EFUSI PLEURA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Saraf Fakultas Kedokteran Unsyiah
Oleh:
Insyirah Muhammad
1407101030256
Pembimbing:
DR. dr. Bakhtiar, M.Kes, Sp.A
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas presentasi kasus yang berjudul Efusi pleura.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan presentasikasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Saraf RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas
Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada DR. dr. Bakhtiar,
M.Kes, Sp.A yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan
kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan yang
telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
memberikan manfaat bag isemua pihak khususnya bidang kedokteran dan berguna bagi para
pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu
saraf pada khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kit asemua, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................
3
3
3
10
10
10
11
11
12
12
13
17
18
20
22
27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
28
BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi
yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit.1Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka
kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ
mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat
mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah. 2
Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati,
keganasan, danpneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang berkembang,seperti Indonesia,
lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.Efusi pleurakeganasan merupakan salah satu komplikasi yang
biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara.Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita
keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer)
dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi
pleura.2 Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura ini, yaitu pengeluaran
cairan dengan segera serta pengobatan terhadap penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan menyajikan informasi mengenai
efusi pleura agar dapat menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dapat mendiagnosis
serta memberikan terapi yang tepat pada penderita efusi pleura.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama
:R
Jenis Kelamin
: Perempuan
CM
: 1-05-99-07
Umur
: 13 tahun 11 bulan
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: A. Tengah
Agama
: Islam
Keluhan Utama
: Sesak nafas
Keluhan Tambahan : Batuk (+), demam tinggi (+), dan nyeri dada (+), serta kulit terkelupas
Riwayat Penyakit sekerang :
Pasien rujukan dari RSUD Datu Bere dengan keluhan sesak nafas 6 hari sebelum masuk
RSUD dr. Zainoel Abidin. Sesak nafas tidak berhubungan dengan aktifitas, pasien tidak memiliki
riwayat sesak sebelumnya, tidak memiliki riwayat cepat lelah ketika beraktivitas sebelumnya,
dan juga tidak memiliki riwayat sianosis sebelumnya. Riwayat batuk dirasakan pasien sejak satu
minggu SMRS, demam dirasakan satu minggu SMRS sifat demam naik turun. Terdapat riwayat
kulit kehitaman akibat alergi obat,
didiagnosa efusi pleura oleh dokter ahli anak bagian respi, telah dilakukan Water Sail Drainage
(WSD) oleh ahli bedah anak, dua diantaranya di dada bagian kiri, dan satu diantaranya didada
bagian kanan, indikasi WSD adalah efusi pleura yang dialami pasien, pasien juga didiagnosis
Acute Kidney Injury (AKI) dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) oleh dokter ahli anak bagian
nefrology, pasien juga didiagnosis Sistemic lupus eritematous (SLE)
Riwayat Penyakit Terdahulu : Steven Johnson syndrome
Riwayat Penggunaan Obat
Status Presens
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi
: 70 x/i
Frekuensi Nafas
: 56 x/I
Dispnoe
: (+)
Temperatur
: 36.50C
Sianosis
: (-)
Anemis
: (-)
Ikterik
: (-)
Edema
: (-)
Status Generalisata;
Kulit
Terdapat macular hiperpigmentasi
Kepala
Bentuk
Wajah
: normocephali
: simetris
Mata
Konjungtiva
: Pucat (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata
: ortoforia/ortoforia
Pupil
: isokor 3mm:3mm
Lensa
: jernih
Refleks cahaya langsung
: (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung
: (+/+)
Telinga
Lubang
: lapang
Penyumbatan
: -/Perdarahan
: -/Cairan
: -/Hidung
Nafas cuping hidung
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Trakhea
KGB
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Thoraks
Inspeksi
