Disusun oleh:
Nurus Sobah
PT/06587
XVI
Asisten : Awin Pinasthika
ACARA III
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI BETINA
TINJAUAN PUSTAKA
Organ kelamin betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian
yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin dalam
terdiri dari ovarium, oviduct, cornu uteri, corpus uteri, cervix, dan vagina,
sedang organ kelamin luar terdiri dari vulva, clitoris, vestibulum vaginae,
dan kelenjar vestibulae. Organ kelamin dalam, kebagian dorsal digantung
oleh beberapa penggantung. Ovarium digantung oleh alat penggantung
mesovarium dan ligamentum utero ovarika. Oviduct digantung oleh
mesosalpinc, sedangkan uterus, cervix, dan sebagian vagina digantung
oleh mesometrium atau sering disebut ligamentum lata (Blakely and Bade,
1998).
Ovarium
Ovarium
adalah
tempat
sintesis
hormon
steroid
seksual,
menghasilkan
hormon
kelamin
betina, yakni
estrogen dan
Lipatan
memanjang
rendah
dari
mukosa-submukosa
Keterangan
Menutup
sel
telur
atau
ovum
dan
sebagai
endokrin
yang
kelenjar
endokrin
dan
menghasilkan
hormon
estrogen,
karena
adanya
kebuntingan
maupun
umur
yang
bertambah, atau bisa juga karena terdesak oleh organ tubuh di sekitarnya
(Hardjopranjoto, 1995). Ovarium memiliki beberapa bentuk tergantung dari
golongan hewannya. Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa
anak dalam satu kebuntingan (polytocous), ovariumnya berbentuk seperti
buah murbei, contohnya pada babi, anjing, dan kucing. Golongan hewan
yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan (monotocous),
ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contohnya pada sapi dan
kerbau, sedangkan pada kuda bentuknya seperti ginjal (Widayati et al.,
2008).
Oviduct
Nama lain dari oviduct adalah tuba fallopii, tuba uterina, salpinx,
atau saluran telur. Oviduct adalah saluran yang sempit dengan dinding
berotot licin, berfungsi menerima atau menangkap sel telur (ovum) yang
diovulasikan. Sel telur yang telah dibuahi akan diteruskan ke uterus
sebagai akibat dari kontraksi dinding oviduct (Hardjopranjoto, 1995). Tuba
fallopii atau oviduct merupakan saluran paling anterior, kecil, berliku-liku
dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Oviduct
tergantung di dalam mesosalpinx (Feradis, 2010). Menurut Widayati et al.
(2008), fungsi oviduct adalah menerima sel telur yang diovulasikan oleh
ovarium,
transport
spermatozoa
dari
uterus
menuju
ke
tempat
sebagai
medium
terjadinya
pembuahan
dan
kapasitasi
and
Berardinelli
(2001),
luas
permukaan
ampulla
dapat
embrio dari oviduct, dan pemberian makanan dan perlindungan bagi fetus,
selanjutnya untuk mendorong fetus ke arah luar pada saat kelahiran.
Bentuk morfologi uterus pada berbagai spesies hewan berbeda-beda
menurut derajat ersenyawaan dari saluran muller pada periode embrional
(Hardjopranjoto, 1995). Uterus adalah salah satu saluran reproduksi
betina selain tuba fallopi, serviks dan vagina. Perubahan struktur dan
fungsi uterus ditentu-kan oleh siklus hormonal betina. Pada setiap siklus,
awalnya
fungsi
uterus
menyiapkan
penerimaan
dan
transportasi
adalah
suatu
alat
yang
berfungsi
untuk
dalam
(orificium
uteri
internum),
sedang
pada
bagian
terbuka. Sebaliknya, pada waktu di luar masa birahi atau pada waktu
bunting, cervix menghasilkan lendir yang kental, menutup salurannya
sehingga membuat cervix tertutup rapat. Pelebaran saluran cervixs
diwaktu birahi dan melahirkan merupakan proses kompleks yang terjadi
karena dirangsang secara neuro hormonal, sebagian berlangsung pasif
dan sebagian yang lain aktif (Hardjopranjoto, 1995). Cervix berfungsi
untuk mencegah benda-benda asing atau mikroorganisme memasuki
lumen uterus. Cervix tertutup rapat kecuali selama estrus, pada waktu
dimana terjadi relaksasi dan sperma dimungkinkan memasuki utrerus.
