Anda di halaman 1dari 16

KEBERADAAN SUMBER MATA AIR DI LINGKUNGAN UIN SUNAN GUNUNG

DJATI BANDUNG
MAKALAH
Disusun oleh :
Nur Sadrina Ghaisani Rahayu

1147020047

Risma Sri Wahyuni

1147020055

Siska Sparima Bahari

1147020067

Siti Sawitri Fatimah

11470200

Yuni Maryeti

1147020077

JURUSAN BIOLOGI / 1-B


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Air merupakan salah satu elemen penyusun Bumi.Air pun menjadi salah satu unsur
yang banyak sekali terdapat di dalam Bumi.Air menutupi hampir 71% permukaan
Bumi.Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik atau 330.000.000 milyang tersedia di dalam
Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut dan pada lapisan-lapisan es, yaitu di kutub dan
puncak-puncak gunung, akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka
air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air merupakan senyawa penting bagi seluruh makhluk hidup yang berada di
Bumi.Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya
kehidupan.Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organik
melakukan replikasi.Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan
terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah
bagian penting dalam proses metabolisme. Air juga dibutuhkan dalam proses fotosintesis
dan respirasi yang berlangsung pada tumbuhan.
Air pun dapat menimbulkan masalah apabila tidak dimanfaatkan dengan baik atau
dicemari dengan berbagai aktivitas manusia, seperti banjir yang diakibatkan oleh
penumpukan sampah di sungai-sungai, longsor yang diakibatkan oleh pembalakan kayu
liar pada hutan-hutan sehingga tidak ada yang meresap dan mengikat air pada tanah,
berbagai bakteri dan mikroba sumber penyakit tumbuh pada genangan air yang kotor dan
tak mengalir, kekeringan yang merugikan para petani, dst.
Maka diperlukan manajemen yang baik dan pengelolaan sumber air yang baik dan
benar untuk memanfaatkan ketersediaan air yang ada dan mecegah terjadinya berbagai
masalah yang bersumber dari air.Di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
konon katanya terdapat beberapa sumber air yang dahulu mengalirkan banyak air dan
dimanfaatkan oleh warga sekitar. Namun pada saat ini, air mata tersebut hilang dan tidak
mengalirkan air dari dasarnya meskipun ada 1 mata air yang masih mengalirkan air
dengan volume yang tidak banyak seperti dahulu.
Apabila sumber air ini dapat kembali mengalirkan air sebanyak yang dihasilkan pada
masa lalu, maka hal ini akan membantu dalam mengatasi masalah kekeringan air yang
sering terjadi di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Oleh karena itu,
penyusun tertarik untuk menulis makalah dengan judul KEBERADAAN SUMBER
MATA AIR DI LINGKUNGAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apakah yang dimaksud dengan sumber mata air ?
2. Apakah benar pada zaman dahulu terdapat sumber mata air di lingkungan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung ?
3. Bagaimana cara merestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif lagi di
lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung ?
1.3.

Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi sumber mata air.


2. Untuk mengetahui kebenaran dari keberadaan sumber mata air di lingkungan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Untuk mengetahui cara merestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif lagi di
lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
1.4.

Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Teoretis
a. Dapat mengetahui hal-hal yang mengenai sumber mata air.
b. Dapat mengetahui sejarah dan kebenaran dari keberadaan sumber mata air di
lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
c. Dapat mengetahui caramerestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif
lagidi lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Empiris
a. Dapat mengidentifikasi sumber mata air.
b. Dapat merestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif lagi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan
pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi,2003,
hlm.11).
Dugan, Hutchinson, dan Miller menyatakan,air meiliki karakteristik yang khas yang
tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut (dalam
Effendi, 2003, hlm.22-24).
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC - 100oC, air berwujud cair. Suhu
0oC merupakan titk beku air (freezing point) dan suhu 100oC merupakan titik didih air
(boiling point).
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan
panas yang baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan (evaporasi). Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap. Sebaliknya proses perubahan uap menjadi air
(kondensasi) melepaskan energi panas yang besar.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku.
Menurut kegunaanya, air pada sumber air dibedakan menjadi empat golongan, yaitu
sebagai berikut (Fardiaz, 1992, hlm.16).
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakam sebagai air minum secara langsung tanpa
harus diolah terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan, industri, dan listrik tenaga air.
Pada umumnya ketersediaan mata air dipengaruhi oleh faktorfaktor geologi seperti
keadaan morfologi, litologi, struktur geologi dan tataguna lahan setempat.Tedd meyatakan

menurut jenisnya, mata air dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut
(dalam Arsyad dan Ernan, 2008, hlm.232).
1. Mata air depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka
air tanah.
2. Mata air rekahan/struktur sesar (fracture/fault springs) muncul dari rekahan atau jalur
besar.
3. Mata air kontak (contact springs) muncul pada kontak batuan impermeable/batuan tersier
dan permeable/batuan kuarter.
4. Mata air artesis yaitu air tanah yang mengalir dengan sendirinya dan terletak jauh di dalam
tanah, di antara dua lapisan kedap air dan menampung banyak air yang disebut akuifer.
Pada wilayah morfologi kaki gunung api, biasanya banyak ditemukan sumber mata air
yang relatif besar berupa springs. Karena secara hidromorfologi wilayah ini merupakan
springs belt(jalur mata air) dari suatu hidromorfologi gunung api. Mata air muncul karena
bertemunya lapisan permeableyang mampu mengalirkan dan menyimpan air tanah di atasnya
dengan lapisan impermeable di bawahnya yang relatif kompak. Sebaran lokasi mata air
mencangkup data letak geografis, elevasi, dan letak administratif, sedangkan jenis mata air
diidentifikasi berdasarkan lapisan akuifer, sehingga lokasi mata air dapat mudah ditelusuri
untuk keperluan pendayagunaan maupun pengendalian kerusakannya (Arsyad dan Ernan,
2008, hlm.232).
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantiitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk
keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain
berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lian menyebabkan penurunan kualitas air.
kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan dan
pengelolaan sumber daya air dengan seksama (Effendi, 2003, hlm. 11).
Danartyo, dkk dan Asdak menyatakan keberadaan air tanah sangat erat hubungannya
dengan air permukaan. Berdasarkan hukum Darcy, dijelaskan jika tinggi muka air tanah
mengalami penurunan yang berkelanjutan, akibat dari eksploitasi air tanah yang berlebihan
maka kemugkinan terjadinya rembesan air sungai ke akuifer sangat besar jika aliran sungai
cukup besar, maka rembesan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap debit sungai. Namun
jika akuifer terbentuk dari tanah yang memiliki permeabilitas yang besar dan pencemaran
yang terjadi di sungai cukup tinggi, maka akan berpengaruh terdahap adanya pencemaran air
tanah (dalam Kodoatie dan Sjarief, 2010, hlm. 32-34).

Terzhagi menyatakan pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan


penurunan air tanah (land subsidence). Penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan
pengurangan gaya angkat tanah sehingga terjadi peningkatan tegangan efektif tanah. Akibat
pningkatan tegangan efektif tanah ini akan menyebabkan penyusutan butir tanah sehingga
terjadi penurunan tanah.Disamping hal tersebut kemungkinan terjadinya adanya erosi tanah
bagian dalam akibat terangkutnya butir tanah di bawah muka tanah oleh penyerapan air tanah
melalui pemompaan sumur dalam secara berlebihan (dalam Kodoatie dan Sjarief, 2010, hlm.
33).
Freeze dan Cherry menyatakan pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh
kurang teraturnya pengelolaan lingkungan. Beberapa sumber pencemaran yang menyebabkan
menurunnya kualitas air tanah antara lain sebagai berikut (dalam Kodoatie dan Sjarief, 2010,
hlm. 35).
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sampah dari TPA


Tumpahan minyak
Kegiatan pertanian
Pembuangan limbah cair pada sumur dalam
Pembuangan limbah ke tanah
Pembuangan limbah radioaktif
Hilangnya sumber mata air disebabkan oleh aktivitas manusia yang berdampak
negative terhadapnya, seperti penggundulan huatan, aktivitas penggalian yang berlebihan,
penyedotan air dalam tanah di pegunungan secara berlebihan oleh perusahaan air minum,
dst. Pemulihan air mata yang telah tercemari atau tidak berfungsi kembalidapat dilakukan
dengan melakukan penghijauan kembali pada daerah mata air yang telah tercemati atau
tidak berfungsi kembali, agar air dapat terserap oleh akar-akar tanaman dan dijernihkan
kembali.Langkah ini dapat diaplikasikan dengan menanamkan pohon kina (Cinchona
Calisaya) dan pohon tristania (Tristania Whiteana) (Mustika, dkk, 2010, hlm. 8).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Definisi Sumber Mata Air


Kehidupan seluruh makhluk hidup dalam Bumi ini tidak akan pernah lepas dari air.
karena air sendiri merupakan komponen penyusun dari makhluk hidup itu sendiri.
Selain itu juga air sangat berperan penting dalam proses metabolisme seluruh makhluk
hidup. Contohnya terdapat pada manusia.Air merupakan komponen penyusun tubuh
manusia sebayak

2/3

dari keseluruhannya atau sebesar 60-70%. Manusia pun

menggunakan air untuk berbagai aktivitasnya sehari-hari, seperti minum, memasak,


mencuci baju, mencuci piring,dst. Selain itu juga manusia mengggunakan air sebagai
usaha yang bernilai ekonomis, seperti membuat jus buah, bertani, bercocok tanam,
berkebun,dst.
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi. Air pun dapat berfungsi sebagai slah satu sumber energy yang
sangat penting di Bumi ini. Bisa dibayangkan apabila seluruh air habis, maka
kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di Bumi akan musnah. Maka dari itu
diperlukannya pengeloalan dan pelestarian sumber mata air yang ada saat ini.
Sumber air adalah sumber dimana keluarnya air dari Bumi ini.Sumber mata air
ini pun memiliki jenis yang berbeda-beda dikarenakan letak geografi suatu tempat
sumber mata air berada memiliki perbedaan dari segi akuifer yang terdapat di
dalamnya. Seperti yang dinyatakan oleh Arsyad dan Ernan bahwa bebaran lokasi mata
air mencangkup data letak geografis, elevasi, dan letak administratif, sedangkan jenis
mata air diidentifikasi berdasarkan lapisan akuifer, sehingga lokasi mata air dapat
mudah ditelusuri untuk keperluan pendayagunaan maupun pengendalian kerusakannya
(Arsyad dan Ernan, 2008, hlm. 232).
3.2.

Keberadaan Sumber Air Mata di Lingkungan UIN Sunan Gunung Djati


Bandung
Konon katanya pada zaman dahulu ditemukan beberapa sumber mata air yang
sangat melimpah produksi airnya.Namun hal ini tidak dapat terbuktikan karena tidak
nampak bukti jelas mengenai keberadaan sumber mata air ini dikarenakan tidak adanya
bukti konkrit yang jlas mengenai sumber mata air ini. Selain itu juga cerita mengenai

sumber mata air ini kurang populer di sekitar mahasiswa dan mahasiswi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, sehingga membuat riwayat cerita mengenai sumber mata air ini
tidak jelas.
Pada awalnya, isu tentang keberadaan sumber mata air di lingkugan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung diasumsikan oleh dosen berada di dalam Masjid Ikomah dan
kawanan belakang gedung Fakultas Sains dan Teknologi. Lalu penyusun mencoba
mencari tahu tentang informasi tentang keberadaan sumber mata air tersebut dengan
melakukan wawancara dari berbagai warga kampus UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

Gambar 3.1. Titik di Masjid Ikomah yang diasumsikan sebagai sumber mata air di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung pada zaman dahulu

Penyusun telah mewawancarai 4 orang yang merupakan warga kampus UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, yaitu Pak Tohir (Pengurus DKM Masjid Ikomah UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 25 thn), Pak Ruhiyat (Penjual makanan dan minuman di
gerbang Jln.Manisi belakang gedung Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, 62 thn), Pak Rukanda (Penjual makanan dan minuman di gerbang
masuk utama kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 58 thn), dan Pak Asep Sobari
(Satpam gerbang utama kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 33 thn).

Pada wawancara pertama dilakukan bersama Pak Tohir di koridor Masjid Ikomah
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.Pak Tohir menyebutkan bahwa sumber mata air
terdapat pada zaman dahulu kala saat pembangunan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
belum dilaksanakan. Sumber mata air tersebut terletak pada kolam yang ada di dalam
kawasan Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan di lapangan depan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang sekarang beralih
fungsi menjadi lahan parkir kendaraan bermotor.Konon katanya sumber mata tersebut
sering dimanfaatkan oleh warga sebagai kebutuhan memasak, MCK, dan rekreasi
(kolam renang).
Pada wawancara kedua dilakukan bersama Pak Ruhiyat di depan warung beliau. Pak
Ruhiyat menyebutkan bahwa memang sejak dahulu kala sudah ada sumber mata air di
lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tepatnya di dalam kawasan Masjid
Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan di bawah pohon beringin di depan
Bank BRI dalam kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Beliau juga mengatakan
bahwa sumber mata air tersebut sering dipakai oleh warga sekitar untuk kebutuhan
sehari-hari.
Pada wawancara ketiga dilakukan bersama Pak Rukanda di depan warung beliau.
Pak Rukanda menyebutkan bahwa memang sejak zaman nenek moyang sudah ada
sumber mata air di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tepatnya di dalam
kawasan Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Beliau juga mengatakan
bahwa sumber mata air tersebut sering dipakai oleh warga sekita untuk kebutuhan
memasak, MCK, minum, dst.
Pada wawancara keempat dilakukan bersama Pak Asep Sobari di dalampos gerbang
masuk utama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pak Asep Sobari menyebutkan
bahwa memang sejak dahulu kala sudah ada sumber mata air di lingkungan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, tepatnya di dalam kawasan Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, dan di bawah pohon beringin di depan Bank BRI dalam kampus UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Beliau juga mengatakan bahwa sumber mata air tersebut
sering dipakai oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
Jadi kesimpulannya adalah isu tentang keberadaan sumber mata air di limgkungan
UIN Sunan Gunung Djati Bandungpada zaman dahulu memang benar dengan lokasi di
dalam Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, meskipun ada beberapa titik

yang diasumsikan pula sebagai sumber mata air (di lapangan depan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang sekarang beralih fungsi menjadi
lahan parkir kendaraan bermotor dan di bawah pohon beringin di depan Bank BRI
dalam kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Hal ini ternyata dipengaruhi oleh letak geografis kampus UIN Sunan Gunung Djati
Bandung yang berada di daerah kaki gunung Manglayang yang memiliki jalur air
tersendiri di dalam tanah. Seperti yang dinyatakan oleh Arsyad dan Ernanbahwa pada
wilayah morfologi kaki gunung api, biasanya banyak ditemukan sumber mata air yang
relatif besar berupa springs. Karena secara hidromorfologi wilayah ini merupakan
springs belt (jalur mata air) dari suatu hidromorfologi gunung api(Arsyad dan Ernan,
2008, hlm. 232).

Gambar 3.2. Titik di Masjid Ikomah yang diasumsikan sebagai sumber mata air di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung pada zaman dahulu

Gambar 3.3. Titik di lahan parkir depan Fakultas Sains dan TeknologiUIN Sunan Gunung Djati yang diasumsikan
sebagai sumber mata air di UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada zaman dahulu

Berdasarkan teori, sumber air mata yang terdapat di lingkungan UIN Sunan
Gunung Djati Bandung merupakan sumber mata air artesis, karena airnya berasal dari
dalam tanah dan mengalir dengan sendirinya tanpa ada proses alam tertentu. Seperti
yang di ungkapkan Tedd (dalam Arsyad dan Ernan, 2008, hlm. 232),menurut jenisnya,
mata air dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.
1. Mata air depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong
muka air tanah.
2. Mata air rekahan/struktur sesar (fracture/fault springs) muncul dari rekahan atau
jalur besar.
3. Mata air kontak (contact springs) muncul pada kontak batuan impermeable/batuan
tersier dan permeable/batuan kuarter.
4. Mata air artesis yaitu air tanah yang mengalir dengan sendirinya dan terletak jauh di
dalam tanah, di antara dua lapisan kedap air dan menampung banyak air yang
disebut akuifer.
Namun sangat disayangkan, dari beberapa titik yang diasumsikan sebagai sumber
mata air tersebut hanya 1 yang masih aktif mengalirkan air walaupun tidak sebanyak
seperti dahulu, yaitu di dalam kawasan Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

3.3.

Cara Merestrukturisasi Sumber Mata Air yang Tidak Produktif Lagi di


Lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Satu-satunya cara untuk merestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif lagi
di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah menanaminya dengan
berbagai tumbuhan peresap air dalam tanah. Karena selama ini sumber air tanah
mengalirkan air tanpa adanya cadangan air di dalam tanah tersebut.Seperti yang
dinyatakan oleh Mustika, dkk bahwa pemulihan air mata yang telah tercemari atau
tidak berfungsi kembali dapat dilakukan dengan melakukan penghijauan kembali pada
daerah mata air yang telah tercemati atau tidak berfungsi kembali, agar air dapat
terserap oleh akar-akar tanaman dan dijernihkan kembali (Mustika, dkk, 2010, hlm. 8).

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Dari makalah ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
2. Sumber air adalah sumber dimana keluarnya air dari Bumi ini. Sebaran lokasi mata
air mencangkup data letak geografis, elevasi, dan letak administratif, sedangkan
jenis mata air diidentifikasi berdasarkan lapisan akuifer.
3. Sumber mata air meiliki 4 jenis yang berbeda, yaitu mata air depresi (depression
springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka air tanah, mata air
rekahan/struktur sesar (fracture/fault springs) yang muncul dari rekahan atau jalur
besar. mata air kontak (contact springs) yang muncul pada kontak batuan
impermeable/batuan tersier dan permeable/batuan kuarter, dan mata air artesis yaitu
air tanah yang mengalir dengan sendirinya dan terletak jauh di dalam tanah, di antara
dua lapisan kedap air dan menampung banyak air yang disebut akuifer.
4. Isu tentang keberadaan sumber mata air di limgkungan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung pada zaman dahulu memang benar dengan lokasi di dalam Masjid Ikomah
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, meskipun ada beberapa titik yang diasumsikan
pula sebagai sumber mata air.
5. Berdasarkan teori, sumber air mata yang terdapat di lingkungan UIN Sunan Gunung
Djati Bandung merupakan sumber mata air artesis, karena airnya berasal dari dalam
tanah dan mengalir dengan sendirinya tanpa ada proses alam tertentu.
6. Satu-satunya cara untuk merestrukturisasi sumber mata air yang tidak produktif lagi
di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah menanaminya dengan
berbagai tumbuhan peresap air dalam tanah.

4.2. Saran
Penyusun menyarankan untuk selalu menjaga ketedersediaan sumber mata air
yang berada di sekitar kawasan tempat bertempat tinggal. Karena air merupakan unsur
terpenting bagi seluruh makhluk hidup dan tanpanya seluruh kehidupan akan musnah.
Selain itu, mari kita perbaiki bersama sumber mata air yang sudah tidak produktif
lagi. Agar saat musim kemarau tiba sumber mata air masih terdapat banyak dan masih
dapat mengalirkan air untuk dipakai dalam kebutuhan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., & Rustiadi, E. (2008). Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Jakara:
Crestpent Press.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualtias Air : Bagi pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air . Yogyakarta: Andi Offset.
Mustika, B. A., Setiabudi, B., Wiwoho, & Utaya, S. (2010). Pengelolaan Sumber Mata Air
Wiwet dan Bambang Untuk Suplai Air Bersih Penduduk di Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang. Karya Tulis Ilmiah.

LAMPIRAN
1. Gambar Prosesi wawancara

Gambar 1. Prosesi wawancara pertama dengan Pak Thohir


(Pengurus DKM Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 25 thn)

Gambar 2.Prosesi wawancarakedua dengan Pak Ruhiyat


(Penjual makanan dan minuman di gerbang Jln.Manisi belakang gedung Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 62 thn)

Gambar 3.Prosesi wawancaraketiga dengan Pak Rukanda


(Penjual makanan dan minuman di gerbang masuk utama kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 58 thn)

Gambar 4.Prosesi wawancarakeempat dengan Pak Asep Sobari


(Satpam gerbang utama kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 33 thn)

Anda mungkin juga menyukai