::
:
:
:
Sianosis (-)
Tremor (-), hiperemis (-), papil atrofi (-)
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Palpasi :
Stem Fremitus
Paru Kanan
Paru Kiri
Perkusi:
LapanganParu
Paru Kanan
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kanan
Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
SuaraNafasTambahan
Paru Kanan
Paru Kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Auskultasi :
Suara Nafas Utama
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
- Batas Jantung Atas
: ICS III lnea midclavicula sinistra
- Batas Jantung Kiri
: ICS V Linea Mid Clavikula Sinistra
- Batas Jantung Kanan : ICS IV Linea Parasternal Dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (-), bising (-), gallop (+)
Abdomen
Inspeksi
: Simetris (+)
Palpasi
Hati
Limpa
Ginjal
: Ballottement (-/-)
Perkusi
: Timpani (+)
Ekstremitas
Edema (-/-) , pucat (-/-)
Status Neurologis
Kesadaran : E4M6V5
Mata
: Pupil Isokor, bulat, ukuran 3mm/3mm
RCL (+/+), RCTL (+/+)
TRM
Nervus Kranialis
NervusCranialis
Nervus I
Kanan
Kiri
Fungsi Penciuman
Visus
Lapangan Pandang
Ukuran
3 mm
3 mm
Bentuk Pupil
Bulat
Bulat
Reflek Cahaya
Positif
Positif
Atas
Bawah
Medial
Diplopia
Membuka Mulut
Menggigit dan
mengunyah
Mengerutkan dahi
Menutup Mata
Nervus II
Nervus III
posit
Nervus V
Nervus VII
Sudut bibir
Nervus VIII
Pendengaran
Nervus IX dan X
Bicara
Reflek menelan
Nervus XI
Memutar kepala
Nervus XII
Posisi lidah didalam
mulut
Menjulurkan lidah
Badan
Motorik
Gerakan Columna Vertebralis
Bentuk Columna Vertebralis
Sensibilitas
Rasa nyeri
: Dalam batas normal
Rasa Raba
: Dalam batas normal
Anggota Gerak Atas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Refleks
Bisceps
Trisceps
Anggota Gerak Bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Reflek fisiologis
Posisi di tengah
Dalam batas normal
: simetris
: kesan simetris
Kanan
Kuat
5555
Kiri
Kuat
5555
Kanan
positif
positif
Kiri
positif
positif
Kanan
Kuat
5555
Kiri
Kuat
5555
Kanan
Kiri
Patella
positif
positif
Achilles
positif
positif
Biceps
positif
positif
Triceps
positif
positif
Babinski
negatif
negatif
Chaddok
negatif
negatif
Oppenheim
negatif
negatif
Gordon
negatif
negatif
Reflek Patologis
Sensibilitas
Kanan
Rasa nyeri
Rasa Raba
Fungsi saraf otonom
Kiri
normal
normal
Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax ( 26 juli 2015 )
Interpretasi : CTR > 50% , Cardiomegali
Hematologi (1 agustus 2015)
Darah rutin
Hb : 8,4 ()
Ht : 26 ()
Eritrosit: 2,9 ()
Leukosit : 8,7
Trombosit : 212
Hitung jenis
Kanan
normal
normal
Eosinofil : 0
limfosit : 10 ()
Basofil : 0
monosit : 11 ()
: 7,407
pCO2 : 29,5 ()
pO2
Saturasi O2 : 93,4 ()
: 68 ()
Eritrosit: 3,2 ()
Leukosit : 1,2 ()
Trombosit : 11 ()
Hitung jenis
Eosinofil : 0
limfosit : 39
Basofil : 0
monosit : 30 ()
Penatalaksanaan
: IVFD RL 20 gtt/i
-
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum) pleura yang
melebihi batas normal.Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc cairan.1
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleuraatau Efusi pleura adalah suatu
keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura,
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.2
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura ini juga selalu
ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dengan pleura
parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru (mengembang dan mengecil) dapat berjalan
dengan mulus. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20
ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. 1,2
Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura antara lain darah,
pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi1,2
a.
Hidrotoraks
Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini penyakitnya
disebut hidrotorak dan biasanya ditemukan bilateral. Sebab-sebab lain yang mungkin adalah
kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan asites, serta sebgai salah satu tias dari syndroma
meig (fibroma ovarii, asites dan hidrotorak).
b.
Hemotoraks
Hemotorak adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi karena trauma
toraks. Trauma ini bisa karna ledakan dasyat di dekat penderita, atau trauma tajam maupu trauma
tumpul. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah
hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor
koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi
segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.Penyebab
lainnya hemotoraks adalah:
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam ronggapleura.
Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
c.
berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piotoraks atau empiema. Pada setiap kasus
pneumonia perlu diingat kemungkinan terjadinya empiema sebagai salah satu komplikasinya.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
Pneumonia
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
d.
Chylotoraks
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah bening pada
rongga pleura.Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks antara lain :
Kongental, sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat
fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau pukulan
pada dada (dengan/tanpa fratur).Yang berasal dari efek operasi daerah
torakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher, operasi
kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
ObstruksiKarena limfoma malignum, metastasis karsinima ke mediastinum,
granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis).
Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap duktus
torasikus secara kombinasi.Disamping itu terdapat juga penyakit trombosis vena
subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus torasikus dan menyebabkan
kilotoraks.1,2
Pleura Visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.Diantara celah-
celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang
berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan
serat-serat elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak
mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh
limfeMenempel kuat pada jaringan paruFungsinya. untuk mengabsorbsi cairan pleura.
2.
Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis).
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria
interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnyaFungsinya
untuk memproduksi cairan pleura
2.4 Etiologi
Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 mL cairan, hal ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik dalam pembuluh darah pleura
viseral dan parietal dan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2.5 Klasifikasi
ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah
hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus
mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan eksudat.1,2,3
1. Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:
a. Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.
Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura
lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:
1.
2.
3.
4.
2.6 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui
kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga
terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi. Kemampuan untuk reabsorpsinya
dapatmeningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang
(produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura. 1,2,3,4
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic
plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.Pergerakan
cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaantekanan
hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh sistem limfatik dan
hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan
penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel
mesothelial.1,2,3,4
Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh peradangan. Bila proses
radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila
proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. 1,2,3,4
penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:
1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan cairan
pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal
jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik karena
obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis.
3. Meningkatnya kadar proteindalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan
masuk ke dalam rongga pleura
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi
cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara pada vena
untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan
cairan limfe, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan
penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar
mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas.
Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)
60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) 50 mmHg melalui pemeriksaan
analisa gas darah.
Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat permulaan pleuritis
disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat,
b.
c.
d.
Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis
2.
Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis
efusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.Foto dada juga dapat menerangkan asal
mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor,
adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih
keras pada pneumonia atau abses paru.
2.
USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit
dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan
aspirasi cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.
3.
CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan
sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga
bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini tidak
banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
4.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang
abnormal.
5.
Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau
beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis
tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat
dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi
biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
6.
Transudat
Eksudat
< 3.
> 3.
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
negatif
positif
Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada
cairan pleura :
-
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit
pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
-
Sel mesotel
d. Bakteriologi
Biasanya
cairan
pleura
steril,
tapi
kadang-kadang
dapat
mengandung
Protein total
Biakan
Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur
dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng
Glukosa
Amylase
pH
Sitologi
Hematokrit
Dapat mengidentifikasineoplasma
Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat
membantu membedakan hemotoraks dari
torasentesis traumatik
Komplemen
Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik
Preparat sel LE
Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi
dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus
alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain
8. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.
9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis
pleura.Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil
terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara
dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang
lentur dilakukan beberapa biopsy.
2.9
Diagnosa
1.
rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas
terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat
ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya
2.
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung selain melebar dan
kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak pada perkusi,
dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat.
Bila tidak ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan
3.
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis efusi pleura,
tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah
cairan yang kurang dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atras 300
ml.
Foto toraks dengan posisi Posterioe Anterior akan memperjelas kemungkinan adanya
efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak perselubungan masif dengan pendorongan
jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.
4.
Torakosentensi
Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik juga sebagai terapeutik.
2.10
Penatalaksanaan
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura akan
menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam pengobatan atau tindakan yang
dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah sebagai berikut :1,2,3,4,5,6
1.
b. Kilotoraks
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah
bening.Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang
menyumbat aliran getah bening.
c. Empiema
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.Jika nanahnya
sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih
sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang
selang yang lebih besar.Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan
terluar dari pleura (dekortikasi).
d. Pleuritis TB.
