Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL

BARU

II
Topik

: Setting Time Glass Ionomer Cement (GIC) berdasarkan


Variasi Rasio P/L

Kelompok

: A12

Tgl. Praktikum

: 31 Agustus 2015

Pembimbing

: Priyawan Rachmadi, drg., PhD.

Penyusun :
NO.

NAMA

NIM

1.

ERIANA NOVIA R.

021411131056

2.

ALOCITTA A

021411131057

3.

QONITA AZAHRAH D

021411131058

4.

LUQMANUL HAKIM

021411131059

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

1. Tujuan
a. Mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan alat dengan
benar.
b. Mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi rasio bubuk dengan
benar.
2. Alat dan Bahan
a. Bahan
Bubuk dan cairan GIC tipe 2 Gold Label
b. Alat
Pengaduk plastik
Glass lab
Cetakan Teflon ukuran diameter 5mm tebal 2mm
Plastic filling instrument
Sonde
Stopwatch
Paper pad

Gambar 2.1 Gambar 1 : gambar produk GIC bubuk dan cairan beserta kemasan. Gambar
2 : bahan dan alat-alat yang digunakan saat praktikum glass lab, cetakan Teflon, paper
pad, pengaduk plastik, plastic filling instrument, sonde, bubuk dan cairan GIC tipe 2
gold label

3.
a.
b.
c.

Cara Kerja
Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk praktikum.
Meletakkan cetakan Teflon ukuran diameter 5mm tebal 2mm pada atas glass lab.
Mengocok botol tempat bubuk GIC tipe 2 Gold Label terlebih dahulu agar
bubuk tidak ada yang menggumpal, mengambil bubuk GIC tipe 2 Gold Label 1
sendok takar dengan cara memiringkan posisi botol bubuk GIC lalu

meletakkannya diatas paper pad.


d. Membagi bubuk GIC menjadi 2 bagian menggunakan pengaduk plastik.
e. Meneteskan 1 tetes cairan GIC pada paper pad dengan memposisikan botol secara
vertikal sambil ditekan sedikit, meneteskan pada bagian paper pad yang tidak
terdapat bubuk GIC.

f. Menyipakan pengaduk plastik dan stopwatch untuk memulai proses pengadukan.


Menyalakan stopwatch dan pengadukan dimulai dengan mengaduk 1 bagian
bubuk dengan ciran GIC selama 10 detik dilanjutkan mengaduk bagian bubuk
yang lain selama 30-50 detik sampai homogen.
g. Mengumpulkan adonan GIC yang sudah homogen pada pengaduk plastik dan
mengambil adonan menggunakan plastic filling instrument sedikit demi sedikit
dan memasukkan pada cetakan Teflon, kemudian permukaan diratakan dengan
stopwatch masih menyala.
h. Memulai proses pengukuran setting time dengan cara mensukkan permukaan GIC
menggunakan sonde dengan interval selama 5 detik sampai bekas tusukan tidak
terlihat lagi, menusukkan pada bagian yang berbeda-beda.
i. Mencatat waktu yang tertera pada stopwatch saat bekas tusukan pada permukaan
GIC tidak terlihat, dan didapatkan setting time GIC.
j. Melakukan praktikum selanjutnya dengan menggunakan takaran bubuk GIC
sendok dan 1 tetes cairan GIC.
k. Mengulang proses praktikum langkah d hingga i dan didapatkan setting time GIC
untuk percobaan kedua.
l. Melakukan praktikum selanjutnya dengan menggunakan takaran bubuk GIC 1
sendok dan 1 tetes cairan GIC.
m. Mengulang proses praktikum langkah d hingga i dan didapatkan setting time GIC
untuk percobaan ketiga.
n. Mendapatkan 3 variasi setting time GIC dengan perbedaan pada rasio bubuk GIC
yang digunakan.

4
Gambar 2.2. Gambar 1 : membagi bubuk GIC tipe 2 gold label menjadi 2 bagian dengan
pengaduk plastik diatas paper pad. Gambar 2 : meneteskan cairan GIC tipe 2 gold label
pada paper pad. Gambar 3 : mengaduk adoanna GIC dengan cara menekan dan melipat
dengan pengaduk spatula. Gambar 4 : melakukan uji setting time dengan menusukkan
sonde pada permukaan GIC.

4. Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Manipulasi GIC Berdasarkan Rasio P/L

5.

Rasio P/L

Flow

Waktu Setting GIC

:1

Tinggi

6 menit 5 detik

1:1

Normal

5 menit 20 detik

1 : 1

Rendah

4 menit 5 detik

Pembahasan
5.1 Pengertian dan Komposisi
Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan semen yang mengeras dengan
reaksi asam basa antara bubuk fluoroaluminosilicate glass dan larutan polyacrilic
acid (Anusavice, 2013, hal. 308). Semen tersebut berkembang sekitar tahun 1970
untuk memperbaiki performa klinis semen silikat dan menurunkan risiko
kerusakan pulpa (Anusavice, 2013, hal.320).
GIC dapat disebut sebagai salah satu bahan paling populer untuk
sementasi permanen yang digunakan di klinik, bersama dengan semen resin
(Sakaguchi & Powers, 2012, hal.339).
Terdapat dua komponen pada GIC, yaitu komponen bubuk dan cairan.
Bubuk biasanya disediakan dalam botol dan dilengkapi dengan sendok ukur;
cairan disediakan dalam botol dengan ujung penetes. Setelah mengeluarkan bubuk
dan cairan dengan rasio yang direkomendasikan oleh produsen, dua komponen
tersebut dicampur dengan spatula plastik. Dalam beberapa kasus, bahan campuran
dianjurkan dimasukkan ke syringe dan disuntikkan ke preparasi gigi. Untuk

memudahkan dalam pengeluaran dan pencampuran, GIC juga tersedia dalam versi
satu unit yang dikapsulkan. Bubuk dan cairan disimpan terpisah dalam kapsul
untuk menjaga stabilitasnya. (Sakaguchi & Powers, 2012, hal.186). Pada
percobaan ini, kami menggunakan GIC tipe II merek Gold Label dengan bubuk
dan cairan yang terpisah dan mencampurnya dengan spatula plastik.
Bubuk dan cairan GIC, masing-masingnya terdiri atas beberapa komponen
penyusun. Menurut Anusavice (2013, hal. 320) Komposisi bubuk GIC bervariasi
sesuai dengan pabrik yang memproduksinya, akan tetapi bubuk GIC selalu
tersusun atas silika, kalsium, alumina, dan fluorida. Rasio aluminium dan silika
merupakan kunci dari kereaktifan bubuk dengan asam polyacrylic. Terdapat pula
kandungan Barium, strontium dan logam oksida lain dengan nomor atom yang
lebih tinggi yang kemudian berfungsi untuk meningkatkan radiopacity.

Tabel 5.1 Komposisi bubuk GIC (Anusavice, 2013, hal. 321)

Cairan GIC tersusun atas kopolimer dari itaconic, maleic atau asam
trikarboksil. Akan tetapi pada periode sebelumnya cairan dari GIC 50%nya
tersusun atas larutan aqueous dari asam polyacrylic, namun komponen tersebut
memiliki jangka waktu pemakaian yang pendek dan kental (Manappallil, 2010,
hal. 68)

Pada cairan, ditambahkan pula asam tartaric sebagai bahan yang


mengurangi kekentalan, memanjangkan jangka waktu pakai sebelum cairan
memadat, memperpanjang working time, dan mempercepat setting time
(Anusavice, 2013, hal. 321).
Tabel 5.2 Komposisi Cairan GIC (Manappallil, 2010, hal. 68)

5.2 Klasifikasi
Berbagai macam tipe GIC identik secara kimiawi. Perbedaan tersebut
berdasarkan rasio bubuk dan cairan, serta ukuran partikel. GIC yang digunakan
untuk luting sedikit berbeda dari glass ionomer yang digunakan untuk restorasi.
GIC tipe I yang digunakan untuk luting, memiliki rasio bubuk/cairan yang lebih
rendah dan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil serta berbutir halus, dan
lebih opaque. GIC tipe II untuk restorasi memiliki sifat translusen dan estetika
yang lebih baik (Manappallil, 2010, hal. 47,67). Menurut Anusavice (2013,
hal.320) Partikel yang lebih besar berukuran + 50 meter sedangkan partikel kecil
yang digunakan untuk luting berukuran + 15 meter.
Klasifikasi (Manappallil, 2010, hal.67)
Tipe I

