Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kelompok
(kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas.
Distribusi frekuensi merupakan salah satu bentuk klasifikasi data, yaitu klasifikasi
data secara kuantitatif.
Di dalam statistik deskriptif kita selalu mengusahakan agar data dapat disajikan
dalam bentuk yang lebih berguna, lebih mudah dipahami dan lebih cepat dimengerti.
Jika data yang ada hanya sedikit, kita tidak mengalami kesulitan untuk membaca dan
mengerti angka-angka itu, tetapi apabila data yang tersedia banyak sekali jumlahnya,
maka untuk mengerti data tersebut kitaakan mengalami kesulitan. Untuk
memudahkannya data harus disusun secara sistematis atau teratur kedalam distribusi
frekuensi.
5.45
22.50
19.87
26.70
12.73
37.81
24.81
17.75
15.10
28.50
19.84
32.50
20.63
24.25
8.89
27.16
15.95
31.84
23.11
13.52
29.34
18.40
6.12
31.12
19.50
23.35
27.48
18.75
30.26
21.50
10.85
22.49
12.72
7.83
17.84
25.15
21.50
26.80
16.30
14.59
34.82
17.50
24.15
11.95
26.42
34.75
16.44
21.75
18.64
14.59
19.71
12.25
36.90
17.35
22.50
13.84
24.61
28.40
9.36
29.30
20.84
11.50
23.81
33.82
5.57
23.05
10.00
22.46
17.89
29.65
K=1+3.3 log80
K=7.28 7
Statistika Terapan
32,37 32
3. Menentukan Panjang Kelas
Panjang Kelas=
Range
Jumla h Kelas
32
7
4,57 5
4. Menentukan Kelas
Kelas
Kelas I
5 9,99
Kelas II
10 14,99
Kelas III
15 19,99
Kelas IV
20 24,99
Kelas V
25 29,99
Kelas VI
30 34,99
Kelas VII
35 39,99
1.2.
Distribusi frekuensi ada beberapa macam yang ditinjau dari beberapa faktor,
diantaranya:
A. Ditinjau dari jenisnya
a.
b.
b.
Statistika Terapan
1.2.1.
80
25
55
30
58
35
70
70
65
20
40
40
35
35
15
65
36
30
65
45
30
70
40
45
57
25
40
Statistika Terapan
Nilai
15-25
26-36
37-47
48-58
70-80
Jumlah
30
Perubahan data numerik ke data kategorikal harus menggunakan aturanaturan tertentu, itu berarti bahwa pengelompokkan tersebut harus memuat
aturan-aturan tertentu, sehingga tidak akan terjadi suatu rentangan atau
kelompok yang tidak berfrekuensi.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelas bagi distribusi
frekuensi kategorikal:
1. Jumlah kelas
2. Lembar kelas
3. Batas kelas
Batas Kelas
Diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Jumlah kelas
Lebar Kelas
C=
XnXi 8015 65
=
= =10.83 11
K
6
6
C = lebar kelas
Statistika Terapan
K = banyaknya kelas
Statistika Terapan
Contoh :
2.
Probabilitas
Probabilitas sebagai:
1. Pendekatan klasik
Diasumsikan bahwa semua peristiwa mempunyai kesempatan yang sama
untuk terjadi (equally likely) Probabilitas suatu peristiwa kemudian dinyatakan
sebagai rasio antara jumlah kemungkinan hasil dengan total kemungkinan hasil
(rasio peristiwa terhadap hasil).
Probabilitas = Jumlah Kemungkinan Hasil Peristiwa
Jumlah Total Kemungkinan Hasil
2. Pendekatan Relatif
Probabilitas suatu kejadian tidak dianggap sama, tergantung dari berapa
banyak suatu kejadian terjadi, yang dinyatakan sebagai berikut:
Probabilitas kejadian relatif = Jumlah Peristiwa yang Terjadi
Jumlah Total Percobaan
3. Pendekatan Subjektif
Yang dimaksud dengan pendekatan subjektif adalah menentukan besarnya
probabilitas suatu peristiwa didasarkan pada penilaian pribadi dan dinyatakan
dalam derajat kepercayaan.
untuk
mengetahui
sejumlah
kemungkinan
susunan
(arrangement) jika terdapat satu kelompok objek. Pada permutasi ini kita
berkepentingan dengan susunan atau urutan dari objek, permutasi dirumuskan
sebagai berikut:
n!
nPr=
( nr ) !
dimana :
P
: Jumlah objek yang digunkan pada saat bersamaan, jumlah r dapat sama
dengan n atau lebih kecil
c. Kombinasi
Kombinasi digunakan apabila kita tertarik pada berapa cara sesuatu
diambil dari keseluruhan objek tanpa memerhatikan urutannya. Misalnya ada
10 bank dan kita hanya akan mengambil 3 bank, maka ada beberapa kombinasi
bank yang dapat diambil tanpa memerhatikan urutan atau susunannya.
Dirumuskan sebagai berikut:
nCr=
n!
r ! ( nr ) !
: Jumlah objek yang digunkan pada saat bersamaan, jumlah r dapat sama
dengan n atau lebih kecil
Aturan Penjumlahan
Contoh :
1
6
P( B)=
2
6
1 2
+
6 6
0,5
b. Kejadian Tidak Saling Meniadakan
Dua peristiwa atau lebih disebut peristiwa tidak saling meniadakan
apabila kedua peristiwa atau lebih tersebut dapat terjadi pada saat yang
bersamaan. Jika dua peristiwa A dan B tidak saling meniadakan, probabilitas
terjadinya peristiwa tersebut adalah
P( A atau B)=P( A)+ P( B) P( A dan B)
P( A B)=P (A )+ P (B) P( A B)
Jika 3 peristiwa A, B, dan C tidak saling meniadakan, probabilitas
terjadinya peristiwa tersebut adalah
P( A B C )=P( A)+ P( B)+ P(C ) P ( A B) P( A C) P(B C)+ P( A BC )
Contoh :
Dua buah dadu dilemparkan bersamaan, apabila : A = peristiwa mata (4, 4)
muncul. B = peristiwa mata lebih kecil dari (3, 3) muncul.
Tentukan probabilitas P(A atau B) !
Penyelesaian :
P ( A )=
1
36
P (B)=
14
36
P ( A B )=0
P ( A atau B )=P ( A ) + P ( B ) P ( A B )
1 14
+ 0
36 36
0,42
2.
Aturan Perkalian
Probabilitas Bersyarat
Probabilitas bersyarat peristiwa tidak saling bebas adalah probabilitas
terjadinya suatu peristiwa dengan syarat peristiwa lain harus terjadi
dan peristiwa-peristiwa tersebut saling mempengaruhi. Jika peristiwa B
bersyarat terhadap A, probabilitas terjadinya periwtiwa tersebut adalah
P(B/A) dibaca probabilitas terjadinya B dengan syarat peristiwa A
terjadi.
Contoh :
Sebuah kotak berisikan 11 bola dengan rincian : 5 buah bola putih
bertanda (+), 1 buah bola putih bertanda (), 3 buah bola kuning
bertanda (+), 2 buah bola kuning bertanda (). Seseorang mengambil
sebuah bola kuning dari kotak. Berapa probabilitas bola bertanda +?
Penyelesaian :
5
11
+ A
B
Probabilitas Gabungan
Probabilitas gabungan peritiwa tidak saling bebas adalah probabilitas
terjadinya dua atau lebih peristiwa secara berurutan (bersamaan) dan
peristiwa-peristiwa itu saling mempengaruhi.
Jika dua peristiwa A dan B gubungan, probabilitas terjadinya peristiwa
tersebut adalah:
( BA )
( BA ) x P ( CA B)
Contoh :
Dari satu set kartu bridge berturut-turut diambil kartu itu sebanyak 2
kali secara acak. Hitunglah probabilitasnya kartu king (A) pada
pengambilan pertama dan as(B) pada pengambilan kedua, jika kartu
pada pengambilan pertama tidak dikembalikan !
Penyelesaian :
4
52
( BA )= 514
P ( A B )=P ( A ) x P
( BA )
4
4
52 51
0,006
Probabilitas Marjinal
Probabilitas marjinal peristiwa tidak saling bebas adalah probabilitas
terjadinya suatu peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan
terjadinya peristiwa lain dan peristiwa tersebut saling mempengaruhi.
Jika dua peristiwa A adalah marjinal, probabilitas terjadinya peristiwa A
tersebut adalah
B P( A)=P ( A=i ) x P
( ABi ) , i=1,2, 3, ..
A P
Contoh :
Sebuah kotak berisikan 11 bola dengan rincian 5 buah bola putih
bertanda (+), 1 buah bola putih bertanda (), 3 buah bola kuning
bertanda (+), 2 buah bola kuning bertanda (). Tentukan probabilitas
memperoleh sebuah bola putih !
Penyelesaian :
Misalkan : A = bola putih
B+ = bola bertanda positif
B- = bola bertanda negatif
+ A
A
B
P
+ A
A
B
P ( A )=P
5 1
+
11 11
6
11
b. Kejadian Bebas
Dua kejadian atau lebih dikatakan merupakan kejadian bebas apabila
terjadinya kejadian tersebut tidak saling mempengaruhi. Dua kejadian A dan B
dikatakan bebas, kalau kejadian A tidak mempengaruhi B atau sebaliknya. Jika
A dan B merupakan kejadian bebas, maka P(A/B) = P(A) dan P(B/A) = P(B)
P ( A B )=P ( A ) P ( B ) =P ( B ) P ( A )
Contoh :
Satu mata uang logam Rp. 50 dilemparkan ke atas sebanyak dua kali. Jika A1
adalah lemparan pertama yang mendapat gambar burung (B), dan A2 adalah
lemparan kedua yang mendapatkan gambar burung (B), berapakah P(A1 A2)!
Penyelesaian :
Karena pada pelemparan pertama hasilnya tidak mempengaruhi pelemparan
kedua dan P(A1) = P(B) = 0,5 dan P(A2) = P(B) = 0,5, maka P(A1 A2) =
P(A1) P(A2) = P(B) P(B) = 0,5 x 0,5 = 0,25.