Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL TERAPI MODALITAS SENAM AEROBIK LOW IMPACT

PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Oleh Kelompok 1
Dewi Ismarina
(04064891416033)
Wenniarti
(04064891416035)
Afen Sidik
(04064891416037)
Nurul Dwi Khairani
(04064891416039)
Susi Lestari
(04064891416041)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

LAPORAN HASIL TERAPI MODALITAS SENAM AEROBIK LOW IMPACT


PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Terapi senam aerobic low impact telah dilaksanakan pada tanggal 26-29 juni
2015 yang dilakukan diruangan merpati dengan jumlah pasien sebanyak 6 orang.
Pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien dengan diagnosa perilaku kekerasan
dengan kriteria :
a. Klien tidak sedang mengalami perilaku agresif atau mengamuk
b. Klien dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak kerjasama (kooperatif)
Senam pertama pada tanggal 26 juni 2015 dengan jumlah klien sebanyak 6
orang.Sebelum melakukan senam aerobic low impact dilakukan pengkajian. Hasil
pengkajian didapatkan :
Tabel 4.1 Data Pengkajian tanggal 26 juni 2015
No

Nama

Data Pengkajian
Pre

Tn. S

DS
Mengatakan
gelisah

DO
Mengantuk,

Ket

Post
DS
Mengatakan

pada gelisah, tidak lesu

malam hari

DO
Klien belum
mampu

bersemangat

mengikuti
gerakan

Tn. M

Mengatakan
perasaan

Konsentrasi

biasa kurang

Mengatakan

senam
Klien belum

biasa saja

mampu

saja

mengikuti
gerakan

Tn. J

Mengatakan
semalam

Lemas,

tidak mengantuk

Mengatakan

senam
Klien tidak

mengantuk

mengikuti

bisa tidur

kegiatan
senam hingga

Tn. A

Mengatakan

akhir
Klien mampu

senang

mengikuti

karena

gerakan

ribut

berolahraga

senam

Mengatakan

bersama
Mengatakan

Klien mampu

biasa saja

mengikuti

Mengatakan
emosi
saat

Tn. Al

Depresi,

datang tegang
suasana

Tidak

pagi ini ingin kooperatif

Tn. G

marah-marah

gerakan

Mengatakan

Mengatakan

senam
Klien tidak

masih

kooperatif

semalam
dengan

kesal
teman

Gelisah

perasaan

ada

dan

tidak

sekamarnya

kesal

mampu
mengikuti
senam

Berdasarkan tabel 4.1 sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobic low
impact tidak didapatkan pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap
perubahan perilaku kekerasan. Hal ini tidak sejalan dengan hasil yang dinyatakan
dalam jurnal Akhmad (2011) mengenai pengaruh terapi senam aerobic low impact
terhadap perilaku kekerasan.
Perbedaan hasil yang didapat sejalan dengan perbedaan intensitas senam yang
dilakukan dalam jurnal dimana senam aerobic low impact baru diterapkan satu kali
diruang merpati dimana intensitas menjadi salah satu yang mempengaruhi hasil
senam.
Senam kedua dilaksanakan pada tanggal 27 juni 2015 dengan jumlah klien
sebanyak enam orang. Sebelum melakukan senam aerobic low impact dilakukan
pengkajian. Hasil pengkajian didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.2. Data pengkajian tanggal 27 juni 2015
No

Nama

Data Pengkajian
Pre

Tn. S

DS
Mengatakan

Post
DO
DS
Tampak tegang, Mengatakan

DO
Sesekali tertawa

gelisah,

bersama
TD : 130/80

Tn. M

susah gelisah
agak lebih segar
TD : 130/90
tidur dan mudah
mmHg
tersinggung
RR : 18 x/m
HR : 127 x/m
T : 36.6 C
Mengatakan
TD : 120/90 Mengatakan

ada,

Tn. J

gelisah dan tidak mmHg


lebih rileks
RR : 18 x/m
bisa tidur
HR : 90 x/m
T : 36.6 C
Mengatakan kesal Wajah tegang, Mengatakan
karena

bicara

dimasukkan
RS

Tn. A

ke nada
tinggi
TD :

kasar, sedikit

bosan

di tangan

ekspresi

wajah ceria
Lebih
lebih kooperatif saat

suara rileks dan segar

diajak
beraktifitas
TD : 120/70

130/80

mmHg
RR : 20 x/m
HR :86 x/m
T : 36.5 C
Mengatakan kesal Wajah
tegap, Masih
dan

mmHg
RR : 18 x/m
HR : 118 x/m
T : 36.8 C
Kontak
mata

kesal,

mmHg
RR : 20 x/m
HR : 80 x/m
T : 36.5 C
merasa Apatis, kontak

pasien mata tidak ada


TD : 120/80
masukkan ke RS, mengepal,
mengatakan
mmHg
saat kesal klien bicara kasar
tidak suka diatur
RR : 20 x/m
TD : 130/90
memukul teman
HR : 116 x/m
mmHg
T : 36.2 C

Tn. Al

RR : 18 x/m
HR : 80 x/m
T : 36.2 C
Mengatakan tidak Tampak apatis, Mengatakan
bersemangat

Tn. G

kurang

biasa saja setelah kooperatif, lebih

kooperatif

senam

Mengatakan ingin Mata


pulang

Kurang
banyak diam
TD : 110/70

melotot, Mengatakan

bicara

kasar, kesabarannya

mmHg
RR : 18 x/m
HR : 85 x/m
T : 36.6 C
Wajah
memerah, nada

mengancam
telah habis
TD : 130/80

suara tinggi
TD : 130/80

mmHg
RR : 18 x/m
HR : 87 x/m
T : 36.6 C

mmHg
RR : 20 x/m
HR : 86 x/m
T : 36.8 C

Berdasarkan tabel 4.2 ada tiga klien yang mengalami perubahan terhadap
perilaku kekrasan yaitu Tn. S, Tn. M, Tn. J, merasa lebih rileks dan lebih segar. Hal
ini dapat disebabkan karena senam aerobik dngan mengandalkan penyaluran energi
dan penyerapan oksigen yang berimbang dapat meningkatkan endorphin yang
memiliki efek relaksan (Yulistanti, 2003).
Senam ke tiga dilaksanakan pada tanggal 29 juni 2015 dengan jumlah klien
sebanyak 6 orang. Sebelum melakukan senam aerobic low impact dilakukan
pengkajian. Hasil pengkajian didapatkan sebagai berikut:
Table 4.3 Data Pengkajian Tanggal 29 juni 2015
Data Pengkajian
N

Nam

Ket
Pre
DS

1.

Tn. S

DO

DS

DO

Klien

Ekspresi

Klien

Ekspresi

Klien mampu

mengatakan

tegang
TD:=130/90,

mengatakan

wajah

mengikuti

lebih segar

bersemangat
TD:=120/80,

gerakan

susah tidur
dan gelisah

2.

Post

HR= 85x/m
RR= 19x/m
T = 36,50c

setelah senam

senam hingga

mengeluarkan

HR= 84x/m
RR= 18x/m
T = 36,50c
Ekspresi

Klien mampu

dan

akhir

Tn.

Klien

Afek datar,

keringat
Klien

mengatakan

kontak

mengatakan

wajah

mengikuti

perasaannya

mata(+)
TD:=120/70,

bersemangat

bersemangat

gerakan

saat

dan

senam hingga

mendengarkan

kooperatif

akhir

biasa saja

HR= 75x/m
RR= 20x/m

T = 36,70c

suara music

TD:=110/70,

senam dan

Klien belum

Klien ingin

Kontak mata

Klien

HR= 80x/m
RR= 20x/m
T = 36,50c
Ekspresi

melakukan

(+), Konver

mengatakan

wajah ceria,

mampu

senam lagi

(+)
TD:=120/80,

semangat jika

kooperatif,

melakukan

setia pagi

kontak mata

gerakan

senam

(+), konver

senam hingga

(+)
TD:=110/80,

akhir

sangat bahagia
3.

Tn. J

agar emosi
terlampiaskan

4.

HR= 75x/m
RR= 19x/m
T = 36,50c

Wajah

Klien

HR= 95x/m
RR= 22x/m
T = 36,60c
Kooperatif,

bosan lama-

tegang, mata

mengatakan

tampak lebih

melakukan

lama di RS

merah, afek

terhibur

gerakan

dan klien

datar
TD:=120/70,

melihat teman-

tenang
TD:=120/70,

Tn. A Klien merasa

mengakatan
mudah
terpancing

HR= 74x/m
RR= 19x/m
T = 36,40c

emosi kalau
5.

Tn.

tidak mood
Klien

AL

mengatakan

teman senam
dan

senam
sampai akhir

bersemangat
setelah senam

TD:=110/70,

Klien

Rahang

Klien tidak

HR= 65x/m
RR= 20x/m
T = 36,20c

mengatakan

mengatup,

mampu

tidak mau

tatapan mata

melakukan

bersemangat

senam hari ini

tajam

gerakan

hari ini

klien merasa

TD:=120/70,

senam

kesal dipaksa

Klien mampu

kurang

Kontak mata

Klien

HR= 75x/m
RR= 22x/m
T = 36,40c
Klien tampak

mengatakan

kurang dan

mengatakan

tersenyum

mengikuti

ingin pulang

sulit untuk

pikirannya

dan

gerakan

diatur

lebih fokus

senam hingga

TD:=120/70,

setelah senam

bersemangat
Kontak mata

untuk senam
6.

HR= 85x/m
RR= 20x/m
T = 36,60c

Klien mampu

Tn. G Klien

HR= 80x/m
RR= 18x/m
T = 36,70c

akhir

(+)
TD:=120/80,
HR= 80x/m
RR= 20x/m
T = 36,50c

Berdasarkan table 4.3 5 dari 6 klien menyatakan perasaanya lebih baik dari
sebelum senam, klien mengatakan lebih segar, lebih bersemangat dan lebih bahagia.
Hal ini oleh karena adanya peningkatan endorphin yang memiliki efek relaksan. Efek

relaksan tersebut dapat mengurangi resiko prilaku kekerasan secara efektif


(Yulistianti, 2003).
Secara keseluruhan terapi modalitas senam aerobic low impact yang
dilakukan selama 3 kali terlihat lebih banyak pengaruhnya terhadap resiko prilaku
kekerasan yaitu pada hari ke tiga, yaitu 5 dari 6 klien merasa lebih rileks,
bersemangat dan lebih bahagia. Hal ini dapat dipengaruhi juga oleh intensitas senam
yang dilakukan yaitu 3 kali dalam seminggu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Daley
(2003), yang menyatakan pemberian terapi senam yang efektif adalah sebanyak 2-3
kali pertemuan tiap minggu.

Anda mungkin juga menyukai