PENDAHULUAN
karena
masih
mengandung
mikroorganisme
yang
dapat
meliputi
tahap
regenerasi,
pencampuran/standarisasi
homogenisasi,
bahan
pasteurisasi,
baku,
pendinginan,
sebagai
diagram
yang
menunjukkan
hubungan
antara
dengan
jelas
bermacam-macam
penyebab
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu Pasteurisasi
Pada dasarnya susu yang berasal dari sapi yang sehat mengandung sedikit
mikroorganisme (Soejoedono, 1995). Setelah meninggalkan ambing, maka
susu akan terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari tubuh sapi,
lingkungan, peralatan pemerahan dan pekerja (Kay, 1962 yang dikutip
Dwijayanti 1996). Suhu penyimpanan yang tidak sesuai dan penyimpanan
yang terlalu lama sejak diperah sampai dikonsumsi atau diolah akan
menyebabkan susu mudah rusak dan tidak layak dikonsumsi (Frazier dan
Westhoff, 1988).
Metode pengawetan bahan pangan dengan menggunakan panas sudah
lama dikenal. Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengawetkan
bahan pangan adalah dengan pasteurisasi (Sofos, 1993). Tujuan pasteurisasi
adalah untuk menginaktifkan sel-sel vegetatif bakteri patogen, bakteri
pembusuk dan bakteri pembentuk toksin pada pemanasan minimum sehingga
tidak terjadi kerusakan gizi susu serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
bahan pangan seperti warna, tekstur, dan cita rasa (Hoobs dan Robert, 1987;
Fardiaz, 1992). Berikut adalah perbandingan komposisi susu segar dan susu
pasteurisasi dapat dilihat pada tabel:
Perbandingan komposisi susu segar dan susu pasteurisasi
komposisi
Susu segar
Susu pasteurisasi
Protein
3,5%
2,73 2,90%
Lemak
3,8%
3,0 3,4%
Laktosa
4,8%
4,8 4,91%
Mineral
0,65%
0,16 - 0,18%
Air
87,25%
87,31 - 88,61%
Sumber: Muchtadi dan Sugiyono (1992)
Proses pasteurisasi pada susu menurut Hubbert dan Hagstad (1991) yang
berdasarkan rekomendasi Public Health Service (PHS) Amerika Serikat tahun
1987 adalah proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu. Suhu dan waktu
proses pasteurisasi dapat dilihat pada :
Tabel Suhu dan Waktu Pada Proses Pasteurisasi
C
63
Suhu
F
145
Waktu
Detik
180
Istilah Umum
Long Time Holding (LTH)
72
161
15
89
191
90
194
0,5
94
201
0,1
96
204
0,05
100
212
0,01
138
286
Proses pasteurisasi pada susu hanya membunuh sebagian bakteri yang ada
di dalamnya (Genigeorgis dan Rieman, 1979 yang dikutip Nurliana, 1997).
Susu pasteurisasi yang dipanaskan pada suhu 71-75C hanya membunuh 9095% bakteri yang ada dalam susu (Fox dan Cameron, 1989). Penggunaan
panas pada pasteurisasi tidak terlalu menimbulkan perubahan pada komposisi
gizi dan rasa susu sehingga masih seperti susu segar.
Daya simpan susu pasteurisasi dapat dipertahankan dengan membunuh
mikroorganisme pembusuk, sekaligus dapat mencegah agar susu tidak asam
bila ditempatkan pada suhu rendah (Hubbert dan Hagstad, 1991). Biasanya
pada susu pasteurisasi yang diikuti dengan pendinginan, daya simpannya akan
lebih lama dan mutunya juga lebih baik (Frazier dan Westhoff, 1988). Menurut
soewarto (1995) proses pasteurisasi yang digunakan di Indonesia adalah
pemanasan pada suhu 87C selama 15 detik akan mempunyai daya tahan tujuh
hari dengan suhu penyimpanan 1-4C.
Menurut Sudarwanto (2000), ciri-ciri susu pasteurisasi, antara lain suhu
pemanasan di bawah titik didih, kuman patogen mati, jumlah kuman
dikurangi, enzim inaktif, nilai gizi hampir sama dengan susu segar, spora tetap
hidup dan daya simpan dalam suhu dingin maksimum tujuh hari.
