Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke20.
bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen
(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa
bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.
Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50100 mm/a.[1]
B.Perkembangan Teori
Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor
gerakannya
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan
utama
bumi
berkedudukan
tetap.
Kebanyakan
itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.[3]
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong
pengkajian ulang umur bumi,[4] karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju
pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda
hitam.[5] Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada
awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun
menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya
sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk
akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk
berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental
drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi
dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia
mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang
muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti
bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang
mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti
terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan.
Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi
tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat
bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][10]
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan
didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan
yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah
simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke
dalam teori ekspansi bumi,[11] namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke
pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading)
sebagai
konsekuensi
pergerakan
vertikal
(upwelling)
batuan,
tetapi
zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian
mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang
luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang
berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam
pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga
implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
C.Prinsip-prinsip Utama
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan
lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya
perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih
panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui
proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi
dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda
dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer
sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer
pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya.
Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak
dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang
sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa
sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun
dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh
sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau
Jepang (Japanese island arc).
E. Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer
samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel
telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng
tektonik.
Pandangan
yang
disetujui
sekarang,
meskipun
masih
cukup
[19]
Meskipun subduksi
[20]
Bagaimana konveksi
mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih
menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika.
Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya
lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam
pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
1. Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer,
sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona
subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini
bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja
pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas
dan bawah.
2. Gravitasi
Runtuhan gravitasi:
Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di
oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada
mantel panas yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang
semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk
mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral
proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada
pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga.
Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena
topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi
pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling
dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke
bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa
memengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah
Tektonik
Lempeng
menumpang
di
menggambarkan
atas
sel-sel
bahwa
lempeng-lempeng
seperti
ban
ini
berjalan.
Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya
dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian
ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek
oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi bumi untuk berhenti
sejak waktu lama.
Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan
ke barat dasar Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat
pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan
juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke
barat pada pergerakan semua lempeng
4.Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan.
Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi
semua gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa
besar setiap proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman
kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan
dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu
cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana setiap
lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan
penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin.
Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik
yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada
lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring
of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik yang
lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya
yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab
suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng
kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga,
kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan
perdebatan dan riset para ilmuwan
F. Lempeng-lempeng utama
Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut Lempeng benua
abad ke 19, yaitu ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada
kala itu dengan mengajukan hipotesa tentang benua-benua yang bersifat mobil
yang ada di permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul
ketika gagasan mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya The
Origins of Oceans and Continents. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua
adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini
dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea.
Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang
kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian
bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.
Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun
yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:
a. Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian
timur dengan garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini
apabila dicocokan atau dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener
menduga bahwa kedua benua tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan
adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba untuk
mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.
b. Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang
tersebar luas dan terpisah di beberapa benua :
1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu
dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai
yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika
Selatan dan benua Afrika.
3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta
tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu,
dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan
Antartika.
Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat
bermigrasi menyeberangi lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka?
Boleh jadi jawabannya adalah bahwa benua-benua yang ada sekarang pada waktu
itu bersatu yang kemudian pecah dan terpisah-pisah seperti posisi saat ini.
c. Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua
Amerika Utara dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang
di pantai Newfoundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan
Appalachian juga dijumpai di British Isles dan Scandinavia. Kedua pegunungan
tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan /
pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan
yang menerus. Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan bentukbentuk geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi
data-data tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua
(continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan
satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur geologi dan
jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan
geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum
merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat di mana batuan tersebut
terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.