Pengobatan
dengan
obat-obat
antituberkulosis
(Rimfapisin,
INH,
Torakosentesis
Keluarkan cairan seperlunya hingga sesak - berkurang (lega); jangan lebih 1-1,5 liter
pada setiap kali aspirasi. Zangelbaum dan Pare menganjurkan jangan lebih 1.500 ml dengan
waktu antara 20-30 menit. Torakosentesis ulang dapat dilakukan pada hari berikutnya.
Torakosentesis untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat dikerjakan, sedangkan untuk tujuan
terapeutik pada efusi pleura tuberkulosis dilakukan atas beberapa indikasi.
a. Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan tertekan pada
b.
dada.
Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan mendorong dan
menekan jantung dan alat mediastinum lainnya, yang dapat menyebabkan kematian
3.
c.
secara tiba-tiba.
Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah melewati masa 3
d.
minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan sudah berubah menjadi pyotoraks.
Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6 minggu, namun
(chest tube), sehingga cairan dapat dialirkan dengan lambat tapi sempurna. Tidaklah bijaksana
mengeluarkan lebih dari 500 ml cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam
sebelum 500 ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan distres pada
pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru. 2
4.
Pleurodesis
Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga akan mencegah
penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren
seperti pada efusi karena keganasan Sebelum dilakukan pleurodeSis cairan dikeluarkan terlebih
dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang
Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam rongg
pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan
obliterasi kapiler pleura. Bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk keperluan pleurodesis ini
yaitu : Bleomisin, Adriamisin, Siklofosfamid, ustard, Thiotepa, 5 Fluro urasil, perak nitrat, talk,
Corynebacterium parvum dan tetrasiklin Tetrasiklin merupakan salah satu obat yang juga
digunakan pada pleurodesis, harga murah dan mudah didapat dimana-mana. Setelah tidak ada
lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500 mg yang sudah dilarutkan dalam
20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 10
ml larutan garam fisiologis untuk pencucian selang dada dan 10 ml lidokain 2% untuk
mengurangi rasa sakit atau dengan memberikan golongan narkotik 1,5-1 jam sebelum dilakukan
pleurodesis. Kemudian kateter diklem selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit
dan selama itu posisi penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh rongga
pleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut. 2
5.
Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :
a. Hematoraks terutama setelah trauma
b. Empiema
c. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis; tindakan ini jarang dilakukan kecuali
pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan setelah mendapat tindakan WSD,
pleurodesis kimiawi, radiasi dan kemoterapi sistemik, penderita dengan prognosis yang
d.
2.11
Komplikasi
1. Infeksi.
Pengumpulan
infeksi
(empiema
cairan
primer),
dalam
dan
efusi
ruang
pleura
pleura
dapat
dapat
menjadi
mengakibatkan
terinfeksi
setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader).Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan
diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran
klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui. 2
2. Fibrosis
Fibrosis pada sebagian paru-paru
pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber infeksi kronis,
menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksipleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan
untuk membasmi infeksidan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik
dilakukandalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena selamajangka waktu ini
lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan baik(fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih
mudah.1,3,5
2.12
Prognosis
Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi
itu.Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobantan lebih dini akan lebih jauh
terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak memedapatkan pengobatan dini.
Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan kelangsungan hidup
rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun.Efusi dari kanker yang
lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk
dihubungkan dengan berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka dari
kanker paru-paru atau mesothelioma.
Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati segera, biasanya dapat di sembuhkan
tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun, efusi parapneumonikyang tidakterobati atau tidak
tepat dalam pengobatannya dapat menyebabkan fibrosis konstriktif.4,5
BAB IV
KESIMPULAN
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit,
akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam
rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan
pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia
akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Pada
kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan ,dan berat
badan yang menurun seperti pada efusi yang lain
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura akan
menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Ada beberapa macam pengobatan atau tindakan
yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar Lampung.
2. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
3. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid II, edisi
ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38
4. HANLEY, M. E. & WELSH, C. H. 2003. Current diagnosis & treatment in pulmonary
medicine. [New York]: McGraw-Hill Companies.
5. Rofiqahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959-overviewdiakses
tanggal 8 Mei 2013
6. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
7. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
8. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
9. Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm. diakses
tanggal 13 Maret 2008 jam 13.20 WIB
10. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8.
Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.