Oleh :
Ifanemagasaro Mendrofa
G99141139
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari
disertai dua atau lebih gejala klinis berupa nyeri kepala, nyeri retro-orbita,
mialgia/ artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (tes tourniket positif
dan petechiae) dan leukopenia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit demam akut dengan gejala seperti DD disertai manifestasi
perdarahan yang lebih nyata (tes tourniket positif, petechiae, echimosis
atau purpura, perdarahan mukosa), trombositopenia ( 100.000/L) dan
kebocoran plasma akibat meningkatnya permeabilitas kapiler yang
ditandai oleh peningkatan hematokrit 20%. Dengue Shock Syndrome
(DSS) adalah penampilan klinis DBD yang disertai tanda-tanda kegagalan
sirkulasi berupa penderita gelisah sampai penurunan kesadaran, nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg), hipotensi (tekanan
sistolik < 80 mmHg), kulit dingin dan lembab, akral dingin (cappilary
refill time > 2 detik), diuresis menurun sampai anuria. 2,3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sindrom
Syok
Dengue
(SSD)
adalah keadaan
klinis
yang
Aedes (terutama
Halstead
(1973)
menyatakan
mengenai
hipotesis
secondary
Terbentuknya
Volume
plasma
intravaskular
menurun
hingga
replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi
fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah.(1,2)
Gambar 3. Patogenesis terjadinya syok DBD
Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen,
juga menyebabkanagregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi
melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua factor tersebut akan
menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai
akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit
melekat satu samaiain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh
RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Kadar
trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan
kenaikan
sebagai
mekanisme
kompensasi
stimulasi
factor
pembekuan
(akibat KID),
kelainan
fungsi
disertai
dengan
perdarahan
seperti:
epistaksis,
perut
dirasakan
di
epigastrium
dan
dibawah
tulang iga.
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede)
positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena.
Kebanyakan kasus, petekie halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas,
aksila, wajah, dan palate mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari
demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan,perdarahan
saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya
membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus
costae kanan. Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada
saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan
gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasusdengan
gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara,
pada kasusberat penderita dapat mengalami syok.(1,2,3,4)
3. Sindrom Syok Dengue
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3
sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah
kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab,
10
sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20mmHg, hipotensi,
pengisian kapiler terlambat dan produksi urin yang berkurang. Kebanyakan
pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Bila
terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok
berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik, perdarahan
hebat saluran cerna. Infeksi (pneumonia, sepsis, flebitis) dan terlalu banyak
cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti
ensefalopati dan gagal hati. Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi
dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan
timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik apabila pengeluaran urin
cukup dan kembalinya nafsu makan.(1,2,3,4)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk screening dengan periksa
kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), trombosit, leukosit. Pemeriksaan
sediaan apus darah tepi menunjukkan limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru. Kadar leukosit dapat normal atau menurun Mulai hari
ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45% jumlah leukosit total)
disertailimfosit plasma biru (LPB >15% total leukosit) yang pada fase syok
akan meningkat. Trombosit umumnya menurun pada hari ke-3 hingga ke8. Pemeriksaan hematokrit untuk menentukan kebocoran plasma dengan
peningkatan kadar hematokrit >20% kadar hematokrit awal.(1,2)
Diagnosis pasti dapat tegak bila didapatkan hasil isolasi virus dengue
(cell culture) ataudeteksi antigen virus RNA dgn teknik Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction namun teknik ini rumit.
Pemeriksaan lain yaitu tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi
spesifik terhadap dengue. Berupa antibodi total, IgM yang terdeteksi mulai
hari ke-3 sampai ke-5,meningkat smpai minggu 3, dan menghilang setelah
60-90 hari. IgG terbentuk pada hari ke-14 pada infeksi primer, dan terdeteksi
pada hari ke-2 pada infeksi sekunder.(1)
Pemeriksaan lain menunjukkan SGOT dan SGPT dapat meningkat.
Hipoproteinemi
akibat
kebocoran
plasma
biasa ditemukan.
Adanya
11
a.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
d.
1)
suntikan
hematemesis atau melena
Trombositopenia < 100.00/ul
Kebocoran plasma yang ditandai dengan
peningkatan nilai hematrokrit > 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis
2.
kelamin.
2) penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat
3) efusi pleura, asites, hipoproteinemi
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD(4) disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
12
b.
c.
d.
e.
f.
(2,4)
Perbedaan gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi dalam
tabel berikut :
13
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibedakan berdasarkan proses yang mendasari yaitu
kebocoran plasma. Pedoma tatalaksana DD dan DBD, SSD berbeda dari segi
resusitasi cairan dan indikasiperawatan di RS. Pada dasarnya pengobatan
DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma. Pasien DD
dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatanbiasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi (SSD) diperlukan perawatan
1.
a.
b.
c.
intensif.(1,2,3)
Demam Dengue
Pada fase demam pasien dianjurkan :
Tirah baring, selama masih demam
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, dll.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang
dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena
kemungkinan sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase
demam.Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan
terjadi penyembuhan sedangkanpada DBD terdapat tanda awal kegagalan
sirkulasi (syok).(1,2,3,4)
2. Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue
14
Tidak ada terapi spesifik untuk demam berdarah dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif yaitu pemeliharaan volume cairan sirkulasi akibat kebocoran
plasma.
Adapun penatalaksanaan DBD menurut derajatnya lihat bagan.
15
TATA LAKSANA
PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA
Tidak ada
kedaruratan
Ada kedaruratan
Jumlah trombosit
< 100.000/ul
Rawat Inap
Jumlah trombosit
> 100.000/ul
Rawat Jalan
Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai
demam hilang
Nilai tanda klinis & jumlah
trombosit, Ht bila masih
demam hari sakit ke-3
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, AT.
Perhatikan untuk orang tua: pesan bila timbul
tanda syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin,
sakit perut, berat hitam, kencing berkurang. Lab
Hb/Ht naik dan trombosit turun
segera bawa ke rumah sakit
16
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
Tidak dijumpai distress pernafasan
17
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek Darah stabil
Diuresis cukup
(1 ml/kgBB/jam)
Ht Turun
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Ht meningkat
Gelisah
Distres pernafasan
Frek.nadi naik
Ht tetap tinggi/naik
Tek. Nadi < 20 mmHg
Diuresis kurang/tidak
ada
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
Perbaikan
Evaluasi 15 menit
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
IVFD stop setelah 24-48 jam
apabila tanda vital/Ht stabil dan
diuresis cukup
Ht turun
Perbaikan
18
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas / Sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Kesadaran menurun
Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan / sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah
Cairan 10 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, Trombosit
Syok teratasi
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
10-20 (max 30) ml/kgBB
Koreksi Asidosis
evaluasi 1 jam
Syok belum teratasi
Ht turun
+ Transfusi fresh blood 10 ml/kg
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Ht tetap
tinggi/naik +
Koloid
20 ml/kgBB
19
20
BAB II
STATUS PENDERITA
A. STATUS PENDERITA
21
Identitas Penderita
Nama
: An. F
Tanggal Lahir
: 19 Juni 2004
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Bp. M.
Pekerjaan Ayah
: Swasta
Nama Ibu
: Ny. S
Pekerjaan Ibu
Alamat
Tanggal Masuk
: 22 Agustus 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 27 Agustus 2015
No. CM
: 83 41 90
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Muntah-muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
22
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat imunisasi
: lengkap
4. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum obat-obatan
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
23
Mulut
Tenggorokan
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskuler
Sistem gastrointestinal
Sistem muskuloskeletal
Sistem genitourinaria
(-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing
seperti teh (-), BAK 4-6x/ hari @ - 1 gelas belimbing
Ekstremitas: Atas
jari terasa dingin (+), kesemutan (-), bengkak (-), sakit sendi
(-), panas (-), berkeringat (+), palmar eritema (-),
Ekstremitas Bawah
terasa dingin (+), kesemutan di kedua kaki (-), sakit sendi (-),
bengkak (-) kedua kaki
Sistem neuropsikiatri
Sistem Integumentum
24
Perkusi
kanan
Kiri
Auskultasi Kanan
Kiri
Belakang
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi Kanan
Kiri
13. Punggung
: Sonor
: Sonor
: suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan (-)
: suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan (-).
: normochest, simetris, sela iga tidak
melebar, retraksi (-)
: pengembangan dada kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostalis (-)
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi(-)
: pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kiri
= kanan
: Sonor,
: Sonor,
: suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan (-)
: suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan (-)
14. Abdomen :
Inspeksi
26
Leukosit 11.300/L
Eritrosit 5.200/ L
Trombosit 143.000/L
Hb 14,1 g/dL
Ht 41,7 %
E. RESUME
Anak F usia 11 tahun dengan berat badan 42kg datang dengan keluhan
utama muntah-muntah sejak 12 jam sebelum masuk RS. Muntahmuntah sebanyak 3 kali. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan demam
selama 4 hari, sudah diberi antibiotik dan obat penurun panas namun
keluhan tidak berkurang. Menggigil (+), kejang (+), mencret (-), sesak
(-), mual (+), muntah (+), sakit kepala (+), sakit perut (+). Riwayat
perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan tempat lain disangkal.