Luting

Tipe II

Restorasi

Tipe III

Liner dan Basis

Banyak restorasi yang dibuat di luar mulut dan kemudian difiksasi


menggunakan material semen luting. Salah satu syarat semen untuk luting adalah
viskositasnya rendah atau pseudoplastik, untuk memungkinkan semen dapat
mengalir dan posisinya sesuai. Jika viskositas semen tinggi pada saat
diaplikasikan, maka akan terjadi risiko ketidaktepatan pada restorasi tersebut
(McCabe, 2008, hal.270). Dengan ciri-ciri GIC tipe I, maka GIC tipe I tersebut
memiliki film yang lebih tipis dan flow yang lebih baik untuk luting (Manappallil,
2010, hal.67).
Sebagai bahan restorasi, GIC yang digunakan merupakan GIC tipe II.
Semen tersebut memiliki reaksi setting yang sama dengan bahan luting, akan
tetapi lebih kental, dan memiliki ketebalan film yang lebih besar (Gladwin, 2013,
hal. 103). GIC tipe ini umumnya digunakan sebagai bahan restorasi estetis untuk
gigi anterior, yakni restorasi kelas III dan V (Anusavice, 2013, hal.320).
GIC dapat diaplikasikan pada karies tinggi atau dimana karies cenderung
kambuh. Indikasi klinis utama adalah untuk lesi kecil pada dentin. GIC dapat
digunakan sebagai liner dan basis yang sangat baik di lesi yang dalam, dimana
dentin terdemineralisasi yang tersisa di dasar kavitas, akan diremineralisasi
(Sakaguchi & Powers, 2012, hal.188). GIC yang digunakan adalah GIC tipe III.
5.3 Reaksi Setting
Menurut Noort (2007, hal. 130-131) Reaksi setting GIC merupakan suatu
reaksi asam basa. Proses setting ini dibagi menjadi tiga tahapan yang
berkesinambungan yakni dissolution, gelation dan hardening. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan laju pelepasan ion dari kaca dan laju pembentukan
matriks garam. Ion Ca lebih cepat dilepaskan daripada ion Al. Hal ini karena ion
Ca tidak terikat kuat pada struktur kaca, sedangkan ion Al bagian dari jaringan
kaca yang lebih sulit untuk memecah dan akhirnya kedua ion tersebut akan
membentuk matriks garam. Sedangkan ion natrium dan fluor tidak berperan
dalam proses setting, akan tetapi kedua ion tersebut tergabung dan kemudian
dilepaskan sebagai natrium fluorida.
1. Dissolution

Ketika cairan dicampur dengan bubuk, asam akan masuk ke dalam larutan
dan bereaksi dengan lapisan luar kaca. Lapisan tersebut kemudian menghilang ke
dalam ion alumunium, kalsium, natrium, dan fluor sehingga hanya akan tersisa
silica gel. Ion hidrogen yang dilepaskan oleh gugus karboksil pada rantai polyacid
akan menggantikan ion-ion yang hilang. Reaksi setting dari semen ini merupakan
proses yang lama, dan membutuhkan beberapa waktu untuk stabil. Meskipun
semen ini terlihat keras setelah mencapai setting time yang sesuai (umumnya 3-6
menit), semen ini masih belum mencapai sifat fisik dan mekanis akhir dan akan
terus berlanjut set hingga satu bulan.
2. Gelation
Tahap gelasi merupakan tahap initial setting yang terjadi karena adanya
pergerakan cepat dari ion kalsium yang memiliki valensi 2 dan berjumlah lebih
banyak lebih mudah bereaksi dengan gugus karboksil dari asam dari pada ion
aluminium yang bervalensi 3.