Mucus dilepaskan dari cervix dan dikeluarkan melalui vulva. Selama
kebuntingan sejumlah besar mucus tebal disekresikan oleh sel-sel goblet
cervixyang menutup atau menyumbat mati canalis cervicalis sehingga
menghambat pemasukan materi infectious. Waktu lain dimana cervix
terbuka adalah sesaat sebelum partus. Pada waktu ini penyumbat cervix
mencair
dan
cervix
mengembang
(dilatasi)
untuk
memungkinkan
sama sekali seperti pada babi. Suatu fornix dorsal dapat ditemukan pada
sapi dan domba (Feradis, 2010). Fornix vaginae adalah suatu sudut atau
refleksi, yang dibentuk oleh proyeksi pelvis ke dalam vagina. Fornix dapat
berbentuk lingkaran lengkap di sekitar cervix seperti pada kuda betina
atau dapat juga tidak ada sama sekali, seperti pada babi, dimana ujung
caudal cervix bersambung dengan vagina. Pada sapi, domba dan
kambing, hanya fornix dorsal saja yang nampak jelas (Frandson, 1992).
Clitoris
Clitoris homolog dengan glans penis pada hewan jantan, berlokasi
pada sisi ventral, sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung erectile
tissue sehingga dapat berereksi. Juga banyak mengandung ujung syaraf
perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Clitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak
cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan
spesies (Widayati et al. 2008). Komisura ventral (bagian paling bawah)
dari vulva terdapat clitoris yang merupakan organ yang asal-usul
embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan. Clitoris terdiri atas
dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Clitoris terdiri dari jaringan
erektil yang tertutup oleh epitel skuamus berstrata dan dengan sempurna
memperoleh inervasi dari ujung-ujung saraf sensoris (Frandson, 1992).
Clitoris terletak pada bagian belakang dari celah bawah vulva.
Bentk dan sifatnya menunjukkan persamaan dengan penis. Kebanyakan
hewan, clitoris panjangnya 5 sampai 10 cm, tetapi semuanya tersembunyi
dalam rongga antara kedua bibir vulva. Bibir vulva biasanya tertutup rapat
karena otot spinchter, sehingga tidak menguak (Hardjopranjoto, 1995).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang kemudian dibandingkan dengan
literatur diperoleh kesimpulan bahwa ovarium, cervix, vagina dan clitoris
pada keadaan normal sedangkan oviduct, uterus dan vulva dalam
keadaan tidak normal. Ketidaknormalan ini dapat dikarenakan faktor jenis,
umur, siklus reproduksi, aktivitas, dan jenis pakan.
Fungsi-fungsi dari masing-masing alat reproduksi betina tersebut
antara lain ovarium berfungsi sebagai penghasil hormon estrogen,
progesteron, inhibin, dan memproduksi ovum. Oviduct berfungsi sebagai
transpor spermatozoa dari uterus menuju ampulla, tempat pertemuan
ovum dengan spermatozoon (fertilisasi), tempat terjadinya proses
kapasitasi spermatozoa, memproduksi cairan, dan transpor ovum yang
telah dibuahi. Uterus berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa
menuju oviduct, tempat implantasi embrio, tempat pertumbuhan dan
perkembangan embrio, berperan dalam proses kelahiran, dan pada
hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus. Cervix
berfungsi sebagai penutup lumen sehingga tidak memberi kemungkinan
untuk masuknya jasad remik kedalam uterus, dan tempat reservoir
spermatozoa. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat sperma
dideposisikan pada saat perkawinan alami, merupakan saluran keluar
sekresi cervix, uterus, oviduct, dan jalan peranakan selama proses
beranak. Clitoris berperan penting pada waktu kopulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, K., Sumali W., dan Dadang K. 2007. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.) terhadap
Perkembangan Uterus Tikus Putih Betina Galur Wistar
Prepubertal. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No.
1. Hlm. 8-16.
Anonim.
2013.
Ovarium
Female
Anatomy
and
Histology.
(http://www.ansci.wisc.edu/jjp1/ansci_repro/lec/lec1/female_hi
st.html). Accesion date at December 2nd, 2014 time 22.02
WIB.
Blakely, J., and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Dellmann, H. Dieter and Etsher M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi
Veteriner II. Universitas Indonesia press. Jakarta.
Farrer, H. 1996. Perawatan Maternitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Airlangga University
Press. Surabaya.
Jamalia, R. 2006. Kajian Karakteristik Anatomi dan Morfometri Reproduksi
Betina Kuda Lokal Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lewis, A.