Kaki dan tangan dingin (-). Riwayat keluar kota sebelumnya (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, tanda
vital didapat kan tensi 98/76 mmHg, frek nadi 120x/menit regular, isi
kurang, teraba lemah, frek nafas 24x/menit, suhu tubuh 36,9 0C,
hepatomegali (+), nyeri tekan epigastrium (+), pulsasi arteri perifer
teraba lemah, hasil uji rumple leed (+). Status gizi baik. Pada
pemeriksaan
penunjang
didapatkan
Hb,
Ht,
dan
terdapat
trombositopenia.
F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Problem: Dengue Shock Syndrome
Rencana Diagnostik:
Pemeriksaan darah perifer lengkap setiap 6-8 jam
27
Penulisan Resep
-
2. Non Medikamentosa
- Bedrest (tirah baring)
- Minum air yang banyak
- Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan
pencegahan DBD dengan 3M, yaitu menutup, menguras,
mengubur
barang-barang
yang
dapat
menampung
air.
gigitan nyamuk
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun
kuantitasnya
28
H. PROGNOSIS
-
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
Pembahasan
Ringer Laktat
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada
kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai
replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka
bakar. 15
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati
menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis
metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan
sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. 15
Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai
cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah
terjadinya ketosis. 15
Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki
komposisi elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan
laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500
ml dan 1.000 ml. 15
Pemberian Ringer Laktat pada kasus ini bertujuan untuk menyeimbangkan
cairan dan rehidrasi tubuh yang optimal. Pada kasus DSS pasien biasanya akan
banyak kehilangan cairan tubuh yang di sebabkan karena suhu tubuh yang tidak
seimbang. Pengobatan DSS bersifat suportif simptomatik dengan tujuan
memperbaiki sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID). Ringer laktat biasanya terdiri dari beberapa
elektrolit seperti elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L),
29
dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah
500 ml dan 1.000 ml. 15
Pada kasus dengue syok syndrome penanganan yang utama adalah
menghindari syok hipovolemik yang terjadi karena hilangnya ion dan mineral
dalam tubuh. Selain pemberian terapi cairan, tirah baring merupakan salah satu
penangan yang utama. 14
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan
dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan
tekanan darah sistolik 100 mmHg dan tekanan nadi lebih dari 20 mmHg,
frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit, dengan volume yang cukup, akral
teraba hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam) jumlah
cairan dikurangi menjadi 7 mlkgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit keadaan
tetap stabil pemberian cairan menjadi 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120
menit kemudian keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3ml/KgBB/jam.
Bila 24-48 setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil
serta dieresis cukup maka pemberian cairan perinfus harus dihentikan. 14
Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang harus
dilakukan terutama dalam 48 jam pertama sejak terjadi renjatan karena selain
proses pathogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya
sekitar 20% saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat
pemberian. Oleh karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi dengan
baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi jantung dan nafas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik, serta jumlah diuresis. Diuresis diusahakan
2ml/kgBB/jam. 14
Pemantauan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah trombosit dapat
dipergunakan untuk pemantauanperjalanan penyakit. Bila setelah fase awal
pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberian kristaloid
dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/KgBB dan kemudian dievaluasi setelah 2030 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai hematokrit.
Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung
30
maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit
menurun, berarti terjadi perdarahan (internal bleeding) maka diberikan transfuse
darah segar 10ml/KgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan. 16
Pemberian koloid sendiri mula-mula diberikan dengan tetesan cepat 10-20
ml/KgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi
maka untuk memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena
sentral dan pemberian koloid dapat ditambah hingga jumlah maksimum
30ml/KgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18
cm H2O. Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan dan dilakukan
koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
KID,infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan
target tetapi renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik /
vasopresor. 16
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penatalaksanaan pada kasus Dengue Syok Syndrome harus cepat dan
tepat, karena pada kasus Dengue Syok Syndrom sangat berisiko terjadinya syok
berat. Jika syok sudah teratasi sebaiknya pasien tetap diawasi, hal ini berguna
untuk memulihkan keadaan pasien yang banyak kehilangan cairan
SARAN
Pemberian terapi cairan merupakan salah satu penatalaksanaan dalam
mengatasi Dengue Syok Syndro. Cairan yang digunakan biasanya Ringer Laktat.
Selain itu istirahat yang cukup dengan tirah baring dan asupan makanan yang baik
merupakan salah satu terapi supportif yang bias diberikan kepada pasien dengan
gejala DSS untuk memulihkan kondisi tubuh.
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suhendro,
Nainggolan L,
Chen K,
Pohan HT.
2006.
Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.
Jilid III. Perhimpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam Indonesia.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
2.
3.
4.
from
htttp://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublic
5.
6.
7.
33