Imagin
Imagin
Kepada Yth
--------------------------------------------
20070708
cukup baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal, mendeteksi hidronefrosis,
dilatasi ureter distal, menilai kondisi kandung kemih dan dindingnya, dan adanya ureterocele.
Informasi kelainan ini dahulu diperoleh dengan pemeriksaan PIV, namun karena pemeriksaan
dengan USG lebih aman dan lebih mudah maka PIV mulai dikurangi penggunaannya. 10
Kekurangan dari pemeriksaan USG adalah tidak selalu mampu mendeteksi adanya
refluks vesikoureter. Pemeriksaan USG hanya memiliki sensitivitas 17,7%, dan spesifisitas
87,6%, dalam mendeteksi refluks vesikoureter, dengan nilai positive predictive value 23,5% dan
negative predictive value 83,2%.11 Hal lain yang menjadi kelemahan adalah ketergantungan pada
kemampuan operator yang melakukan pemeriksaan.
Gambaran USG pada ginjal dapat dibagi dua, yaitu gambaran pyelitis dan gambaran
nefritis. Gambaran pyelitis adalah dilatasi ringan, penebalan dinding pelvis (tidak spesifik), dan
peningkatan echogenisitas sinus renalis. Gambaran nefritis adalah adanya nefromegali,
hiperechogenisitas
Pemeriksaan ini juga dapat untuk mengukur ukuran dan bentuk kandung kemih dan mendeteksi
adanya kelainan pada bagian uretra anak laki-laki.
Pemeriksaan MSU merupakan baku emas untuk menentukan ada tidaknya refluks
vesikoureter dan deteksi adanya malformasi kongenital seperti misalnya kelainan katup uretra.
Karena refluks yang terjadi dapat bersifat fluktuatif dan intermiten, dianjurkan untuk melakukan
pengisian buli-buli tidak hanya satu kali saja.
Untuk aplikasinya pada kasus infeksi saluran kemih, masih merupakan kontroversi
mengenai waktu yang tepat dilaksanakannya pemeriksaan MSU. Refluks vesikouretra akan
terlihat lebih jelas bila pemeriksaan dilakukan saat infeksi akut, namun hal tersebut tentu saja
akan memberi risiko meningkatkan morbiditas. Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaan MSU
dilakukan 4-6 minggu setelah penatalaksaan ISK yang adekuat. Beberapa pakar lain
menyebutkan prosedur ini sebetulnya sudah dapat dilakukan ketika anak sudah tidak demam dan
kultur urine sudah memberikan hasil negatif. 6,7,13
Di samping keuntungan pemeriksaan MSU ini dalam mendemonstrasikan secara akurat
adanya refluks vesikoureter maupun kelainan pada uretra, perlu diingat pula pemeriksaan ini
tidak nyaman untuk pasien serta memberikan efek radiasi yang cukup besar untuk gonad.
E. DMSA (dimercaptosuccinic acid)
Pemeriksaan DMSA dilakukan dengan cara menyuntikkan radioisotop secara intravena
yang kemudian akan diikat oleh jaringan ginjal. Pencitraan umumnya diperoleh dalam 2-3 jam
setelah penyuntikan. Cara ini memberikan informasi tentang struktur ginjal dan fungsinya, dan
ada atau tidak adanya parut pada ginjal yang terjadi setelah ISK. Ditemukannya defek setelah
terjadinya infeksi saluran kemih dapat mengindikasikan keterlibatan ginjal dalam proses infeksi
yang terjadi.6,7
Indikasi dilakukan pemeriksaan DMSA adalah untuk melihat adanya jaringan parut
ginjal, deteksi adanya ginjal ektopik, menilai fungsi residual setelah trauma serta untuk
identifikasi jaringan ginjal bila disangka adanya aplasia ginjal. Pemeriksaan DMSA saat ini
merupakan teknik paling sensitif untuk pencitraan parenkim ginjal dan merupakan baku emas
untuk mendeteksi adanya jaringan parut pada ginjal. Kekurangan dari DMSA adalah tidak
diperolehnya gambaran anatomis yang cukup baik dari organ yang diperiksa. Demikian pula
perlu dipertimbangkan beban radiasi yang ditimbulkan pada pemeriksaan ini.6,7,8
5
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia menyebutkan perlunya pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor risiko dengan
langkah pertama menggunakan USG dan bila perlu dilanjutkan dengan MSU dan PIV.1
V. Kesimpulan
Prioritas dari investigasi pencitraan pada kasus ISK adalah untuk mendeteksi secara dini
adanya kelainan yang dapat menyebabkan berulangnya infeksi, dan adanya kerusakan pada
ginjal sebagai komplikasi ISK. Pemilihan jenis pencitraan yang akan dilakukan harus
mempertimbangkan kemampuannya mendeteksi kelainan, risiko efek samping radiasi yang
ditimbulkan, biaya yang diperlukan, dan besarnya manfaat yang akan diperoleh.
