Anda di halaman 1dari 4

Nama : Herdi Robiansyah

NIM : 1400875
Fakultas/Prodi : FPOK - PKO
Dosen pengampu :Drs.Dharma Kesuma M.Pd
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan
Mahasiswa Pendidikan Khawatirkan Masa Depan
JAKARTA, KOMPAS Kuota penerimaan guru yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
lulusan sarjana pendidikan membuat mahasiswa program pendidikan khawatir. Kondisi ini
menyebabkan peluang kerja dan masa depan mereka tidak terjamin. Saat ini, kuota penerimaan
guru di Indonesia sekitar 40.000 per tahun. Jumlah itu tidak sebanding dengan lulusan sarjana
pendidikan yang mencapai ratusan ribu setiap tahun. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran
akan terjadi pengangguran di kalangan sarjana pendidikan.
"Kalau perbandingan kuota penerimaan dan jumlah lulusan terlalu timpang, kami khawatir.
Jangan sampai ketika lulus kuliah tidak ada lapangan pekerjaan yang tersedia," ujar mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka,
Muhammad Nurul Ikhsan (25), Rabu (17/6), di Jakarta.
Ikhsan mengatakan, pemerintah perlu segera mencari solusi untuk menyediakan lapangan kerja
bagi sarjana pendidikan. Dia berharap agar persyaratan untuk menjadi guru dan penerimaan
pegawai negeri sipil tidak dipersulit dan transparan.
Kekhawatiran serupa diutarakan Erwin (22), mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta. Dia mengatakan, mahasiswa pendidikan butuh
kepastian mengenai ketersediaan lowongan kerja ketika menyelesaikan kuliah.
"Sejak adanya program sertifikasi guru, banyak yang berminat menjadi guru. Namun, jika
lapangan kerjanya terlalu sedikit, angka pengangguran akan semakin tinggi," ujarnya.
Pengamat pendidikan Universitas Muhammadiyah Dr Hamka, Elin Driana, mengatakan,
pemerintah perlu mendata ulang jumlah dan kebutuhan guru di Indonesia. Hal ini dibutuhkan
untuk melihat peluang kerja mahasiswa program pendidikan pada masa mendatang.
"Wajar mahasiswa pendidikan khawatir dengan masa depannya. Untuk itu, perlu data akurat
mengenai hal ini sehingga kita bisa mengetahui jumlah kebutuhan guru di Indonesia," ujarnya.

Dia mengatakan, universitas ataupun sekolah tinggi yang membuka program pendidikan juga
harus mencari solusi atas perbandingan kuota penerimaan guru dan jumlah lulusan sarjana
pendidikan yang timpang. Salah satu caranya adalah dengan membekali keahlian lain kepada
mahasiswa.
"Tujuan utama mahasiswa pendidikan pasti ingin menjadi guru. Namun, kampus perlu mencari
alternatif lain, yaitu membekali keterampilan, seperti kemampuan komunikasi, berorganisasi,
atau justru membuka usaha sehingga ketika kuota penerimaan guru minim, mereka tetap
survive," ujar Elin.
Distribusi guru
Elin mengatakan, salah satu persoalan serius dunia pendidikan di Indonesia adalah distribusi
guru. Menurut dia, jumlah guru berlebihan di kota-kota besar, tetapi mengalami kekurangan di
daerah-daerah terpencil.
"Pemerintah harus memberi perhatian serius pada masalah pemerataan pemenuhan kebutuhan
guru. Penumpukan guru di daerah tertentu tidak efektif bagi program pendidikan nasional,"
ujarnya.
Untuk menjadi guru, tidak cukup hanya berstatus sebagai sarjana pendidikan. Dibutuhkan
keikutsertaan dalam program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal
(SM3T) serta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Program ini diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Namun, tidak semua mahasiswa program pendidikan mengetahui program tersebut. Ikhsan yang
sudah memasuki semester VIII mengaku belum pernah mendengar program SM3T.
Dia mendukung program SM3T untuk menambah wawasan calon guru dengan mengajar di
daerah-daerah terpencil. Namun, jika hal tersebut menjadi persyaratan pokok sebelum menjadi
guru, program itu harus disosialisasikan lebih intensif.
"Saya yakin masih banyak yang belum mengetahui program itu," ujarnya. Ikhsan mengatakan,
saat kuliah, mahasiswa program pendidikan sudah dibekali dengan kemampuan untuk mengajar
melalui program penelitian lapangan (PPL).
Sebelum mengajukan skripsi, mahasiswa pendidikan terlebih dahulu harus mengikuti PPL untuk
mengajar ke sekolah selama enam bulan. Lokasi PPL dapat ditentukan oleh universitas ataupun
usulan dari mahasiswa.
"Dalam perkuliahan, kami tak hanya diajarkan pengetahuan akademik, tetapi juga teknik
mengajar yang baik dan cara memahami psikologis siswa," ujarnya.