3. Hardening
Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat bertahan selama
tujuh hari. Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyerap ion aluminium menjadi
signifikan, namun ion aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen
karena ion aluminium berperan untuk menimbulkan cross link (Noort, 2007, hal.
130).
5.4 Analisis Hasil Praktikum
Pada percobaan manipulasi semen glass ionomer ini, terdapat beberapa hal
yang dilakukan sebelum melakukan pencampuran bubuk dan cairan. Hal tersebut
antara lain adalah pada saat sebelum mengeluarkan bubuk. Botol kemasan bubuk
terlebih dahulu dikocok agar tidak terjadi penggumpalan bubuk. Kemudian ketika
akan memulai pengadukan, bubuk dibagi diatas paper pad agar campuran tidak
menjadi tebal yang kemudian akan menyulitkan pengadukan. Meskipun rasio
bubuk dan cairan rendah, bila sebelum pengadukan bubuk tidak dibagi, maka
campuran akan tetap tebal (Noort, 2007, hal.138).

Pada percobaan ini, dilakukan tiga percobaan dengan perbedaan rasio


bubuk dan cairan. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan rasio
bubuk dan cairan sebanyak 1:1, dan didapatkan hasil setting time GIC sebesar 5
menit 20 detik. Percobaan kedua dilakukan dengan rasio bubuk dan cairan
sebanyak : 1 sehingga adonan menjadi encer. Pada percobaan kedua didapatkan
setting time sebesar 6 menit 5 detik. Dan percobaan terakhir dilakukan dengan
menggunakan menggunakan rasio bubuk dan cairan sebesar 1 : 1, sehingga
adonan menjadi kental dan setting pada waktu 4 menit 5 detik.
Semen dengan konsistensi encer lebih mudah diaduk dibandingkan dengan
semen berviskositas normal dan kental. Pada konsistensi encer, setting time yang
dicapai lebih panjang daripada semen berkonsistensi normal dan tinggi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Noort (2007, hal 134) yang menyatakan bahwa
campuran semen GIC dengan rasio bubuk dan cairan yang tinggi dapat
mempercepat proses setting, sedangkan rasio bubuk dan cairan yang kecil akan
menimbulkan efek berkebalikan dan kemudian secara negatif mempengaruhi sifat
mekanis semen.
Perbedaan rasio bubuk dan cairan dapat mempengaruhi setting time
disebabkan karena pada campuran dengan jumlah bubuk lebih banyak, bubuk
akan segera berikatan dengan rantai asam polyacrylic dan kemudian dapat segera
membentuk alumunium dan kalsium crosslink yang membentuk massa yang padat
(Manappallil, 2010, hal.69). Sedangkan pada campuran GIC dengan jumlah
bubuk yang lebih sedikit, setting time berjalan lebih lama sebab masih terdapat
asam dari cairan yang belum berikatan dengan alumunium dan kalsium sehingga
pembentukan rantai cross link alumunium dan kalsium berlangsung lebih lama.
6. Kesimpulan
Setting time GIC dipengaruhi oleh variasi rasio bubuk dan cairan. Semakin tinggi
rasio bubuk dan cairan (kental) maka setting time semakin cepat, sedangkan
semakin rendah rasio bubuk dan cairan (encer) maka setting time yang didapat
semakin panjang.

Daftar Pustaka
Anusavice, Kenneth J., Chiayi Shen, H. Ralph Rawls. 2013. Phillips Science of Dental
Materials. 12th ed. St. Louis: Saunders Elsevier Ltd. Pp. 308, 320-321
Gladwin, M. & Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials: Theory, Practice,
and Cases. 4th ed. USA: Wolters Kluwer. Pp. 103
Manappallil, J. J. 2010. Basic Dental Materials. 3 rded. New Delhi, India: Jaypee Brothers,
Medical Publisher. Pp. 47, 67-69
Mc Cabe, John F. & Walls, Angus W.G. 2008. Applied Dental Materials. 9 th ed. UK:
Blackwell. Pp. 270
Noort, R. V. 2013. Introduction to Dental Materials. 3th Edition. London: Elsevier
Ltd. p. 130-131, 134, 138
Powers, J. M. & Sakaguchi, R. L. 2012. Craigs Restorative Dental Materials. 13 th ed. St.
Louis Mo: Elsevier/Mosby. P. 186, 188, 339

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai