PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam biologi sel
mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di
dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi
sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala
mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme
bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme
multisel seperti manusia.
Sitologi darah adalah ilmu yang mempelajari sel darah yang meliputi sifat
fisologis sel darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Maka
dalam makalah ini akan dibahas mengenai sifat fisiologis dari masing masing
sel tersebut yang meliputi struktur, fungsi serta pembentukan sel- sel darah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sifat fisiologis eritrosit?
2. Bagaimanakah sifat fisiologis leukosit?
3. Bagaimanakah sifat fisiologis trombosit?
C. Tujuan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
mengetahui :
1. Sifat fisiologis eritrosit
2. Sifat fisiologis leukosit
3. Sifat fisiologis trombosit
4. Kegunaan makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan bagi pembaca
sebagai sarana penambah pengetahuan tentang Sitologi Darah yang mencakup
fungsi fisiologis masing masing sel darah. Makalah ini disusun dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
teknik kajian pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca
berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologis Sel darah Merah ( Eritrosit)
1. Struktur
Sel darah merah, eritrosit (red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah
yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah normal, berbentuk
lempeng bikonkaf dengan diameter rata-rata kira-kira 7,8 mikrometer dan
ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian yang paling tebal serta 1 mikrometer di
bagian tengahnya. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 sampai 95
mikrometer kubik. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan
ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,
fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.
Pembentukan
2
suksinil
ko-A
Pirol
Protoporfirin
Heme
Hemoglobin
amino
IX
2+
glisin
Pirol
protoporfirin
Fe
Polipeptida/Globin
Rantai
asam
Rantai
IX
Porfirin/
Rantai
Hb
Heme
//
HbA1
menunjukkan
tahap
dasar
kimiawi
pemebentukan
hemoglobin
(Guyton,1997)
2. Fungsi
Secara umum sel darah merah memiliki fungsi yaitu ;
a. Mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin
terhadap oksigen.
b. Mentranspor karbon dioksida ke paru paru melalui ikatan hemoglobin
karbon dioksida.
c. Berperan dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin
merupakan buffer asam basa.
3. Pembentukan
Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terjadi di sumsum tulang dada, iga,
panggul, pangkal tulang paha, dan lengan atas dengan laju produksi sekitar 2 juta
eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit
utama). Eritropoesis distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa
oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping.
Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah
yang beredar.
Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan
eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100120 hari.
Mekanisme ringkasnya sebagai berikut:
Sel stem hematopoietik pluripoten commited stem cell (disebut juga CFU-E)
diatur penginduksi pertumbuhan, misal IL-3 memicu pertumbuhan
penginduksi diferensiasi, misal oksigen eritrosit.
Sedangkan perkembangan sel dari proeritroblas adalah sebagai berikut:
Proeritroblas eritroblas basofil eritroblas polikromatofil eritroblas
ortokromatik retikulosit eritrosit.
Adapun penjelasan dari masing- masing perkembangan sel dari seri eritrosit yaitu:
Pronormoblast
Pronormoblast disebut juga Rubriblast atau proeritrosit, merupakan sel
termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan
kromatin yang halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru
kemerah-merahan sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast
bervariasi 18-25 mikron. Dalam keadaan normal jumlah rubriblast dalam
sumsum tulang adalah kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.
Normoblast basofil
Normobalst basofil disebut juga Prorubrisit atau eritroblast basofilik. Pada
pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang atau tidak
tampak, sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga warna biru dari
sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan. Ukuran lebih
kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel
berinti.
Normoblast polikromatik
Normoblast polikromatik disebut juga rubrisit atau eritroblast polikromatik.
Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak teratur,
di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudah tidak
terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi
sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena kandungan asam
ribonukleat
(ribonucleic
acid-RNA)
dan
merah
karena
kandungan
hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan. Jumlah sel ini
metarubrisit
atau eritroblast ortokromatik. Inti sel ini kecil padat dengan struktur kromatin
matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-2,5 % retikulosit.
Eritrosit
Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkav dengan ukuran
diameter 7-8 um dan tebal 1,5-2,5 um. Bagian tengah sel ini lebih tipis
daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna
kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit sangat lentur
dan sangat berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit
adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan bila mencapai umurnya oleh
limpa. Banyak dinamika yang terjadi pada eritrosit selama beredar dalam
darah, baik mengalami trauma, gangguan metabolisme, infeksi Plasmodium
hingga di makan oleh Parasit.
Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak
secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam
keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam
seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam
setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan
tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.
Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak
bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan
mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada
sumsum tulang.
2. Fungsi
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan
terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fagomemakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran
darah.
melalui
mikroskop
adakalanya
dapat
dijumpai
sebanyak
10-20
jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
3. Pembentukan
Tahap-tahap perkembangan dan pematangan sel darah putih secara umum sebagai
berikut : berawal dari pluripoten stem cell akan membelah menjadi dua macam sel
bakal yaitu mieloid stem cell (sel bakal dari sel granulosit, monosit, trombosit,
dan eritrosit) dan limfoid stem cell (sel bakal dari sel limfosit). Perkembangan
selanjutnya untuk kedua sel bakal tersebut mempunyai kemiripan yaitu : Dari
stem cell akan berkembang membentuk CFU (colony-forming-unit), kemudian
mieloblast/limfoblast, promielosit, mielosit, selanjutnya akan mengalami maturasi
menjadi metamielosit, band (batang), dan hasil akhir berupa sel darah putih yang
bermacam-macam yang dapat dilihat variasi bentuknya dalam apusan darah tepi.
Penjelasan dari perkembangan dan pematangan sel darah putih :
Mieloblast
Mieloblast adalah sel termuda diantara seri granulosit. Sel ini memiliki inti
bulat yang berwarna biru kemerah-merahan, dengan satu atau lebih anak inti,
kromatin inti halus dan tidak menggumpal. Sitoplasma berwarna biru dan
sekitar inti menunjukkan warna yang lebih muda. Mieloblast biasanya lebih
kecil daripada rubriblast dan sitoplasmanya kurang biru dibandingkan
rubriblast. Jumlahnya dalam sumsum tulang normal adalah < 1% dari jumlah
sel berinti.
Promielosit
Dalam fase ini sitoplasma seri granulosit telah memperlihatkan granula
berwarna biru tua / biru kemerah-merahan. Berbentuk bulat dan tidak teratur.
Granula sering tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari lisozom yang
mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan lisozim. Inti
promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin kasar. Anak
inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang
mungkin bulat atau lonjong atau mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak
inti, sedangkan kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan
Batang
dan
Segmen
ribonuklase,
tapi
tidak
mengandung
lisosim.
Eosinofil
Gambar. Eosinofil
c. Basofil
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti
satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma
basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali menutupi inti,
bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis
Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan
mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan
sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit
basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan.
(Effendi, 2003).
Gambar. Basofil
d. Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit
darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi,
kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop.
Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula
azurofilik. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya
tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut.
Gambar. Limfosit
e. Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan berbentuk tapal
kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat
tetap momosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim
abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer,
lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga
ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi
berkembang baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah
identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga
tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel)
dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya.
Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran
Gambar. Monosit
C. Fisiologis Keping Darah ( Trombosit )
1. Struktur
Trombosit dalam sirkulasi adalah kepingan-kepingan dari sitoplasma megakariosit
dan dihasilkan dalam sumsum tulang. Umurnya dalam sirkulasi sekitar 10 hari.
Trombosit yang baru dibentuk berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan
hemostatis lebih baik dari trombosit tua dalam sirkulasi.
Gambar. Trombosit
Membran trombosit kaya fosfolipid, diantaranya faktor trombosit 3 yang dapat
meningkatkan pembekuan saat hemostatis. Trombosit mengandung serabut
protein yang dapat mengerut, yakni aktin dan miosin, pipa halus sejenis kerangka
yang memungkinkan trombosit berubah bentuk, granula berisi ADP dan ATP, ion
Ca dan serotonin, serta granula alfa yang mengandung enzim lisozim. Faktor
trombosit 4 dan beta-tromboglobulin adalah zat yang hanya terdapat dalam
trombosit utuh. Adanya trombosit ini dalam plasma menunjukkan adanya proses
penghancuran trombosit berlebih.
Struktur trombosit secara ultrastruktur trombosit terdiri atas :
trombosit.
Membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit untuk
membentuk
suatu
sistem
membran
(kanalikular)
terbuka
yang
vWF,
faktor
pertumbuhan
yang
berasal
dari
factor, AHF).
Organel spesifik lain meliputi lisosom yang mengandung enzim
hidrolitik dan peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi
Sistem
membran
tertutup
(dense
tubular)
trombosit
Pelepasan ADP, ATP, Ca, dan serotonin dari granula dalam trombosit
menyebabkan agregasi sekunder trombosit pada bagian pembuluh darah
yang rusak.
b.
c.
3. Pembentukan
Trombosit berasal dari sel induk pluripoten yang tidak terikat (noncommitted
pluripotent stem cell), yang jika ada permintaan dan dalam keadaan adanya faktor
perangsang
trombosit,
interleukin,
dan
TPO
(faktor
pertumbuhan
dan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan
simpulan sebagai berikut :
Sel darah terdiri dari sel daarh merah (eritrosit), sel drah putih (leukosit) dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
2012.
Biologi
Sel.
[Online].
Tersedia
2012.
Sel
Darah
Merah.
[Online].
Tersedia
Tersedia
2010.
Sel
Seri
Eritropoesis.
[Online].
Rifani.
2010.
Sel
Seri
Granulosit.
[online].
Tersedia
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/sel-seri-granulosit.html [ 19 Maret
2012]