Rapat dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Regulasi Dirperuu Ditjen Strahan Kemhan
pada pukul 09.00 WIB yang dihadiri oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam pembukaannya pimpinan rapat menyampaikan bahwa setelah rapat ini selesai
maka diperintahkan untuk paparan di depan sekjen Kemhan, ada beberapa hal yang
akan diperbaiki sesuai dengan hasil rapat terakhir terutama mengenai Pasal 46
ketentuan peralihan,
Dibacakan konsep Pasal 46 Ketentuan Peralihan.
Pak Suardi Latief Asabri:
Disarankan untuk ketentuan peralihan ini tidak sesuai karenanya dihapus saja
kemudian materi pasal dimasukkan dalam ketentuan lain-lain.
Pimpinan:
Pasal 46:
1. ayat 1 ..ok
2. ayat 2ok
3. ayat 3ok
4. ayat 4ok
Asabri:
sebagai perbandingan Taspen IDT 300rb sehingga kita lebih banyak, dan permenhan
no 32 ttg pengembalian nilai iuran pensiun 300rb, asabri memberikan 500rb.
Kemudian dalam ketentuan penutup pasal 47 seharusnya dibagi menjadi 2, ayat 3
menjadi ketentuan peralihan.
Pimpinan:
Dibacakan pasal 47..ayat 3 dikeluarkan menjadi masuk dalam ketentuan peralihan.
Kombes Agung Polri:
Dalam ketentuan peralihan isinya Adanya peralihan apakah temposnya berdasarkan
kejadian atau klaim, jadi harus ditentukan disini.
Pimpinan:
Sehingga ayat 3 pasal 47 menjadi pasal tersendiri dalam ketentuan peralihan, konsep
baru.
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, penyandang cacat yang waktu
kejadian cacatnya sebelum Peraturan Pemerintah ini diberlakukan, dan belum
dibayarkan santunannya, pembayaran santunan dan tunjangan cacatnya tetap
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 tentang Santunan Dan
Tunjangan Cacat Prajurit TNI (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4770).
setelah
PP
ini
Pimpinan:
Tidak perlu kalimat ini karena otomatis sudah berlaku sesuai dengan ketentuan dalam
ketentuan penutup.
Dalam ketentuan penutup pasal 47 ayat 2, kembali ke semula, tidak perlu
mencantumkan pasal2nya karena sudah mencantumkan santunan cacat
Asabri botak:
Alasan mengapa ayat 3 pasal 47 ketentuan penutup, karena kemkeu tidak mau
membayar doble, karena dalam pasal 72 pp 39 dibiayai oleh APBN, sedangkan dalam
PP ini Asabri akan membayarkan juga.
Asabri 2:
Dalam PP asabri tidak melihat jabatannya, tetapi melihat statusnya sebagai
Ltkl Joko:
Mengenai definisi dalam pasal 1 angka 14 huruf a, agar definisi tewas ditambahkan
kata rutin dibelakang dinas,
Karena definis tewas dalam huruf b di Polri, mengenai pengertian menjalankan tugas
kepolisian akan terlalu luas,
Kemudian mengenai gugur dan tewas, disarankan yang gugur dikurangi menjadi 375
juta, sedang yang tewas dinaikkan menjadi 300 jt
Asabri botak:
Angka ini berubah karena melihat adanya biaya perawatan yang harus ditanggung,
sehingga kalau menambah komponen ini tidak akan ketemu dengan premi yang
dibayarkan.
Asabri 3:
Disarankan sebelum proses harmonisasi ke kemkumham kita erlu menghadap secara
informal ke Sekjen kemhan,
Pimpinan:
Paparan ke Sekjen bertujuan menjelaskan hasil pembahasan kita sekarang, rencana
akan dilaksanakan tanggal 6
Kombes Polri 2:
Mohon agar koreksi terakhir agar di print sebagai bahan masukan dari pimpinan.
Kombes Agung Polri:
Jangan melupakan UU Asuransi baru, yang mengamanatkan pembentukan peraturan
pelaksana, agar dalam PP ini memasukkan UU perasuransian,
Kemudian untuk pengawasan dan pengendalian perusahaan asuransi agar
memasukkan OJK sebagai pengawas, agar sesuai dengan UU
Kemudian dalam pengertian umum tidak perlu lagi anggota polri dan PNS polri, tetapi
cukup Pegawai Negeri pada Polri
Kemudian saran, mengenai pengelolaan program, untuk diatur secara rinci mengenai
ketentuan manajemen pemilihan pejabat2 di Asabri
Asabri 3:
Kita sudah menggunakan peraturan UU BUMN dan ketentuan yang berlaku, namun
pengembangan2 tergantung dari karakter direktur utamanya,
Ltkl Setiyadi:
Pasal 44 sebelumnya ada saran untuk memasukkan OJK sebagai pengawas, karena ini
juga menjadi amanat dari UU Asuransi
Asabri 3:
Dalam pasal 44 ini yang dimasukkan adalah tim yang melakukan pemeriksaan
langsung di lapangan
Pimpinan:
Diberikan catatan untuk dikonsultasikan dengan Kumham apakah perlu memasukkan
OJK tidak
Bu Ida:
Mengenai pengawasan yang tidak memasukkan OJK karena dari kemku
menyampaikan karena OJK sewaktu2 bisa berubah, sehingga di buat dalam bentuk
kalimat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pimpinan:
Pasal 15 ayat 2 ....dibacakan
Asabri 3:
Kalau dari dua konsep ini akan menguntungkan yang warna biru,
Disepakati Pasal 15 ayat 2 konsep yang kedua,
Kol Pothan:
Pasal 16 untuk menentukan tingkat kecacatan apakah tidak perlu diatur tersendiri,
Asabri 3:
Ini sudah diatur dalam ayatl 12
Pimpinan:
Mengenai Pasal 28
Asabri 3:
Agar di persiapkan regulator di Kemhan untuk menyiapkan argumen yang satu, ketika
ada diskusi agar Asabri diikutkan, paling lama akan berlaku 2019, karena ada dinamika
untuk merubah UU BPJS agar PNS TNI Polri tidak masuk dalam BPJS.
Kol Bayu:
Dalam waktu dekat akan paparan didepan sekjen, kita sudah sepakat dengan apa yang
kita buat, setiap UU atau regulasi mempunyai dasar2 pemikiran yang kuat, saran agar
disiapkan dalam suatu produk untuk pegangan kita, mulai dari latar belakang,
Pimpinan:
Saya kira untuk rapat kali ini kami cukupkan kita akhiri.
Rapat ditutup pada pukul 11.30 WIB