PKN 2
PKN 2
menyelesaikan makalah berjudul HAM dan Negara Hukum. Adapaun makalah ini
kami buat untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari HAM
dan Negara Hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang
berbeda namun keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Makalah ini
mencoba mengupas kedua sisi itu dan keterkaitannya.
Dalam pembuatan makalah ini, para penulis menyadari bahwa makalah ini teramat
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, semua bentuk perbaikan, saran, kritik,
masukan dari teman teman mahasiswa dan terutama dari dosen sangat kami hargai
untuk peningkatan kualitas tulisan kami di kemudian hari. Akhir kata, harapan besar
kami adalah semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua.
Terimakasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Penegakan HAM yang
kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan,
yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami
karena hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan
setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsipprinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya)
sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai. Sejak memasuki
era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia
HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di
Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda
dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik kita seharusnya
menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Makalah ini akan memperdalam pengetahuan
kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara Hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
HAM ( Hak Asasi Manusia )
Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah
human rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah HakHak Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia
(HAM) lebih sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia
hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah hak asasi sebagai
terjemahan dari basic rights (Inggris) dangrondrechten (Belanda), atau bisa juga
disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak-hak asasi secara monumental
lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de
Lhomme et du Citoyen (hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan
semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang sesual dengan
perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan peradaban manusia
dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural rights (hak-hak
alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal dari
alam termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi
akhirnya tidak diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan
terbentuknya PBB, maka muncul istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human
rights Di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya:
Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun dibalik beragamnya sebutan
untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang sama. Secara
umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
f.
9.
22.
C.
D.
E.
F.
G.
Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di ha dapan hukum dan
pemerintahan.
H.
Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut.
I.
Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melan jutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
J.
Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
K.
Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wi layah negaranya,
meninggalkan dan kembali ke negaranya.
L.
Setiap orang berhak memperoleh suaka politik.
M.
Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
berhak mendapatkan perlin dungan hukum dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif tersebut.
Terhadap hak-hak sipil tersebut, dalam keadaan apa pun atau bagaimanapun, negara
tidak dapat mengurangi arti hak-hak yang ditentukan dalam Kelompok 1 a sampai
dengan h. Namun, ke tentuan tersebut tentu tidak di mak sud dan tidak dapat
diartikan atau digunakan seba gai dasar untuk membebaskan seseorang dari penuntutan atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang diakui menurut ketentuan
hukum Internasional. Pembatasan dan penegasan ini penting untuk memas tikan
bahwa ketentuan tersebut tidak dimanfaatkan secara semena-mena oleh pihak-pihak
yang berusaha membebaskan diri dari ancaman tuntutan. Justru di sini lah letak kontro
versi yang timbul setelah ketentuan Pasal 28I Perubahan Kedua UUD 1945 disahkan
beberapa waktu yang lalu.
1.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk
hidup layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang
ber-martabat.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan
pengajaran.
Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan umat manusia.
Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak
masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban
bangsa .
Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang
diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk dan menjalankan ajaran agamanya .
Kelompok Hak-Hak Khusus dan Hak Atas Pembangunan
Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk
kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil,
berhak men-dapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan yang sama.
Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan
gender dalam kehidupan nasional.
Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh
fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlindungan
orangtua, keluarga, masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental
serta per-kembangan pribadinya.
Setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan
turut menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang ber sifat sementara dan
dituangkan dalam peraturan per undangan-un dangan yang sah yang
dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelom pok tertentu
yang pernah me nga lami perlakuan dis krimi nasi dengan kelompok-kelompok
lain dalam masya rakat, dan perlakuan khusus sebagaimana di ten tukan dalam
ayat (1) pasal ini, tidak termasuk dalam pe nger tian diskriminasi sebagaimana
ditentu kan dalam Pasal 1 ayat (13).
1.
A.
B.
C.
D.
2.2
Negara Hukum
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah
lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari jaman Plato
hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak mengalami perubahan yang
mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk merumuskan apa yang dimaksud
dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam konsep Negara
Hukum.
Perkembangan Negara Hukum sudah terjadi sejak jaman Plato dan Aristoteles.
Perkembangan konsep Negara Hukum dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1.
Jaman Plato dan Aristoteles
Plato dan Aristoteles mengintrodusir Negara Hukum adalah negara yang diperintah
oleh negara yang adil. Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (citacita) manusia yang berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :
1.
Cita-cita untuk mengejar kebenaran (ide der warhead);
2.
Cita-cita untuk mengejar kesusilaan (ide der zodelijkheid);
3.
Cita-cita manusia untuk mengejar keindahan (idee der schonheid);
4.
Cita-cita untuk mengejar keadilan (ide der gorechtigheid).
