengan lebih baik,
7. Mengurangi kecenderungan karyawan baru untuk mengundurkan diri dari
pekerjaan,
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2010:117), manfaat pengaruh orientasi
terhadap perilaku karyawan, antara lain mengurangi perasaan diasingkan,
kecemasan dan kebimbangan karyawan. Mereka dapat menjadi bagian organisasi
lebih cepat, merasa lebih yakin dan lebih senang.
Pada dasarnya program orientasi akan membantu seseorang memahami
aspek sosial, teknis dan kebudayaan tempat kerja, mempercepat proses sosialisasi
dan penerimaan menjadi kerja sama dalam kelompok.
tetap
berada
pada
jalurnya;
harus
tetap
mempertimbangkan rival,
d. memperkenankan senior management dalam barisan karyawan,
e. program orientasi yang baik dapat membangun fondasi yang kuat dari nilai
dan filosofi perusahaan,
f.meningkatkan pemahaman karyawan terhadap tujuan bisnis perusahaan dan
prioritas perusahaan,
g. memulai lebih awal untuk membangun pendekatan tim yang kuat pada
semua level organisasi,
h. tingkat turn over rendah.
perusahaan,
kebijakan-kebijakan,
dan
karyawan
lainnya.
(Mangkuprawira, 2003)
Menurut Sedarmayanti (2010:115), ada beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam program orientasi.
1.
2.
3.
4.
Penyuluhan pendahuluan.
Penunjukkan tempat tertentu (ibadah, kafetaria, dsb).
Mengadakan pertemuan kelas.
Pengenalan dengan karyawan lama.
kepadanya
petunjuk-petunjuk
yang
terperinci
mengenai
ibadah
Menunjukkan cara mencatat waktu kerja yang betul
Menjelaskan apa yang harus dibuat bila absen, seperti
2.2 Penempatan
2.2.1 Pengertian Penempatan
Penempatan merupakan proses penugasan atau pengisian jabatan baru atau
jabatan yang berbeda. Menurut para ahli penempatan dapat diartikan dalam
berbagai macam pengertian.
lingkup
yang
telah
ditetapkan,
serta
mampu
4. Atrisi
Atrisi merupakan pengurangan karyawan yang disebabkan
terjadinya pengunduran diri, pengalihan keluar dari unit bisnis, dan
meninggal. Secara khusus program pensiun dini telah meningkat selama
terjadinya penurunan aktivitas usaha dan kelambanan aktivitas ekonomi,
sehingga karyawan berada pada posisi tertekan dan terjadi pemangkasan
kelebihan karyawan (rasionalisai).
5. Latar Belakang Pendidikan
Prestasi akademis yang perlu dipertimbangkan tidak terbatas pada
jenjang terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang pendidikan yang
pernah dialaminya. Tenaga kerja yang memiliki prestasi akademis tinggi
biasanya ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya, sebaliknya tenaga kerja yang memiliki latar belakang
akademis rata-rata atau di bawah standar harus ditempatkan pada tugas
dan pekerjaan ringan dengan beban wewenang dan tanggung jawab yang
relatif rendah. Latar belakang pendidikan pun harus menjadi pertimbangan
dalam menempatkan karyawan. Misalnya, sarjana ekonomi harus
ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dalam bidang ekonomi.
Latar belakang akademis ini dimaksudkan untuk menempatkan karyawan
yang tepat pada posisi yang tepat pula (Handoko: 2001).
6. Kesehatan Fisik dan Mental
Dalam menempatkan karyawan, faktor fisik dan mental perlu
dipertimbangkan karena tanpa pertimbangan yang matang, maka hal-hal
yang bakal merugikan perusahaan akan terjadi. Kesehatan erat kaitannya
dengan sumber daya manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang berat dan
berbahaya hanya mungkin dikerjakan oleh orang-orang yang mempunyai
fisik sehat dan kuat, sedangkan sumber daya manusia yang fisiknya lemah
dan berotak cerdas dapat ditempatkan pada bidang administrasi,
pembuatan konsep atau perhitungan-perhitungan yang memerlukan
ketekunan. Namun faktor kesehatan ini masih perlu diperhatikan dalam
penempatan tenaga kerja. Karena pada umumnya, meskipun tes kesehatan
telah dinyatakan lulus, tetapi kadang-kadang tes kesehatan tersebut
dilakukan sepintas kilas jadi kurang dapat mendeteksi kondisi jasmani
secara rinci.
7. Pengalaman Kerja
Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan
pertimbangan
dalam
penempatan
kerja
karyawan.
Kenyataan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Orientasi merupakan suatu proses/program yang digunakan perusahaan
dalam membantu karyawan barunya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan kerja barunya. Dengan demikian karyawan baru
diharapkan mampu mencapai efisiensi kerja yang maksimal dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Orientasi adalah salah satu bagian dari proses
sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses penanaman sikap, standar,
nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai
baru.
Orientasi
berisi
informasi-informasi
pokok
yang
meliputi:
perusahaan sebagai keseluruhan maupun sebagai sejumlah departemendepartemen yang bersatu padu untuk mencapai misi tertentu, peraturanperaturan dasar perihal bekerja di dalam perusahaan, serta berbagai
keuntungan yang diperoleh dari perusahaan karena ikataan kerja dengan
dari
penempatan,
meliputi:
prinsip
kemanusiaan,
prinsip
demokrasi, prinsip the right man on the right place, prinsip kesatuan arah,
prinsip kesatuan tujuan, prinsip kesatuan komando, prinsip efisiensi dan
produktivitas kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan,
meliputi: pertumbuhan perusahaan, reorganisasi, kecenderungan ekonomi
umum, atrisi, latar belakang pendidikan, kesehatan fisik dan mental,
pengalaman kerja, faktor status perkawinan, sikap, usia.
DAFTAR RUJUKAN
Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Indeks.
Handoko, Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta : BPFE.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta :Grasindo.
Malayu, Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi revisi.
Jakarta: Grasindo.
Mangkuprawira, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Bandung:
Alfabeta.
Mathis, Robert. L & Jackson John. H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh
(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sastrohadiwiryo,
Siswanto.
2002.
Manajemen
Tenaga
Kerja
Indonesia
Anastasia.
Tanpa
Tahun.
Sesi
Procurement,
(Online),