87,31 - 88,61
12 13
3,5 4
Protein (%)
3,0 3,2
Spesifikasi
Laktosa (%)
4,8 5
Bahan pengawet
Negatif
Logam-logam berbahaya
Negatif
Maksimal 30.000
Koliform
<1
Sumber: SNI (1977) dalam Dwijayanti (1996)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lembar
pemeriksaan
(check
sheet)
terutama
digunakan
unuk
proses yang sedang berlangsung dan proses yan lalu, dengan menggunakan
prinsip-prinsip statistika dalam penyelesaiannya.
Diagram Sebab-Akibat
Diagram sebab-akibat (fishbone diagram) digunakan untuk menemukan
faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu susu pasteurisasi. Diagram sebabakibat dapat menunjukkan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor.
Diagram sebab-akibat mampu mengilustrasikan dengan jelas bermacammacam penyebab yang mempengaruhi mutu suatu produk. Langkah
pembuatan diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut:
a. Menentukan masalah atau sesuatu yang akan diperbaiki. Masalah
tersebut digambarkan dalam sebuah kotak di sebelah kanan dari garis
panah utama.
b. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh dan diberi garis panah
cabang yang mengarah ke panah utama.
c. Mencari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci dan
berpengaruh pada faktor utama tersebut, dituliskan di sebelah kanan
dan kiri dari panah cabang serta dihubungkan dengan garis panah
yang mengarah ke panah cabang.
d. Mencari penyebab-penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap
dengan menganalisa data yang ada. Jika tidak ada, dipilih faktor-faktor
yang diduga sangat berpengaruh untuk menentukan ukuran penyebab.
Struktur diagram sebab-akibat yang akan digunakan dapat dilihat pada
gambar dibawah (Ishikawa, 1998) :
Histogram
Histogram digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik produk
dengan spesifikasi produk atau untuk mengetahui apakah produk berada di
10
BAB III
PEMBAHASAN
Secara garis besar, proses produksi susu pasteurisasi yang dilakukan oleh
PT. Indomilk
penyaringan,
meliputi
tahap
regenerasi,
pencampuran/standarisasi
homogenisasi,
pasteurisasi,
bahan
baku,
pendinginan,
kotoran
atau
bahan-bahan
yang
tidak
larut.
11
12
meliputi
bahan
baku,
metode,
mesin/peralatan,
13
14
pada sapi perah antara lain faktor genetika, umur sapi, pakan dan
pemeliharaan ternak. Faktor manusia melibatkan sikap mental dan tanggung
jawab peternak dalam hal pemeliharaan ternak maupun kebersihan peralatan
memerah dan lingkungannya, sehingga susu segar yang diperoleh semaksimal
mungkin terhindar dari kontaminasi.
Faktor lingkungan seperti lokasi peternakan yang jauh letaknya dari unit
pengumpulan susu menyebabkan selang waktu yang cukup lama sebelum susu
dapat disimpan dalam cooling uint, sehingga mutu susu segar sudah menurun.
Kebijaksanaan perusahaan dengan menetapkan system denda dan bonus juga
dapat memacu peternakan guna meningkatkan mutu susu segar yang
dihasilkan.
Kadar lemak merupakan salah satu dasar penerimaan dan penolakaan serta
harga susu yang dipasok oleh produsen susu segar. Susu segar yang dipasok
oleh koperasi-koperasi susu ke PT. Indomilk mempunyai kadar lemak berkisar
2,8 3,9%. Susu segar dengan kadar lemak < 2,8 tidak diterima (ditolak).
Mutu gula juga berperan penting dalam menghasilkan produk susu
pasteurisasi yang berkualitas baik. Agar mutu gula terkendali, perusahaan
melakukan seleksi pemaso, secara umum, mutu bahan, mutu bahan baku
dipengaruhi oleh sifat fisik bahan baku, seperti keragaman dan kemurnian,
serta sifat kimiawi bahan baku (komposisi).
Untuk menjain mutu bahan baku yang diterima berkualitas baik,
diperlukan pengendalian yang tepat erhadap berbagai karakteristik mutu yang
ditetapkan. Hal ini merupakan tahapan yang paling penting untuk
menghasilkan produk susu pasteurisasi seperti yang diharapkan yaitu susu
pasteurisasi yang berkualitas tinggi. Tanpa bahan baku yang bermutu baik,
sangat tidak mungkin menghasilkan produk susu pasteurisasi yang berkualias,
sehingga hal ini harus benar-benar dikendalikan.
Syarat mutu bahan baku utama susu segar yang ditetapkan PT. Indomilk
dapat dilihat pada tabel.
Syarat mutu susu segar PT.Indomilk, Jakarta
Pengujian
Berat jenis
Uji alcohol 70%
Kadar lemak
Syarat Kualitas
1,0270 1,0350
Negatif
3,3%
15
Resazurin test
Titik beku
Keasaman
pH
Kadar bahan kering
Kadar bahan kering tanpa lemak
Kadar air
Bakteri pathogen
Jumlah koloni bakteri per ml
Organoleptik (bau, rasa, dan warna)
4 jam (maksimum)
-0,526 sampai -0,560
0,18% (maksimum)
6,6 6,7
11,00 12,08%
7,7 8,0%
87,2%
Negatif
1x106 (maksimum)
Standart
2. Metode
Faktor lain yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi adalah metode,
seperti formulasi, proses produksi dan pengendalian. Formulasi bahan baku
merupakan tahap awal yang penting sebelum memasuki tahap proses
produksi. Perhitungan rasio bahan baku yang tepat akan mendukung
tercapainya komposisi produk akhir yang tepat. Proses produksi meliputi
tahap-tahap proses yang dilakukan dan kondisi proses yang digunakan.
Sedangkan pengendalian mencakup pengendalian mutu bahan baku,
pengendalian mutu proses dan pengendalian mutu produk akhir.
3. Mesin / Peralatan
Mesin/peralatan menentukan mutu produk susu pasteurisasi yang
dihasilkan oleh PT. Indomilk. Faktor-faktor yang menunjang diantaranya
adalah
teknik
penggunaan,
perawatan,
kalibrasi,
dan
kapasitas
mesin/peralatan.
Teknik penggunaan melibatkan cara pengoperasian mesin/peralatan
produksi.
Kesalahan
dalam
teknik
penggunaan
dapat
menyebabkan
16
proses
produksi
perlu
dilakukan
17
18
Nilai rata-rata bahan kering untuk susu pasteurisasi coklat adalah 19,23%
dengan standar deviasi 0,71 dan produk susu pasteurisasi plain diperoleh ratarata kadar bahan kering sebesar 12,52% dengan standar deviasi 0,31. Jika
dibandingkan dengan standar perusahaan, maka nilai rata-rata bahan kering
produk susu pasteurisasi coklat dan plain berada dalam batas spesifikasi
perusahaan. Batas spesifikasi perusahaan untuk kadar bahan kering produk
susu pasteurisasi coklat adalah 19,2% - 19,8% dan susu pasteurisasi plain
adalah 12,4% - 13,0%.
Untuk mengetahui keadaan bahan kering susu pasteurisasi yang diproduksi
oleh PT. Indomilk dilakukan analisis terhadap kadar bahan kering dengan
menggunakan analisis histogram. Keseluruhan histogram dapat dilihat pada
gambar
Histogram kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat
19
Analisis
pengukuran yang lebih besar dan lebih kecil dari batas spesifikasi, baik untuk
produk susu pasteurisasi coklat maupun plain.
Selanjutnya dilakukan evaluasi proses terhadap kemampuan pemenuhan
batas spesifikasi dengan menghitung indeks kemampuan proses (CP). Hasil
perhitungan indeks kemampuan proses (CP) untuk kadar bahan kering susu
pasteurisasi coklat adalah 0,15 dan susu pasteurisasi plain adalah 0,32.
Indeks kemampuan proses menunjukan < 1,00 baik untuk produk susu
pasteurisasi coklat maupun plain. Hasil ini menunjukan adanya produkproduk dengan kadar bahan kering di luar batas spesifikasi yang telah
ditentukan.
Persentase produk yang berada di luar batas spesifikasi untuk susu
pasteurisasi coklat sebesar 45% - 67% dan susu pasteurisasi plain sebesar 59%
79%. Hasil ini menunjukan kadar bahan kering produk susu pasteurisasi
plain lebih banyak berada di dalam batas spesifikasi dibandingkan kadar
bahan kering produk susu pateurisasi coklat. Oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan koreftif agar mutu produk dapat terkendali dengan keragaman yang
minimum.
Menurut Walstra dan Jennes (1984), kandungan bahan kering dari susu
dan produk-produk susu termasuk susu pasteurisasi menjadi penting karena
mempengaruhi mutu produk dan termasuk syarat mutu yang ditetapkan untuk
susu pasteurisasi. Pengaruh kadar bahan kering terhadap mutu susu
pasteurisasi adalah susu menjadi tidak tahan lama atau mudah rusak jika kadar
20
bahan keringnya rendah dan akan terjadi endapan pada dasar susu jika kadar
bahan keringnya terlalu tinggi.
Adanya produk dengan kadar bahan kering yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapa disebabkan oleh kesalahan formulasi atau perhitungan rasio bahan
baku. Misalnya, kekurangan jumlah gula dari yang seharusnya ditambahkan,
akan menghasilkan produk dengan kadar bahan kering yang rendah. Penyebab
lain dari kadar bahan kering adalah kesalahan dalam menambahkan bahan
baku tambahan lainnya, seperti susu bubuk skim, dimana bila susu bubuk
skim yang dicampurkan kurang akan menyebabkan kadar bahan kering rendah
dan sebaliknya.
Kadar bahan kering susu segar juga sangat mempengaruhi kadar bahan
kering produk susu akhir, untuk itu kadar bahan kering susu segar harus
diketahui, sehingga dapat menyiapkan formulasi yang tepat agar produk yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi.
Akhirnya untuk mendapatkan susu pasteurisasi dengan standar mutu kadar
bahan kering sesuai spesifikasi perlu dilakukan pengendalian formulasi, yaitu
dengan cara melakukan perhitungan rasio bahan baku secara cermat dan tepat,
pengendalian proses dilakukan dengan pengukuran kadar bahan kering secara
kontinyu, baik pada tahap penyiapan susu segar, tahap pencampuran susu
bubuk skim, tahap penambahan gula dan material lainnya sampai pada tahap
akhir proses produksi. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah
pengendalian kadar bahan kering susu segar, yaitu dengan meningkatkan
standar penerimaan kadar bahan kering dari pemasok.
2. Jumlah mikroba (Total Plate Count)
Distribusi frekuensi jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat dan susu
pasteurisasi plain yang diproduksi PT. Indomilk, Jakarta dapat dilihat pada
tabel.
Distribusi frekuensi jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat
21
22
23
24
25
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis diagram sebab-akibat dan histogram menunjukkan
bahwa mutu susu pasteurisasi secara umum dipengaruhi oleh faktor bahan
baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan atau pengawasan dan
manajemen; dan secara khusus atau karakteristik mutu produk susu
pasteurisasi yang paling utama adalah jumlah mikroba, jumlah koliform dan
kadar bahan kering.
Dari hasil analisis mutu pada produk susu pasteurisasi didapat bahwa nilai
rata-rata kadar bahan kering susu rasa coklat sebesar 19,23% dan rasa plain
sebesar 12,52%. Nilai rata-rata kadar bahan kering ini berada dalam batas
spesifikasi perusahaan karena nilai rata-rata untuk rasa coklat sebesar 19,2% 19,8% dan rasa plain adalah 12,4% - 13%. Namun pada hasil perhitungan
Indeks Kemampuan Proses (Cp) untuk kadar bahan kering susu pasteurisasi
coklat adalah 0,15 dan plain adalah 0,32 dimana nilai menunjukkan < 1,00
sehingga kadar bahan kering kedua produk ini berada diluar batas spesifikasi
yang telah ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan korektif agar mutu
produk dapat terkendali dengan keragaman yang minimum.
Pada hasil analisis jumlah mikroba, nilai rata-rata susu pasteurisasi coklat
adalah 654,7 CFU/ml dan rasa plain sebesar 1185,7 CFU/ml sedangkan batas
spesifikasi jumlah mikroba kedua jenis susu pasteurisasi sebesar 0 20.000
CFU/ml sehingga nilai rata-rata jumlah mikroba susu pasteurisasi berada di
dalam batas spesifikasi perusahaan. Namun pada hasil analisis histogram
didapat bahwa nilai pengukuranjumlah mikroba yang berada diluar spesifikasi
tidak ada artinya persentase produk yang berada di dalam spesifikasi
perusahaan sebesar 100%. Hal ini menandakan bahwa produk dikenai
pemanasan yang melebihi pemanasan minimum karena nilai rata-rata yang
didapat kurang dari 2450 CFU/ml. Jumlah tersebut adalah nilai rata-rata
jumlah bakteri yang dikenai sistem HTST sehingga jenis susu ini mendekati
susu sterilisasi.
26
Untuk analisis mutu jumlah koliform sebesar nol/tidak ada. Hal ini
menunjukkan bahwa produk ini layak dikonsumsi karena bakteri koliform
merupakan indikator sanitasi dan bakteri ini hanya dapat bertahan sampai suhu
44,5 45C.
27