Plato dan Aristoteles menganut paham filsafat idealisme. Menurut Aristoteles, keadilan
dapat berupa komunikatif (menjalankan keadilan) dan distribusi (memberikan
keadilan). Menurut Plato yang kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles, bahwa hukum
yang diharapkan adalah hukum yang adil dan dapat memberikan kesejahteraan bagi
msyarakat, hukum yang bukan merupakan paksaan dari penguasa melainkan sesuai
dengan kehendak warga Negara, dan untuk mengatur hukum itu dibutuhkan konstitusi
yang memuat aturan-aturan dalam hidup bernegara.
1.
Di Daratan Eropa (menurut paham Eropa Kontinental)
Diawali pendapat dari Immanuel Kant yang mengartikan Negara Hukum adalah Negara
Hukum Formal (Negara berada dalam keadaan statis atau hanya formalitas yang biasa
disebut dengan Negara Penjaga Malam /Nachtwakestaat). F.J. Stahl, kalangan ahli
hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Negara hukum (rechtstaat) sebagai
berikut :
1.
Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia;
2.
Pemisahan kekuasaan Negara;
3.
Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4.
Adanya Peradilan Administrasi.
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl kemudian ditinjau
ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di
Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia
Negara Hukum. Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya prinsipprinsip Negara Hukum yang menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat diterima
secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah :
1.
2.
(dibentuk dengan Keppres No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman) yaitu
Lembaga Pengawas Eksternal terhadap Lembaga Negara serta memberikan
perlindungan hukum terhadap publik, termasuk proses berperkara di Pengadilan
mulai dari perkara diterima sampai perkara diputus.
Menurut Sri Soemantri yang terpenting dalam Negara hukum , yaitu :
1.
Bahwa pemerintahan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus
berdasarkan hukum atau peraturan perundang-undangan;
2.
Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warganya);
3.
Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;
4.
Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle).
Istilah negara hukum ada yang menyebutnya dengan Rechsstaat dan ada pula disebut
dengan Rule of Law. Sarjana Eropa Kontinental menyebutnya dengan Rechsstaat.
Sarjana Hukum Anglo Saxon (Inggeris dan Amerika) menyebutkan negara hukum
dengan Rule of Law.
Jadi dapat disimpulkan bahwa negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Menurut Montesqueu, negara yang paling baik ialah negara hukum sebab di
dalam konstitusi di banyak negara mempunyai tiga inti pokok yaitu: Perlindungan
HAM; Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara; Membatasi kekuasaan dan
wewenang organ-organ negara.
Disamping itu salah satu tujuan Negara Hukum adalah memperoleh setinggi-tingginya
kepastian hukum (rechtzeker heid) bagi warganya. Kepastian hukum menjadi makin
dianggap penting bila dikaitkan dengan ajaran negara berdasar atas hukum. Telah
menjadi pengetahuan klasik dalam ilmu hukum bahwa hukum tertulis dipandang lebih
menjamin kepastian hukum dibandingkan dengan hukum tidak tertulis.
2.3
Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian
ditinjau ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang
diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia
sebagai Negara Hukum. Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya
prinsip-prinsip Negara Hukum yang menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat
diterima secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah:
1.
2.
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 45) dan Pancasila, dalam Undang-undang Dasar
yang telah di amandemen, Undang-undang Nomor 39/1999 tentang HAM, Undangundang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan
terhadap sejumlah instrumen HAM intemasional.
1.
Perlindungan Hak Asasi Manusia sudah menjadi asas pokok dalam kehidupan
bernegara di Indonesia. Hal ini terbukti dari pernyataan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 dalam pembukaannya di Alinea pertama yang menyatakan
bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. Hal ini berarti adanya freedom to be
free, yaitu kebebasan untuk merdeka, dan pengakuan atas perikemanusiaan telah
menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia mengakui akan adanya hak asasi manusia..
Prinsip-prinsip HAM secara keseluruhannya sudah tercakup didalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945. Prinsip universalitas yang merupakan bentuk
menyeluruh, artinya setiap orang / tiada seorangpun tanpa memandang
ras,agama,bahasa,kedudukan maupun status lainnya,dimana setiap orang memiliki hak
yang sama dimata hukum, namun prinsip universalitas tidak keseluruhannya
terkandung dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, hal ini dibuktikan
dari pernyataan di dalam pembukaannya yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia Hal ini berarti Negara hanya bertanggung jawab
kepada hak dari seluruh warga Indonesia saja. Begitu juga dengan beberapa pasal yang
mengistilahkan setiap warga Negara / tiap-tiap warga Negara, seperti pada pasal 27
ayat (1), (2), pasal 30 ayat (1),pasal 31 ayat (1) Padahal yang dimaksudkan sebagai
prinsip universal adalah ketentuan hak yang berlaku bagi semua orang, bukan terbatas
pada wilayah tertentu.
BAB III
KESIMPULAN
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Hak
Asasi Manusia juga dapat dipandang sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk TUHAN YANG MAHA ESA dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Negara hukum adalah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Negara hukum dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang
berbeda. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara
Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YANG MAHA ESA
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
HAM di Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegak HAM yang kuat
ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah
berabad-abad dirampas oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah
berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip
HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai
pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.
REFERENSI