Jenis pemeriksaan pencitraan yang paling memungkinkan sebagai pemeriksaan lini
pertama adalah USG, yang tidak memberi efek radiasi, mudah dilakukan, dan relatif murah.
Dalam kondisi dicurigai adanya refluks vesikoureter, maka pemeriksaan MSU dapat dilakukan
pada tahap selanjutnya. Bila pemeriksaan MSU memberikan gambaran adanya refluks
vesikoureter maka perlu dilakukan pemeriksaan DMSA untuk mengetahui apakah telah terdapat
komplikasi terjadinya parut pada ginjal.
Daftar Pustaka
1. Trihono PP, Pardede SO, Alatas H, Sekarwana N, Rusdidjas, Nur SM, dkk. Infeksi
Saluran Kemih. Dalam :Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmanda D, Tridjaja B,
Pudjiadji A, Kosim MS, dkk (eds). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1.
2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta
2. Stefanidis CJ, Siomou E. Imaging strategies for vesicoureteral reflux diagnosis. Pediatr
Nephrol 2007;22:937-947
3. Marks SD, Gordon I, Tullus K. Imaging in childhood urinary tract infections : time to
reduce investigations. Pediatr Nephrol 2008;23:9-17
4. Dacher JN, Hitzel A, Avni FE, Vera P. Imaging Strategies in pediatric urinary tract
infection. Eur Radiol 2005;15:1283-1288
5. Johansen TEB. The role of imaging in urinary tract infection. World J Urol 2004;22:392398
6. Carty H, Wright N. Imaging in paediatric nephrology. In:Webb N, Postlethwaite R, (eds).
Clinical Paediatric Nephrology 3rd ed.2003. Oxford University Press, New York. p.113134
7. Kapur J, Stringer DA. Diagnostic Imaging and Intervention : A Guide for Clinicians. In
Chiu MC, Yap HK (eds). Practical Paediatric Nephrology : an Update of Current Practice.
2005. Medcom Limited, Hong Kong. p.15-29
8. Hiorns MP. Diagnostic Imaging. Dalam : Thomas DFM, Duffy PG, Rickwood AMK, eds.
Essential of Paediatric Urology. 2nd ed. 2008. Informa Healthcare, London
9. Wu HY, Bellah R. Radiographic Evaluation of Pediatric Urinary Tract. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1016549-print pada tanggal 19 Desember 2008
10. American Academy of Pediatrics. Committee on quality improvement. Subcommittee on
urinary tract infection. Practice Parameter The Diagnosis, Treatment, and Evaluation of
the Initial Urinary Tract Infection in Febrile Infants and Young Children. Pediatrics
1999;103:843-852
11. Zamir G, Sakran W. Horowitz, Koren A, Miron D. Urinary Tract Infection : is there a
need for routine renal ultrasonography ? Arch Dis Child 2004;89:466-468
12. Jahnukainen T, Honkinen O, Ruuskanen O, Mertsola J. Ultrasonography after the first
febrile urinary tract infection in children. Eur J PEdiatr 2006:165;556-559
8
13. Zorc JJ, Kiddoo DA, Shaw KN. Diagnosis and Management of Pediatric Urinary Tract
Infections.Clin Microbiol Rev 2005;18:417-422
14. Hansson S, Jodal U. Urinary tract infection. In: Avner ED, Harmon WE, Niaudit P (eds).
Pediatric Nephrology 5th ed. 2004. Lippincott William & Wilkins, Philadelphia. p.10071025
Usia anak
0-1 tahun
Jenis pemeriksaan
US
DMSA
MCU
Lebih dari 1 tahun
DMSA
US:
10