Tanggapan
Menurut saya, saya cukup kaget ketika membaca berita seperti ini karena sacara tidak
langsung bisa mematahkan semangat saya berkuliah sebgai calon pendidik. Meski fakta dan data
menunjukan hasil yang membuat saya kurang suka terhadap hasilnya tapi saya tidak akan gentar
menghadapinya. Tidak selamanya kesuksessan di tentukan dengan menjadi guru sajah, memang
meski kita berkuliah di kampus yang notabene sudah terkenal sebagai kampus pendidikan di
Indonesia tapi tak semua yang masuk kesini ingin menjadi guru dan memiliki cita-cita menjadi
guru, jadi jangan perlu cemas dengan munculnya pemberitaan seperti tadi.
Yang terpentting kita harus memiliki skill lain selain menjadi pengajar, bila seseorang
hanya memiliki satu skill maka menurut saya akan kesulitan untuk bersaing dijaman yang serba
maju ini. Dengan hanya memiliki satu skill kita makin sulit dalam menentukan masa depan dan
kemungkinan pun semakin sedikit. Lain halnya dengan orang yang memiliki life skill yang
beragam dan bisa menerapkan nya didalam kehidupan ini akan menjadi modal yang sangat baik
dalam menjalani kehidupan, sehingga meski kita lulusan perguruan tingi yang berbasis
pendidikan maka kita bisa bersaing di segala bidang dengan life skill yag kita miliki.
Analisis penyebab
Menurut sayah kejadian seperti ini disebabkan tdak terkontrolnya penerimaan guru di
Indonesia. Bisa kita lihat di tahun-than sebelumnya mungkin banyak pengangkatan PNS yang
menjadi guru melalui jalur nepotisme dan lain sebaginya, sehingga membuat kualitas PNS yang
bisa menjadi guru kurang dari harapan, dan menjadikan masalah baru ketika guru tersebut turun
di dunia pendidikan.
Seharusnya penyarigan PNS terutama guru harus secara hati-hati dan penuh dengan
tanggung jawab karena guru lah yang akan menentukan kualitas pendidikan di Indonesia, bisa
dibayangkan ketika guru yang mengajar di Indonesia meiliki kualitas yang dibawah rata-rata.
Dengan kata lain yang harus di perhatikan juga antara masa produktif kerja guru yang ada.
Terlalu banyaknya guru yang melebihi masa produktif bisa menjadi salah satu factor kenapa
menjadi guru menjadi susah dan sangat sasrat dengan pesaingan.
Dengan pengaturan batas pensiun pun harus di perhatikan, selain itu ke produktifan guru
pns juga harus di control, dengan demikian PNS yang sering mangkir rapat dan kurang produktif
dalam pekerjaan nya bisa di hentikan dengan pasksaagar kualitas guru dan pendidikan di
Indonesia semakin maju dan berkembang.

Solusi
Dengan pemberian tenaga bar di dalam pendidikan di Indonesia bisa jad akan
memberikan angin segar terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan adanya suntukan
tenaga muda akan bisa merubah sediktnya pandangan dan pendapat terhadap sesuatu.
Jadi menurut saya pemasukan PNS baru dalam bidang keguruan sangatlah penting dan
dianjurkan. Memang di satu sisi guru adalah profesi yang sering di sangkut pautkan dengan
senioritas, memang senioritas sangat berpengaruh dalam beberapahal. Tetapi di satu sisi ada
beberapa hal yang harus di terapkan baru oleh guru-guru yang ada. Nah dengan memasukan
angkatan muda dalam keguruan di Indonesia akan memberikan suntukan tenaga baru dalam
pembaharuan tentang pengetahuan remaja yang semakin hari semakin memiliki daya jelajah
yang tinggi melebihi gurunya.
Dengan adanya suntukan tenaga muda juga bisa memberikan pemikiran yang lebih baru
dan lebih kreatif dibandungkan guru-guru yang sudah ada, dengan pemikiran yang baru dan leih
up-todate bisa jadi pendidikan di Indonesia bisa mencapai masa dimana pendidikan merupakan
hal yang digemari oleh para siswa sebagai sasaran utama dari pendidikan.
Takjarang juga masukan masukan yang berkualitas hadir dari anak-anak muda lulusan
perguruan tinggi yang berkualitas sehingga siapatau dengan adanya penambahan PNS bisa
membatu pemberian ide yang lebih baru dan kreatif. Karena seperti yang kita ketahui sekarang,
perkembangan teknologin semakin pesat dan koneksi terhadap internet juga semakin di
permudah, dan ketika peserta didik membuka internet bisa saja dia mendaptkan apapun yang ia
mau dan tanpa batasan dan aturan. Maka demikian dibutuhkannya pembaharuan terutama
terhadap guru yang meiliki pemkiran yang bsia mengimbangi dan membimbing anak-anak kea
rah yang lebih positif.
Maka dimana pemerintah mengurangi jatah pengangkatan PNS bagi angkata muda itu
hanya menghambat regenerasi PNS dan Guru di Indonesia, dengan adanya perencanaan rotasi
yang berpacu pada perkembangan jaman seharusnya pendidik muda dapat bersaing di dunia
penddikan dan memiliki tempat khusus didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai